menjauh

57 5 2
                                    

06 desember 2015

Fara menghela nafas, ia menatap dirinya di cermin. Hari ini adalah hari pertama Fara pergi ke sekolah setelah kasus pembullyan itu. Seperti biasanya, ia hanya mencepol asal rambut hitamnya lalu memasang tag name di seragamnya yang bertuliskan 'Azfara Dinda'.

Fara memegang tag name itu, Fara kembali berfikir, setiap kali ia melihat tag name itu, perhatian Fara tak pernah lepas dari nama 'Dinda' yang tertera disana. Tapi hanya sesaat, Fara hanya merasa seakan dejavu dengan nama itu, dan juga... Perlahan-lahan ingatan yang dulu terlintas di fikirannya kini hanyalah ingatan samar-samar. Ada apa dengan otaknya?

"Mungkin gue harus coba ke psikiater", ucap Fara pada dirinya sendiri.

Setelah Fara merasa puas dengan penampilannya, ia berjalan ke ruang tamu, kini pandangannya tertuju pada seorang wanita paruh baya yang tengah sibuk menata makanan di atas meja.

Saras tersenyum, ia menatap ke arah Fara, "Ngapain berdiri di situ? Sini duduk".

"Iya ma", Fara balas tersenyum, ia lalu duduk di depan meja makan yang berhadapan dengan ibunya.

"Hari ini Ryan jadi ngejemputkan Ma", tanya Fara.

Ya, semalam Ryan datang kembali menjenguk Fara. katanya, mulai besok dan seterusnya Ryan yang akan menjemput dan mengantar pulang Fara setiap hari ke sekolah lagi, sama seperti dulu. Fara sebenarnya tak yakin, karna keadaan mereka yang tak lagi sama. Sekarang kan Ryan sudah punya Sandra.

Saras mendengus, ia lalu mengoleskan mentega pada dua buah iris roti lalu menaruhnya di piring Fara.

"Memangnya kamu setuju kalo Ryan minta ngejemput kamu? Dia kan udah punya pacar", tanya Saras, ibunya khawatir.

Fara menatap ibunya, Fara sebenarnya juga tak yakin, tapi hari ini, Fara benar-benar tak ingin pergi sendiri dengan naik bus atau semacamnya, gerombolan cewek itu kan slalu naik bus yang sama dengan Fara.

"Maaf ma, tapi nanti Fara bakal suruh Ryan turunin Fara depan sekolah kok, gak sampai masuk ke parkiran", mohonnya.

"Kalo mama sih terserah kamu Fa", ucap ibunya pasrah, "Tapi cuman sampai kamu merasa baikan ya?"

Fara tersenyum, ia mengangguk, "Iya Ma".

Pip! pip!

"Faraa!!"

Sebuah teriakan dan suara klakson mobil itu mengalihkan perhatian Fara, ia berbalik ke arah pintu, Fara tau dengan jelas suara itu. Ya, dia pasti Ryan.

"Ryan udah dateng tuh Fa".

"Iya ma", Fara mengangguk antusias, Fara lalu mencium punggung tangan mamanya lalu berlari keluar pintu, "Duluan ya ma", pamitnya.

"Makanannya gak dimakan?"

"Nanti ma, nanti!", teriak Fara.

Fara berlari menuju gerbang di luar rumah, kini seorang lelaki sedang bersender di depan pintu mobil sambil tersenyum manis, "Lama banget".

Fara hanya balas tersenyum mendengar ucapan lelaki itu.

-------

Alfa menopang tangannya di dagu, ia terus menatap ke arah papan tulis yang kini bertuliskan berbagai rumus-rumus dan angka yang terlihat sangat berantakan. Hal itu membuat mood Alfa semakin buruk, rasanya hari-harinya akhir-akhir ini begitu membosankan.

Alfa menutup matanya, ia mendengus sebal, Fara, lo dimana sekarang? Batin Alfa.

Sudah seminggu lebih Alfa tak mendengar ocehan Fara. Rasanya sungguh aneh, padahal biasanya mereka tak bertegur sapa saat pelajaran berlangsung, tapi kenapa? Bahkan dalam saat belajarpun rasanya harus sepi seperti ini.

Long timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang