01.SORE DI GANG SEPI

3.4K 47 8
                                    

Sesungguhnya aku lebih suka jalan memutar , rabu lalu aku melihat bocah sekolah lain yang nongkrong di lorong ini sedang merokok dan menyakiti kucing .

lorong sempit yang di dominasi bata merah ini lumayan panjang dan menikung di tengahnya. Bentuk ini membuat kita tak pernah tahu apa yang ada di tengahnya dan membuat orang yang lalu lalang di ujungnya tidak ada yang tahu jika ada yang terjadi di tengah gang itu.

Aku biru, anak tunggal ibu dan bapakku. Rumahku ada di komplek pegawai bumn yang terletak diujung gang,cukup untuk kami bertiga, dan pantas untuk Bapak yang hanya pegawai bawahan sederhana.

Mataku minus dan perut plus,aku suka buku seperti Aku menyukai gundam dan kesepian. Aku tak percaya setan seperti aku tak percaya teman, tapi sepertinya di rembang sore ini aku menemukan salah satunya di tengah gang

"A....aduh...."

aku menghentikan langkahku ketika terdengar lirih di lorong temaram itu. Aku tak sadar menepuk jidatku , harusnya aku tak terlalu mendengarkan celoteh ibu tentang suara perempuan tanpa badan yang selalu terdengar mengerang di dalam kegelapan gang itu


Aku menarik nafas, mungkin itu halusinasi pikirku lagi .Aku melangkah makin ke dalam hingga kutemukan asal suara , sesosok tubuh tertelungkup dalam kegelapan

" to...tolong...." tubuh itu merayap ke arahku, lututku goyah ,aku berusaha berpegangan pada tembok bata merah rapuh di kiri dan kananku, namun terlalu lemas hingga tak sadar terduduk.

Kemarin ada anak sekolah yang terlindas angkot di ujung sana, tapi setan tidak ada

....tapi yang didepanku apa.....?

"Aku luka....parah ...bukan mati...." dia meraih tembok dan berusaha berdiri

"bukan setan?" Gagapku

Aku berdiri meraihnya dan dia terjatuh di lenganku "Bukan,tapi kalo kita terlalu lama di sini aku gak jamin setan beneran gak muncul"

aku bergidik , melihat sekelililing gang yang makin gelap kemudian memapahnya keluar gang.

Sedikit memacu langkahku aku berfikir , aku bawa orang sakit,kalo ketemu setan lalu pingsan gimana?

******

"aku di mana? " suara dalamnya sedikit mengagetkan ku yang sedang membaca komik.

Anak laki laki itu kemudian mengerang dan berusaha duduk, Aku mengangkat kursi dan menaruhnya disamping dipan tempat tidurku yang ditempatinya

"Kamu tertidur setelah aku perban dan obati, maaf hanya sekedarnya" aku mencoba tersenyum,dia mengangguk lemah

"ini sebenernya cukup rapi" ujarnya tersenyum sambil menahan perih.

"pernah dipaksa ikut dokter kecil,jadi masih inget" aku tersenyum ringan,udara kamar terasa hangat, kelintingan angin di sudut jendela berdenting karena tiupan angin malam

"Dipaksa?" Sambungnya tidak mengerti

"Mungkin gak se dipaksa itu tapi aku gak mau jadi dokter " Jelasku terbata.

Dunia BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang