14.eskalasi

377 22 0
                                    

Jam 7 malam aku baru saja membuat laporan kerja terakhirku ketika handphoneku bergetar ....dahiku mengerenyit sesaat

"Om Biru di mana?" aku sedikit kaget mendapat telepon dari Merdeka sore itu ...."gatsu...kantor...kenapa?"

"Ke senopati sinilah om...temenin aku" dahiku mengerenyit "temenin ngapain?"

"Sini aja om...tolongin aku..."

"Temenin apa tolongin? Perlu telepon papa gak nih aku?" terdengar desah keras di teleponku

"Nggak ...gak usah...om Biru aja...aku butuhnya ama om biru ..."

"Jangan macem macem lho ka ...om capek seharian ini''

" ng...nggak om gak macem macem...sekali ini aja ...bantuin aku..." aku mendesah dan tak sengaja mengawasi spion ku

Bikin masalah apa ini anak?

"Om biru.....!!" Merdeka melambaikan tangan ..aku tersenyum terpaksa kemudian menghampirinya ...di depannya tampak seorang wanita cantik ...sepertinya awal 40an ...ada apa ini?

"Om apakabar....deka kangen.." hah? KANGEN? Dia Kemudian menyenderkan diri dan berpegangan ke lenganku ....mata kami tak sadar berpandangan...aku melihat sorot ketakutan
"Ba...baik..." aku dengan kaku menepuk nepuk kepalanya ... "Om ini kak Rani ...." aku dengan canggung bersalaman dengan wanita itu....

"Dede bilang dia gay, masuk tinder cuma buat taruhan doang ...bisa menarik cewek apa tidak..." jelas Rani yang tampak curiga...

"Kamu gay?" aku mendorong merdeka menjauh dari lenganku ...pandangannya terlihat minta tolong ...aku terbatuk seketika "oh tentu aja...kamu gay ...kamu sangat gay..." ujarku , aku dan wanita itu beradu pandang dan dia kini lebih curiga "kita sangat gay...." sambung merdeka sambil menarik lenganku kembali ....aku kembali menepuk nepuk aneh kepalanya ....

Wanita di depanku kembali tersenyum licik " jadi de...kalo ini pasanganmu se tampan ini kakak gak keberatan kita maen bertiga...siapa tau kamu bohong karena ingin menghindari kakak aja..." aku berpandangan dengan Deka lagi ...wajahnya makin memelas....
"Ma...maen...? Ular tangga?" tanyaku polos ...wanita itu tertawa mendengarkannya ...

"aku bisa menonton kalian bercinta atau aku ikut di dalamnya ...terserah saja...kalo kalian benar benar gay...bukan masalah kan?"

Aku memutar otak sementara pemuda bodoh di sebelahku tampak makin pias ...Rani bersikukuh dengan tawarannya ....

"ta...tapi ...kita gak boleh melakukan ini secara biasa aja kan...?" ujarku setelah menarik napas panjang

"Biasa...? Biasa gimana?" Rani balik bertanya "ayolah mana asik kalo biasa aja...? Ini kan harus dirayakan...kita harus ajak ernest ...sayang..." aku menggenggam tangan Deka dan mengecupnya...

Deka tergagap tidak mengerti "ajak ernest? ...i...iya kita harus ajak ernest...makin ramai makin asyik kan?"

"Ernest siapa?" ujar Rani curiga ....
"Kak Rani tanya ernest siapa? Haha...kasih tau om...kasih tau..." Suara deka terdengar khawatir sekarang

"Tentu aja sayang..." aku mengusap lembut pipi Deka...."ernest itu elektrophorus kami....dia senang sekali terlibat...." jelasku ...

"Elektro apa...?" Rani tampak bingung sekarang ...."elektrophorus ..." timpal deka kebingungan....

"Belut Listrik ..." jawabku  senormal mungkin...

"Belut...?" suara deka meninggi...aku memandanginya ...kemudian memegang dagunya ...." belut...". Sahutku ....kini Rani terdiam...

"Maksudku saat terakhir kami bersenang senang bertiga sedikit berlebihan sih..." lanjutku

"Berlebihan kenapa?"

Dunia BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang