04. menjadi saga

606 25 1
                                    

"Demo?"

Saga mengangguk "lumayan , 30 ribu dan makan siang" lanjutnya

Aku bertopang dagu melihatnya menghitung uang "dan dengan ini ,Dharma bisa bayar uang sekolah" ujarnya yang kemudian memasukan tumpukan uang itu ke dalam dompet

"Kamu bilang dia ikut Three in one?" Aku membuka buka buku kumpulan soal yang sebenarnya tidak terlalu menarik

"iya ,pulang sekolah sampe magrib lumayan tambah tambah "

"Uangnya buat apa?"

Wajah Saga berubah pahit "buat beras? Buat baju yang udah terlalu lusuh?buat mulut enam orang yang harus makan?" Jawabnya kemudian dingin

"Pertanyaan sensitif ya?" Aku mencoba tersenyum

"Setelah kupikir nggak juga " sahutnya ringan

"tapi kamu masih terdengar marah"

"Pas kalian liat wajah kami,kelopak mata kami,Tuhan mana yang kami sembah,wajar kok prasangka prasangka itu muncul" Saga hanya mengangkat bahu,berusaha untuk terlihat tidak perduli

"Ga ,jadi maksudmu aku rasis?" Alisnya terangkat satu,aku benar benar memandangi matanya merasa terhina

"Gak se hitler itu sih,tapi"

"Tapi?"

"Aku merasa kamu seperti itu saat tadi bertanya"

Wajahku menunjukkan ketidaksetujuan,saat mulutku hendak membantahnya dia meneruskan kata katanya

"hanya karena kami sipit bukan berarti kami berkecukupan"

"Aku gak bilang kayak gitu kan?"

"Tapi pertanyaan duitnya kemana itu nyakitin,duitnya buat kami hiduplah,kami masih butuh cari duit buat hidup,kami kebetulan orang sipit yang masih harus berjuang cari duit"

Aku menarik nafas panjang,aku menyakiti hatinya,aku benar benar menyakiti hatinya

"Dan aku nyeplos aja" ujarku terbata

"Gimana?" Saga tampak tidak mengerti

"dan itu lebih nyakitin karena aku nyeplos aja , kayak.....gapapa nanya kayak gitu ke kamu" Saga mencoba tersenyum ...pahit ....

"Mungkin aku aja yang terlalu sensitif .." ujarnya menutup pembicaraan,matanya kini tertuju pada buku soal yang kupegang "kita lanjutin belajarnya?"

"Kamu terlalu sensitif atau aku yang terlalu terbiasa gak sensitif?" Aku lebih tertarik melanjutkan dialog kami,dia terdiam

"Kamu mau belajar atau melanjutkan diskusi ini sepanjang malam?" Suaranya kini meninggi

"nilaiku udah membaik, dan aku belum ngantuk,kalau kamu mau kita ngelanjutin"

Saga berdiri dan mengemasi barang barangnya "aku sudah ngantuk dan kalau nilaimu sudah membaik rasanya aku gak perlu ada disini lagi malam ini" aku terbengong

"Terus diskusinya?" aku sedikit takut bertanya

"aku gak biasa bahas hal kayak gitu dengan diskusi" sahutnya ketus

"Lantas? Pukul pukulan?" Entah kenapa hatiku sedikit lebih panas

"Bukan,bukan pukul pukulan,aku biasa memukul orang itu"

Kita tak sadar berpandangan

"Jadi kau sekarang mau memukulku?"

Saga menggeleng"tidak....aku sudah ngantuk" dia kemudian memohon diri dan membanting pintu kamarku ,aku melihatnya dari balkon bersepeda menjauh

Dunia BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang