Ada sebuah legenda, jika kamu menemui sebuah penginapan di desa redup. Dengan ciri-ciri penginapan paling tinggi, bewarna coklat tua. Maka jangan pernah menempati penginapan itu, karena katanya penginapan itu ada setan yang bisa menjelemai seseorang.
Ia akan menjelemai seseorang itu ketika sang penginap sedang berada di penginapan itu seorang diri.
Ah tapi aku dan ketiga temanku. Hansel, Cahyo, serta Risa kurang percaya akan hal itu. Kami menginap di suatu penginapan yang ciri-cirinya persis orang desa legendakan.
"Yakin tidak mau ikut?" Hansel memastikan. Dan aku menggeleng kuat-kuat. Aku sedang ngambek karena tadi Hansel, Risa serta Cahyo menjahiliku keterlaruan.
"Kakau begitu aku pegi dulu, jaga dirimu baik-baik." aku yang kala itu duduk diantara tangga serta lantai atas hanya diam tidak menanggapi perkataannya.
Selang beberapa menit, aku melihat kearah bawah sana. Sudah tidak ada Hansel, cowok itu sudah pergi. Tiba-tiba saja aku merasa ada bayang hitam yang lewat sekilas di ruangan atas sampingku.
Saat itu pula bulu kudukku merinding, aku tiba-tiba teringat cerita orang desa. Oh Tuhan semoga cerita itu tidak benar-benar nyata.Entah suara dari mana, terdengar suara benda pecah cukup nyaring. Berulang kali aku naik ke ruang kamar atas dan kembali ke tangga yang tadi. Akhirnya aku putuskan untuk turun kebawah, dimana terletak televisi yang menempel sempurna di tembok. Serta barang-barang tidur di ruangan ini, karena aku serta teman-teman sedang menginap di penginapan Bibi Amber, usianya sudah berkepala lima.
Aku turun tangga perlahan, setelah itu aku mendengar suara orang menaiki tangga di bawah tangga yang aku naiki tadi. Dalam sekejap aku mematung, buru-buru aku diam di tengah ruangan. Dihadapan televisi beserta pintu coklat dua di sampingku.
Aku menatap horror televisi, layar hitam itu, ada, seseorang di belakangku, kepalanya yang tertunduk dengan helaian rambut yang menutupi wajahnya, kedua tangannya ia julurkan kedepan seperti ingin. Mencekik?
YaTuhan, aku ketakutan sekali. Keringat bercucuran dari dahiku, aku melantunkan doa-doa dalam hati. Namun keadaan malah memburuk. Di pukul empat sore ini, aku terbaring lemah di tengah ruangan.
Seluruh lampu padam, pintu besar disamping terbuka-tertutup perlahan, detik itu pula pandanganku kabur.
***
Aku bangun semenit yang lalu, ada Bibi Amber saat itu.
"Kau sendirian disini?" aku menganguk lesu.
"Kenapa? Apa yang makhluk itu lakukan? Apa ada yang terluka?" aku menggeleng lagi lalu mulai menceritakan kejadian tadi.
"Oh, masih selamat kau, kukira kau sudah mati, Nesa." aku terbelakak mendengar ucapannya, lantas. Matanya berubah menjadi merah matanya menajam seakan siap menghantamku. Bibi Amber mengambil pisau tajam dibalik celananya. Aku terkejut, bagaimana mungkin Bibi Amber melakukan hal ini?
"Bibi, apa yang kau lakukan?"
"Kau selanjutnya, Nesa."
"Apa ada pesan yang ingin kau sampaikan pada seseorang yang kau cintai?" aku mundur perlahan. Ah sial, tidak ada celah lagi.
Apa benar cerita orang desa kala itu? Apa benar Bibi Amber dihadapnku ini adalah jelemaan setan?
Bibi Amber mengangkat pisaunya tinggi-tinggi, ia nampak tertawa jahat.
Kini pisau itu sudah tertancap dalam dada gadis malang itu.
"Nesa? Apa yang terjadi?" seruan Bibi Amber yang membuatnya terkejud apa yang sudah terjadi saat ini.
***
Seperti legenda orang desa:
Jangan pernah berada seorang diri di penginapan Bibi Amber? Atau tidak? Kau selanjutnya.Thanks for reading.
Salam, Hanina.●●●
Story by handzl
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepypasta [Challenge]
Horrorkumpulan creepypasta yang dibuat oleh para member WDG. Baca dan rasakan sensasi kengeriaannya.