Melodi Ketujuh : Yang Berkilauan

6 0 0
                                    

Melodi Keajaiban

Dita Chun © 2013

*

*

*

*

*

Melodi Ketujuh :

Yang Berkilauan

              Melodi termenung di depan piano. Ia tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti kenapa Tuhan menyuguhkan skenario hidup seperti ini kepadanya. Jalan seperti apa yang akan Tuhan berikan padanya? Melodi tak mengerti.

              Di sisi lain ruang musik seorang siswa laki-laki berseragam senada menatap intens ke arah Melodi yang masih diam dalam ruang musik. Ia melangkah mendekat, mencari tahu apa yang sedang dilakukan Melodi di dalam sana. Ini memang bukan kali pertama ia melihat gadis manis itu, ini adalah kali ke sepuluh setelah sekian lama mengamatinya dari balik jendela perpustakaan.

              “Hei,” ia mencoba menyapa Melodi. Gadis itu bergeming, tak menyadari ada sosok lain yang tengah mengamatinya bahkan memanggilnya saat ini.

              “Hei,” sekali lagi ia mendekat dan melontarkan panggilan yang sama, tapi Melodi masih diam menatap hitam putih tuts piano.

              “Hei,” kali ini ditepuknya pundah Melodi sehingga gadis itu terjingkat karena terkejut.

              Pandangan matanya menyiratkan tanya akan keberadaan sosok laki-laki yang saat ini mencoba berkomunikasi dengannya. Siapa dia? Kenapa ada di sini? Melodi bertanya dalam hati. Terang saja karena ini sudah dua jam sejak bel pulang berdering, kenapa masih ada siswa lain yang berada dalam gedung sekolah ini?

              Melodi menengok ke sana kemari, pandangannya mencari-cari selembar kertas untuk bertanya. Seolah membaca pikiran gadis itu sosok laki-laki ber-name-tag Ares Irawan itu menyodorkan sebuah buku saku dan pulpen pada Melodi.

              Melodi lekas menuliskan sesuatu disana. “Kamu siapa? Kenapa masih ada disini?

              Ares menarik buku sakunya dan membalas dengan tulisan. “Aku Ares, kelas 4B. Kamu sendiri juga disini, kan?

              Gadis itu merengut mendapatkan pertanyaan yang sama kembali padanya. “Aku lagi latihan piano untuk acara tahunan sekolah.

              “Oh, ya?” Ares melipat kedua tangannya di depan dada. “Kalau gitu aku mau dengar juga.”

              Melodi melambaikan kedua tangannya tanda tak mau. “Aku nggak bisa main piano.”

              “Apa?” Rupanya Ares tak mengerti dengan isyarat Melodi barusan. “Kamu ngomongnya kecepatan!”

              Melodi mengulang dengan lebih lambat, “Aku nggak bisa main piano.

Melodi KeajaibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang