02. Namanya Saga

1.3K 29 5
                                    

"Capek?" Aku mencoba tersenyum sambil menerima korannya ,dia hanya tersenyum sekedarnya "kalo gak gini aku gak makan...."

"Tadi kamu makan, banyak...hehehe"

wajahnya berubah masam " iya, terimakasih untuk makanannya, terimakasih sudah diingatkan"

"Kamu tersinggung? Maaf." ujarku tidak enak,wajah lurusnya hanya mengangguk sekilas

"kamu tahu,saat kamu gak punya apa apa kamu akan bereaksi berlebihan pada segala hal? mungkin aku hanya berlebihan hehehe" aku tersenyum kecut mendengarnya

"Mungkin aku juga terlalu senang karena akhirnya punya teman,jadinya mulut gak kekontrol" aku berusaha tersenyum manis

dia mengangguk lagi "Selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu kan?"

Aku mengangguk setuju "rrr dan aku menemukan ini di sd depan sekolah "

wajahnya tampak bingung melihat bulir bulir merah yang memenuhi telapak tanganku

" ini buah saga"

matanya seketika berbinar lagi"asal dari namaku?" ujarnya

"Emang kamu gak tau?" lanjutku bertanya

"Mama selalu bilang ,aku lahir saat langit semerah saga,tapi gak sempet ngasih liat saga itu yang kayak gimana." kau menjelaskan sambil dengan seksama memandangi butir butir buah itu

"Ya merah gini" sahutku

"Terimakasih ru" ujarnya dengan senyum mengembang

"buat apa?" Aku sedikit bingung

"Rrr...untuk infonya?"dia menggaruk garuk kepalanya

"Kok gak yakin gitu?"

"aku terkadang berterimakasih untuk hal yang gak aku mengerti kayak saat ini , mungkin ini lebih dari sekedar info tentang buah saga tapi yang jelas,aku berterimakasih"

Pipiku tak sadar bersemu merah

"Kamu ajarin aku matematika, aku infoin hal hal acak kayak gini,kita seimbang kan?"

"I...iya , tentu aja" Saga membuang muka menyembunyikan wajahnya yang sekarang semerah namanya

Dan entah Kenapa siang ini terasa lebih menyenangkan dari siang siang yang lain

"A ..aku jalan dulu" Saga dengan terbata memohon diri . "jangan capek capek ,PR ku banyak nanti malem" rajuk ku

Dia mengangguk singkat dan mengacak rambutku"siap boss"

Aku melihatnya menghilang di ujung
Jalan

Namanya Saga, dia menjabat tanganku saat pertama kali membantuku belajar matematika .Sudah selama itu tapi kami bahkan tidak sadar untuk berkenalan

Papa Saga perantau dari pontianak ,usaha restoran chinese food kecil kecilan , Lumayan menghidupi keluarga sampai beliau meninggal tiba tiba karena demam berdarah.

Dengan 4 adik dan harga harga yang melambung tinggi Mama saga terpaksa mengganti restoran chinese food nya menjadi warung nasi rames,tetap laris,tetap enak.

kemudian beberapa warung yang iri menghembuskan rumor bahwa mereka menaruh babi di resepnya dan pelanggan tak seramai sebelum sebelumnya dan karena itulah Saga sebagai anak tertua berinisiatif membantu keuangan keluarganya dengan berjualan koran

"Ru...makan" ibu menghentikan lamunanku 

"i...iya bu" ibu memegangi pundakku dan menuntunku ke meja makan

"harus diliatin gitu si saga sampai hilang di tikungan?" Ibu menyendokkan nasi ke piringku

"aku kayak punya maenan baru bu,takut ilang" senyumku singkat

Dunia BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang