Serpihan masa lalu

66 10 5
                                    

Suara berisik itu benar-benar mengganggu pendengaran Fara. namun dengan keadaannya sekarang, bukan itu yang paling mengganggunya. Fara meringis kesakitan, ia kini memandangi lututnya yang memerah akibat bergesekan di lantai toilet, kini tangannya memar, di wajahnya juga terdapat beberapa luka akibat cakaran dari perempuan-perempuan aneh di hadapannya itu. Apa yang mereka semua telah lakukan terhadapnya?

Sesil tersenyum puas, ia menarik rambut Fara yang kini telah tegerai bebas, "ini bisa jadi pelajaran buat lo!", Sesil tersenyum miring, ia kemudian menghempaskan kembali rambut Fara.

"Makanya, jadi cewek jangan kegatelan! Jadi gini kan jadinya", ingat Lala, siswi paling pendek diantara mereka.

Sofi tersenyum senang lalu mengangguk.

Fara memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing, kini semua badannya sangat sakit, Fara merasakan nyeri di seluruh tubuhnya.

Walaupun posisi Fara saat ini terduduk di hadapan tembok toilet, ia masih memberanikan diri menatap wajah orang-orang yang sedang membullynya itu. Ada apa dengan mereka semua? Mereka kan sekelas.

"Kenapa? Kenapa kalian lakukan ini?", tanya Fara dengan suara kecil, tenaganya rasanya hampir habis karna rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.

"Kenapa lo bilang?", kali ini Laras angkat bicara, "Lo sadar nggak sih kalo lo udah keganjenan sama Alfa".

Ah- jadi akar permasalahan ini semua karna Alfa, pikir Fara.

"Kapan gue kayak gitu?", elak Fara, "Kalian tuh cuman salah paham".

"Alah- dia mah munafik! kelihatan kali kalo slama ini dia tuh keganjenan", celetuk Lala.

"Iya, dasar cewek ganjen!", umpat Sofi.

"Udah-udah", Sesil berusaha menenangkan teman-temannya yang tampak sudah sangat marah itu, "kalo kalian ngasih taunya kayak gitu, dia nggak bakalan ngerti".

Laras mengangkat sebelah alisnya, ia bingung, "Trus lo mau apa?"

Sesil tersenyum miring, ia lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Fara yang kini terduduk lemas di atas lantai.

"Hey! Gimana kalo lo bikin janji sama kita?"

Fara memandang kesal wajah gadis yang berdiri di hadapannya itu, "Janji?"

Sesil mengangguk, "Lo bakal ngejauhin Alfa dari sekarang. Gimana?", tawar Sesil, "Biar lo nggak perlu dibully lagi kayak gini".

Fara tersenyum miring, benar-benar konyol pikirnya, "Janji apa tu? Gue nggak mau!", Fara berucap tegas, "Kalo pun gue harus ngejauhin Alfa, itu terserah gue, mau-mau gue, kenapa gue harus nurutin kemauan kalian yang kekanak-kanakan kayak gini!"

"Lo nggak tau terima kasih banget ya", Lala menunduk, ia kembali menarik rambut Fara, "padahal udah dikasih tawaran baik-baik, masih aja sok-sokan kayak gini".

"Akhh-", Fara berteriak kesakitan.

kenapa? Kenapa mereka semua harus seperti ini cuman karna masalah cowok. Fara memang tak terlalu akrab dengan mereka, Fara hanya sempat berbicara sesekali dengan mereka saat ada tugas kelompok. Tapi bukannya mereka semua berteman? Mereka kan sekelas.

"Kurung dia di toilet!", perintah Sesil.

Lala langsung melepaskan rambut Fara, ia menggelengkan kepalanya, "nggak mau ah", tolaknya.

"Kenapa?"

"Kapan lo mau ngelepasin dia?"

Sesil menghembuskan nafasnya, ia lalu memegangi kepalanya, "Nggak usah dilepas sampai besok kali".

Long timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang