semua berubah

38 6 0
                                    

19 desember 2015

"Azfara Dinda!"

Fara berdiri dari bangkunya ketika mendengar namanya dipanggil, ia melenggang maju ke depan meja guru. Gadis itu lalu mengambil segera kertas yang disodorkan padanya. Tertera nilai 92 disana. Ah- haruskah sekarang ia bahagia?

"Selamat Fa, nilaimu akhir-akhir ini sudah benar-benar meningkat", puji bu Vina, guru biologi.

"Makasih bu".

Bu Vina menaruh kedua tangannya di dagu, ia lalu tersenyum hangat pada Fara, "Ah- itu semua pasti karna orang yang ngajarin kamu ganteng kan? Makanya kamu jadi tambah semangat. Ah- ibu iri sama kamu Fara".

Fara hanya tersenyum kecil, tak berniat menanggapi terlalu serius omongan bu Vina. Lagipula kenapa dengan Alfa? Lelaki itu juga sudah tak pernah mengajarinya lagi kok.

"Kalo gitu, saya kembali duduk ya bu".

Fara kembali ke bangkunya, sekilas pandangannya ia alihkan pada Alfa. Hanya sejenak. Lelaki itu masih saja sibuk dengan buku-bukunya, tak ada yang berubah. Entah kenapa ia merasa sedikit rindu.

"Fa?" panggil Salsa.

"Hmm".

"Lo akhir-akhir ini nggak deket sama Alfa ya, kalian berantem?"

"Enggak kok", tegas Fara.

"Trus kenapa?"

Fara tak menjawab. Ia bingung harus berkata apa, ia ingin mencari alibi, tapi Fara sama sekali tak menyukai berbohong. Baginya, bohong sama saja memupuk rasa sedih, karna trus saja menimbulkan perasaan bersalah dan penyesalan.

"Sa, gue mau ke toilet dulu ya?", Fara mengalihkan pembicaraan.

"Kok tiba-tiba banget?"

"Gue pengen cuci muka".

"Mau gue temenin?", tawar Salsa.

"Nggak usah", tolaknya.

Fara kemudian melangkah ke depan meja guru, meminta izin untuk ke toilet pada bu Vina.

"Ok. Sepuluh menit ya".

Fara hanya mengangguk ketika mendengar perkataan bu Vina, ia lalu segera menuju ke toilet wanita. Ketika Fara membuka toilet itu, ia menjadi teringat lagi dengan kejadian yang waktu itu. Saat dia dibully oleh Sesil dan teman-temannya.

Fara mencuci wajahnya berkali-kali, rasanya hari ini begitu melelahkan. Ada banyak hal yang serasa menghilang dari kehidupannya. Ya, Fara tau itu karna apa.

"Gue rindu sama lo Alfa", lirihnya.

----------

"Al", bisik Dio.

"Hmm",

"Lo beneran nggak mau kasih tau ke Fara?"

"Buat apa?", Ucap Alfa sambil terus sibuk mencatat semua materi di papan tulis.

"Nanti kalo Fara sedih gara-gara lo gimana?"

Alfa tersenyum miring, sejenak ia menghentikan tulisannya, "Dia mungkin bahagia kok, dia sendiri yang nyuruh gue menjauh".

"Dia cuman bohong Al", ucapnya, "Gue yakin dia nggak bermaksud ngomong kayak gitu".

Kali ini Alfa sungguh menghentikan kegiatannya yang sedang mencatat materi di papan tulis, ia menatap tajam Dio yang kini juga tengah menatap sungguh-sungguh padanya.

"Serius atau nggak, itu udah jadi pilihan dia..."

Long timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang