Seorang lelaki muda nan tampan berjalan di antara ramainya orang-orang dengan wajah asing itu, Alfa menatap sekitarnya, sekedar mencari-cari seseorang. Tapi... Beberapa kali pun ia melihat sekeliling, orang yang dicarinya tak kunjung menampakkan wajahnya.
"Alfa?!"
Alfa berbalik, ia menatap kaget wajah ayahnya yang juga menatap heran padanya.
"Kamu kenapa? Dari tadi papa panggil kok bengong",
Alfa tersenyum, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Nggak, nggak apa-apa kok", alihnya.
"Yaudah", Danu melirik jam di pergelangan tangannya, "Satu jam lagi pesawat kita bakal take off lo, nggak ada yang kelupaan kan?"
Alfa hanya mengangguk.
Ia menghela nafas kasar. Apa mungkin ia tidak melupakan sesuatu? Tapi hatinya.... Alfa memejamkan matanya sejenak. Ia memandang sekeliling, sebentar lagi Alfa akan pergi, tapi masih ada saja hal yang mengganjal yang ia rasakan. Ada yang tertinggal, sesuatu yang berharga, sesuatu yang sulit untuk ia lupakan...
"Maaf....", hanya satu kata itu yang mampu ia ucapkan sekarang.
"Al!"
"Iya?"
"Kita masuk ke pesawatnya sekarang", ajak Danu, ayahnya.
Alfa mengangguk, ia lalu menarik koper yang ada di sampingnya. Tapi, sebuah tangan mungil menahan lengannya. Ia lalu menatap wajah orang itu,
"Fara?", kaget Alfa, "Kenapa kamu bisa ada disini?"
"Ng-Aku...."
"Gue yang anter", Ryan muncul di belakang Fara, ia tersenyum jail, "Tadi dia bilang pengen ngomong sesuatu ke elo", sindir Ryan.
Fara menatap sinis Ryan, berharap Ryan tak mengatakan sesuatu tentang apa yang dia bicarakan tadi.
-flashback on-
"Gue nggak tau harus ngomong apa, tapi... Kayaknya gue udah terlanjur suka sama seseorang".
Ryan mengernyitkan dahi bingung.
Fara tersenyum, "Setidaknya gue harus sampaikan perasaan gue ke dia kan?"
Fara bangkit dari duduknya, ia mengambil ikat rambut lalu kembali mencepol asal rambutnya,
"Kita berangkat yuk Yan",
"Kemana?", Ryan menatap Fara heran.
"Ke bandara", Fara berucap mantap.
"Untuk apa?"
Fara tak menjawab pertanyaan Ryan, ia mengambil hoodie lalu memakainya. Ia kemudian tersenyum kecil,
"Gue mau sampaiin perasaan gue, seenggaknya... Dia harus tau bukan? Gue nggak mau nyesel di akhir saat dia pergi, gue nggak mau...", Fara berucap pilu, setetes air mata jatuh menyusuri pipinya, namun segera ia usap.
"Lo mau kan anter gue?", tanya Fara memastikan.
Ryan menghela nafas, ia menyunggingkan senyum kecil lalu mengangguk.
Mungkin pada akhirnya... lo memang bukan untuk gue, pikir Ryan.
-flashback off-
KAMU SEDANG MEMBACA
Long time
Teen FictionPernahkah kamu menyimpan rasa pada seseorang? Perasaan suka yang diawali dengan sebuah pertemanan. Lalu bagaimana kalau orang yang kamu sukai itu bersama orang lain? Seberapa sakitkah hatimu saat itu? ---------