Part 7 - Ngambek

25 5 14
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 6.30. Rachel yang baru saja  menyelesaikan sarapannya dengan tergesa-gesa meminta adiknya untuk mengantarkannya kesekolah.

"ayolah anterin gue" seru Rachel memohon. Sungguh hari ini ia sangat tidak ingin membawa motor. Ia ingin duduk saja, menikmati paparan angin pagi yang sangat sejuk. Ah tidak. Bukan sejuk. Tapi adem. Ah ya begitulah.

"ah elah kak, lo ganggu mulu ah. Gue males muternya ntar, macet juga" eluh Edwin dengan malas.

"yaudah gue naik ojek aja" kesal Rachel dengan cemberut. Ia kemudian melangkahkan kakinya keluar rumah, dengan memesan aplikasi ojek online untuk menuju sekolahnya.

Edwin yang melihat sang kakak cemberut seperti itu hanya menertawakannya dalam diam. Ia segera melangkah kedalam garasi untuk mengambil motornya yang terparkir disana. "udah gak usah cemberut, ayo naek" ajak Edwin sambil memanaskan motornya.

"gak" Ucap Rachel dengan membuang muka.

"gosah ngambek ngapa, ayo elah telat lo ntar" Seru Edwin turun dari motornya dan mendekati Rachel dengan menarik tangannya pelan.

"ayo cepet, belom pesen ojeknya kan"

Ia hanya menggelengkan kepalanya, masih dengan cemberut, kesal.

"ayo. Gue tinggal nih" ancamnya dan menaiki motornya.

Sangat sangat kesal. Rachel segera menaiki motor dengan cepat. Tanpa sepatah katapun. Edwin yang melihat kakaknya dalam mode ngambek tersebut hanya mendengus.

Setelah sampai disekolah Rachel, yang dilakukan Rachel dari motor adiknya dan melenggang pergi tak mengucapkan sepatah kata apapun. "makasihh" teriak Edwin dengan kencang, dan segera menjalankan kembali motornya. Semua murid yang tak sengaja lewat dekat Edwin dibuat kaget dengan teriakannya yang kencang. Edwin yang melihatnya hanya acuh.

Tentu saja Rachel mendengar teriakan dari adiknya tersebut. Ia hanya berpura-pura tidak mendengar dan segera berjalan kearah kelasnya.

Bertepatan saat ia baru saja melewati koridor ia bertemu dengan Alfi yang juga akan melewati koridor tersebut.

"haii" sapa Alfi dengan menyamakan langkah kakinya dengan Rachel.

"hhaii" balasnya dengan kaku. Sungguh ia masih malu-malu terhadap Alfi. Ia tidak bisa bertingkah layaknya seperti biasa.

"dari tadi gue liat dari masuk gerbang, cemberut mulu"

"nggak ko, biasa aja"

Setelah sampai dikelas, Rachel segera duduk dikursinya dan menulusupkan kepalanya kedalam lipatan tangannya.

Alfi yang melihat tingkah Rachel tersebut bingung."badmood banget keliatnya" yang dibalas dengan gumaman tak jelas.

ucap Alfi dengan membuka resleting tasnya sedikit untuk melihat isinya "tadinya gue mau ngasih cokelat buat lo, tapi lo nya ngambek. Yaudah gue simpen lagi aja"

Rachel yang mendengar kata 'cokelat'  segera mengangkat kepalanya dan melihat kearah Alfi. "cokelat? Mana?"

Alfi mengamati wajah Rachel yang berantakan karena rambutnya terurai. Dengan telaten ia merapihkan rambut-rambut yang menutupi wajah Rachel. "Ada,  lo mau?"

Rachel yang ditawari, seketika langsung bersemangat dan berbinar bahagia. Seakan yang tadi dilakukan oleh Alfi hanyalah angin lalu. Ia menganggukkan kepalanya beberapa kali dengan semangat. "mauu" 

"tapi nanti istirahat aja beli, gue traktir dua cokelat" dengan mengacungkan dua jarinya.

"tadi bukan udah beli?"

ApelefthérosiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang