Melodi Kedelapan : Melodi Keajaiban

20 0 0
                                    

Melodi Keajaiban

Dita Chun © 2013

*

*

*

*

*

Melodi Kedelapan :

Melodi Keajaiban

              Pagi-pagi sekali Melodi sudah bangun. Liburan seperti ini para siswa biasanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur daripada harus memaksa bangun lebih awal. Seperti akhir pekan, sudah seharusnya waktu-waktu seperti ini dimanfaatkan dengan baik untuk beristirahat. Tapi, itu terkecuali bagi Melodi. Gadis itu memilih untuk bangun lebih pagi hari ini bukan tanpa alasan. Ia sedang dikejar sesuatu bernama deadline kurang dari satu bulan. Ada sesuatu yang harus diselesaikannya dan ia harus berusaha lebih keras seperti janjinya pada dirinya sendiri sejak belum menginjakkan kaki ke sekolah ini.

              Melodi menarik sebendel kertas kemudian memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Dengan pakaian non-formal alias seadanya, gadis itu melangkah keluar meninggalkan asrama lantai 5 tempatnya bernaung setengah tahun ini. Langkahnya mantap dan ia sudah berniat akan melakukannya hari ini. Bagaimanapun tidak banyak waktu tersisa, ia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin sebelum semuanya terlambat. Setidaknya, sebelum terlambat baginya untuk berusaha. Masih ada waktu tiga minggu.

              “Fighting!” Melodi menyemangati dirinya sendiri. Ia berjalan melewati setiap skenario yang Tuhan berikan padanya. Ia harus terus semangat, sampai akhir.

              Melodi melewati koridor yang menghubungkan bagian luar sekolah dengan beberapa bagian di dalam sekolah. Sekolah jadi sangat sepi pada waktu liburan begini, mungkin hanya ada beberapa guru yang datang untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal dan sebagainya. Pagi ini tampaknya hanya Melodi yang datang paling awal dan mungkin keluar pada waktu paling akhir karena bisa jadi tidak ada yang datang hari ini.

              Melodi mempercepat langkahnya begitu ia melihat tulisan “Music Room” terpampang jelas di luar pintu sebuah ruangan. Jemarinya meraih kenop pintu dan lekas membuka pintu itu ke arah dalam. Seketika manik mata hitam pekat itu menangkap sosok lain di dalam ruang musik, bukan hanya satu, tapi dua sekaligus. Melodi mengenal betul siapa keduanya. Pria aneh yang belakangan mengganggu pikirannya dan seorang gadis yang paling membuatnya muak. Ya, itu Ares dan Melani.

              Pemandangan yang dilihat Melodi saat ini cukup membuat dadanya berdetak satu setengah kali lebih cepat. Ares tengah bermain piano dan Melani berdiri di belakang piano sambil menatap Ares dalam diam. Keduanya tampak menikmati alunan piano yang mengalir lembut sepanjang tarian jemari Ares di atas tuts.

              Melodi merasa pernah menjumpai pemandangan seperti ini sebelumnya. Tapi, kapan? Dimana?

              Ah, benar! Pemandangan yang serupa pernah dilihatnya beberapa tahun silam. Hari itu langit gelap kemudian hujan rintik-rintik. Ibu bermain piano di ruang tamu dan ayah berdiri sambil menatap ibu dalam diam. Apakah Ares memainkan simfoni yang sama? Mungkin. Melodi tidak tahu pastinya. Yang pasti ia melihat kilatan dari mata Melani persis seperti bagaimana ayah menatap ibu hari itu.

Melodi KeajaibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang