Melodi Kesembilan : Isyarat

9 0 0
                                    

Melodi Keajaiban

Dita Chun © 2013

*

*

*

*

*

Melodi Kesembilan :

Isyarat

              Melodi merasa ada sesuatu yang tidak beres sejak konser orkestra kelas 1A berakhir. Berkali-kali Melodi bertanya pada teman-temannya juga Sarah, tapi mereka semua bungkam atas apa yang telah terjadi. Melodi bahkan tidak tahu bagaimana ceritanya seorang Melani yang tinggi hati itu berlutut padanya di hadapan semua orang, apalagi sambil menangis. Memangnya apa yang sudah terjadi?

              Hari-hari semester dua berjalan seperti semester sebelumnya. Semua siswa kembali sibuk dengan tumpukan tugas dan juga kegiatan klub yang mulai aktif kembali. Melodi kembali dalam kehidupannya yang sebelumnya, namun saat ini seperti tanpa Melani yang mengusiknya. Gadis itu seolah mencoba menghindarinya dengan alasan yang tidak diketahui. Atas hal itu Melodi merasa cukup bersyukur karena tak perlu berurusan dengannya lagi.

              Melodi mengemasi seluruh peralatan tulis dan bukunya di atas meja. Ia lekas memasukkannya ke dalam ransel dan bersiap menuju laboratorium IPA. Sebuah tugas kelompok mengharuskan Melodi pulang terlambat lagi. Sekali lagi ia harus berkutat dengan tabung reaksi dan bahan-bahan kimia lainnya kurang lebih dua jam lamanya. Ini adalah percobaan lanjutan dari tugas kelompok yang diberikan guru minggu lalu. Mereka sempat mengerjakannya tempo hari dan melanjutkan percobaan hari ini karena baru mendapat izin pemakaian laboratorium.

              Ketiga teman sekelompok Melodi sudah menuju laboratorium lebih dulu, kurang lebih lima menit yang lalu. Kali ini Melodi harus berjalan sendiri melewati tiap koridor menjudu laboratorium IPA di samping laboratorium bahasa.

              “Hei,” seseorang mengejutkan Melodi dari arah depan. Ia baru saja berbelok dan seorang pria sudah menghadangnya tepat di depan. Hampir saja Melodi menjatuhkan buku digenggamannya andai refleknya tak berfungsi baik.

              “Kamu nggak pulang ke asrama?” tanya Ares.

              Melodi menggeleng kemudian berjalan melewati Ares. Ia mempercepat langkah menuju laboratorium IPA. Jika tak cepat, Ares bisa saja membuatnya tertahan lebih lama di koridor. Melodi memang belum sempat mengucapkan terima kasih pada Ares karena sudah melatihnya untuk orkestra. Tapi, saat ini tampaknya bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya, ditambah lagi ada setumpuk buku di kedua tangan Melodi yang membuatnya sulit berisyarat.

              “Hei,” Ares terus membuntuti Melodi sampai di depannya lagi. “Seenggaknya aku harus tahu nama lengkapmu. Waktu itu kamu belum sempat bilang, kan?”

              Ah, benar. Melodi tak pernah memperkenalkan diri pada Ares, sama sekali tak pernah. Pantas saja selama ini Ares hanya memanggilnya dengan ‘hei’. Melodi menengadahkan tangan meminta pulpen di saku Ares.

              “Pulpen?” Ares lekas menyodorkan benda hijau muda itu pada Melodi. Gadis itu segera menuliskan namanya pada pergelangan tangan Ares. “Melodi Hartadinata, kelas 1A.” Ares turut mengeja tulisan di tangannya.

Melodi KeajaibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang