Melodi Pertama : Aku Ingin Pergi

12 2 0
                                    

Melodi Keajaiban

Dita Chun © 2013

*

*

*

*

*

Melodi Pertama :

Aku Ingin Pergi

 

 

Di dunia ini ada sesuatu yang mereka sebut dengan keadilan yang berat sebelah

Sesuatu yang kadang tidak kumengerti keberadaannya

Karena aku sudah lama hidup dalam ketidakseimbangan

Maka dari itu, aku tidak mengerti

Sesuatu yang sedang mereka risaukan...

 

              Seorang anak perempuan berseragam merah putih berjalan memasuki ruang kelas dengan terburu-buru. Ia hampir saja terlambat andai tidak segera masuk ke dalam sana. Satu menit sebelum bel pelajaran dimulai ia baru tiba di sekolah dan ia bersyukur catatan terlambatnya tidak akan bertambah lagi.

              Seluruh pasang mata di dalam ruang berukuran dua belas kali dua belas meter itu menatap serempak pada sosok mungil di depan papan tulis. Beberapa di antaranya mencibir dengan volume suara yang tidak terlalu keras, meski mereka tahu sekeras apapun mereka meneriakkan kalimatnya, gadis itu tak akan pernah tahu.

              Gadis itu tahu, tapi mencoba mengabaikan. Ia melonggarkan letak lengan tas ranselnya dan meletakkannya ke atas meja. Selanjutnya gadis itu tampak memilah-milah buku yang akan dibacanya sebelum guru mata pelajaran pertama datang. Ia memutuskan untuk menarik sebuah buku bersampul biru di antara buku paket Matematika dan Seni Budaya. Buku yang tidak terlalu besar, tapi cukup tebal untuk memenuhi tangan mungilnya. Ia tidak menyadari bahwa saat ini beberapa siswa di bangku paling belakang sedang menatapnya intens, sengit. Bahkan sesekali kalimat seperti, “Anak itu selalu sok pintar!” keluar dari mulut mereka. Meski begitu, gadis itu tetap diam. Ia diam bukan karena tidak peduli, tetapi karena ia sama sekali tak tahu. Ia tak tahu bahwa teman-teman di belakangnya sedang berusaha menunjukkan rasa tidak suka atas kehadirannya. Singkat cerita, gadis kecil yang menjadi perhatian sejak tadi itu adalah seorang tuna rungu. Maka dari itu, ia tidak tahu bahwa setiap orang sedang mencelanya.

              Seorang anak laki-laki muncul dari balik pintu kelas. Di tangannya bertengger setumpuk buku bersampul cokelat yang akan dibagikan pada teman-temannya. Gadis itu menerima buku miliknya dan tersenyum puas melihat sebuah nilai sempurna terpampang jelas disana. Sementara itu siswa-siswi lain di dalam sedang mendengus sebal karena coretan tinta merah di sepanjang buku tugasnya terus bertambah. Mereka bahkan menjadi jauh lebih kesal ketika mendapati gadis yang disebut ‘si bisu’ itu mendapat nilai sempurna lagi dalam bukunya.

              “Bu guru pasti ngasih dia nilai bagus gara-gara dia bisu!” Seorang di antara mereka memulai celaan di belakang gadis itu, mulai membicarakannya dengan buruk tanpa rasa segan sedikitpun.

              “Bisa jadi bu guru ngasih bocoran jawaban ke bisu supaya dia bisa dapat nilai bagus!” geram seorang anak perempuan pada bangku paling ujung.

Melodi KeajaibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang