Melodi Keempatbelas : Esok Telah Tiba

8 0 0
                                    

Melodi Keajaiban

Dita Chun © 2013

*

*

*

*

*

Melodi Keempatbelas :

Esok Telah Tiba

              Tahun ajaran baru telah tiba. Saatnya bagi seluruh siswa kelas 1 meninggalkan kelas lamanya dan beralih ke kelas yang baru di lantai 2, begitu pula bagi kelas-kelas yang lebih tinggi tingkatannya. Para siswa kelas 5 sudah melewati masa ujian dan wisuda. Berbagai universitas ternama menjadi sasaran empuk para siswa dengan nilai rapor dan ujian di atas rata-rata. International Middle School mulai dipadati para calon siswa baru untuk tes tulis serta serangkaian tes lain yang sempat dijalani Melodi dan kawan-kawannya.

              Para calon siswa baru yang berlalu lalang di setiap sudut sekolah mengingatkan Melodi ketika ia datang ke sekolah ini untuk pertama kalinya. Hal ini membuatnya sadar bahwa ia sudah bertumbuh semakin dewasa. Usianya akan menginjak tiga belas tahun dan di usia ke lima belas ia akan lulus dari sekolah ini.

              Sampai detik ini Melodi tak pernah lagi melihat sosok Ares. Pria itu menghilang bagai ditelan bumi. Tak ada yang tahu kemana siswa bernama Ares Irawan itu pergi selain guru dan pihak sekolah. Karena mereka menganggap kepergian Ares adalah sebuah privasi, maka tak ada seorang pun yang pernah memublikasikan sebuah kabar kredibel tentang kepergian Ares. Semua orang hanya menerka-nerka kemana dan kenapa Ares meninggalkan sekolah secara mendadak. Kepergian pria itu tentu saja menimbulkan berbagai opini mengingat ia merupakan salah satu siswa terpopuler di sekolah.

              Melodi menarik sebuah buku di antara kelompok rak ensiklopedia. Sebuah buku bersampul hitam dengan judul Pianist Encyclopedia. Ares selalu membaca buku itu setiap mereka bertemu dan entah kenapa selama ini Melodi menggunakan buku itu sebagai pelepas rindu kepada pembaca sebelumnya—Ares. Tulisan-tulisan tangan Ares dalam buku sakunya menyimpan kenangan dari sosok teman, guru, sekaligus orang yang dicintainya itu. Ares memang tidak ada disini, tapi bukan berarti ia tak akan kembali. Melodi yakin bahwa suatu hari pria itu akan kembali ke dalam sekolah tempat mereka merajut memori dalam kebisuan.

              Secarik kertas putih di halaman daftar pustaka membuat Melodi heran akan keberadaannya. Selama membaca buku ini Ares memang tak pernah membalik ke bagian daftar pustaka sejak pertama kali mereka bertemu di perpustakaan. Setiap Ares akan sampai pada bab terakhir, ia akan mengulang bacaannya dari halaman satu tanpa membalik halaman daftar pustaka. Semula Melodi tak menyadari kehadiran kertas itu karena hampir tak pernah menyentuh halaman daftar pustaka buku itu.

              Kertas putih itu tertempel di halaman daftar pustaka dengan posisi terlipat. Tanpa harus melepas lem yang menempel, Melodi mampu membaca tulisan dalam kertas itu. Hanya perlu membuka lipatannya sedikit dan tulisan itu akan terbaca cukup jelas.

              “Ketika jemarimu sampai pada halaman ini, itu artinya kamu sudah membacanya sampai akhir. Lepas dari usiaku yang belum genap lima belas tahun anggap saja aku menyukaimu, mencintaimu seperti orang-orang dewasa di luar sana. Kita masih anak-anak atau mungkin remaja yang masih bertumbuh sehingga aku tidak akan mengatakan I LOVE YOU meski aku ingin. Bagi remaja seusia kita, sebuah isyarat sudah cukup, kan? Kalau begitu apa kamu pernah menyukaiku juga?

              Melodi tertegun membaca pesan yang ditulis tangan oleh Ares. Ia merasa bahwa surat itu memang ditujukan Ares kepadanya. Tapi, ia tidak tahu kemana lagi harus menjawab pertanyaan Ares. Mungkin ia membisikkan sebuah isyarat pada angin sehingga pesan itu akan terbawa ke tempat Ares tengah bernaung saat ini. Meski ia tak tahu dimana pria itu, ia ingin mengatakan kalau mungkin ia juga menyukainya, setidaknya sebagai seorang sahabat yang sangat berarti.

***

              Melodi berjalan menuju laboratorium. Gadis itu ingat bahwa sesuatu telah tertinggal beberapa jam silam. Oleh karena itu, ia kembali ke tempat penuh zat kimia dan tabung reaksi itu. Sampai di dalam Melodi menjumpai Melani yang asyik berkutat dengan percobaannya. Sudah jam pulang, tapi gadis itu masih menghabiskan waktu di tempat ini.

              “Melani,” Melodi menepuk pundak gadis itu. Mereka sudah lama sekali tidak berkomunikasi, cukup lama, sejak malam itu. Melani menoleh dan mendapati Melodi tengah menulis di buku sakunya.

              “Apa belakangan kamu terus ada disini?” Melodi menunjukkan deretan kata-katanya.

              Melani mengangguk. “Aku harus lulus sebelum kelas 5. Ada program dimana aku bisa kuliah lebih cepat lagi dari sekadar akselerasi.”

              Melodi mengangguk paham. Tampaknya ia bertanya pada saat yang tepat karena ekspresi Melani tak tampak berubah meski Melodi mengajukan pertanyaan di waktu sibuknya kali ini. “Mau aku bantu?” Melodi menawarkan.

              Melani berpikir sejenak. “Baiklah,” gadis itu memutuskan.

              Melodi lekas meletakkan tas ranselnya ke atas kursi di samping meja. Setelah mengenakan jas laboratorium dan mencuci tangan, gadis itu lekas mengambil sebuah tabung reaksi yang belum disentuh Melani. Ia lekas menanyakan zat apa lagi yang akan diujinya kali ini.

***

Melodi KeajaibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang