YoHi!
Baes dan Gincu minta Voment ya(Scene terakhir di chap 14 : perjodohan winkdeep berlanjut lalu mrk salah paham guanhwi saling suka. Sekadar mengingatkan, siapa tahu lupa krn ff ini ngaretnya gak tanggung-tanggung hehe. Dan sama seperti sebelumnya tulisan bercetak miring is flashback. Enjoy~)
================================
2 tahun sejak kejadian itu, hidup Daehwi tidak pernah lagi sama seperti dulu.
Setiap saat, Daehwi akan selalu berjumpa dengan orang-orang asing yang tiba-tiba saja memeluk dan mengusap wajahnya sembari mengatakan 'yang tabah ya' atau 'kamu kuat' padanya.
Namun, apakah mereka benar-benar peduli kepadanya? Atau itu hanya kedok mereka saja? sebuah kedok yang mereka gunakan untuk dapat bertahan hidup dari dunia yang kejam ini? Kedok sosial untuk menunjukkan bahwa mereka itu orang baik? Orang baik yang menyembunyikan seribu benci di lubuk hatinya?
Atau itu hanya dirinya? Dirinya yang telah merasa sudah cukup baginya untuk mempercayai orang lain.
Entahlah, hanya dia dan Tuhan yang tahu jawabannya.
"Yak! kamu ngelamun lagi?" Tepukkan halus di punggung Daehwi menyadarkannya dari lamunan.
Daehwi menoleh, kedua kelerengnya mendapati sebuah senyuman teduh dari anak laki-laki tampan. Laki-laki yang selama 2 tahun ini selalu menemani dan bermain bersamanya di kala semua teman satu kelas tidak menganggap keberadaannya.
"Gak kok, hanya sedang berfikir," ucap Daehwi dengan ukiran kecut di bibirnya, "ngomong-ngomong, kamu kok datang pagi? Gak seperti biasanya," sambungnya lagi kala tersadar bahwa sang sahabat yang biasanya kesiangan, kini datang lebih awal.
"Emangnya gak boleh aku jadi anak rajin satu hari saja, hoh?" ucapnya dengan nada sebal yang dibuat-buat, membuat Daehwi mengeluarkan kekehan pelan dari bibir merahnya.
"Nah gitu dong, kan manis kalo senyum," ucapan lelaki itu, kemudian mencubit kedua pipi Daehwi dan pergi berlari meninggalkannya.
"YAK! KIM SAMUEL! AWAS YA!!!!" teriak Daehwi yang merasa kesakitan pada pipinya, tentu akan ada bekas merah di daging tebal ini nanti.
Kemudian, ia beranjak dari tempatnya, dan berlari mengejar Samuel yang tengah berlari kegirangan sambil tersenyum puas.
================================
"Ugh...," desah Daehwi kala merasa pening di kepalanya begitu sangat menekan, bagai ada suatu beban menghinggapi kepalanya. Tidak pernah ia rasakan yang seperti ini.
Diusap halus kedua kelopak mata yang terasa berat menggunakan tangan kiri sembari tangan kanan meraba-raba sisi samping kasur.
"Huh?" Heran kala dingin suhu kulitnya tak sengaja bersentuhan dengan hangatnya kulit seseorang di sampingnya.
Dengan segera ia bangkit dari posisinya dan langsung menghadap objek yang ia sentuh tadi.
"Kuanlin?" ucapnya sedikit terkejut.
Ternyata seseorang itu ialah Kuanlin.
Lelaki tinggi itu kini sedang tertidur pulas, dengan keadaan topless.
Iya, tanpa atasan.
Dan tanpa terasa, kedua buah pipi Daehwi pun merona, menampilkan warna merah samar yang menandakan bahwa Daehwi sekarang tengah malu.
Karena salah tingkah, segera Daehwi beranjak dari tempat tidurnya dengan tidak sabaran, menyebabkan Kuanlin yang tadi masih tidur mau tak mau harus terbangun karena gangguan yang disebabkan oleh Daehwi.
"Eoh? sudah pagi?" racau Kuanlin saat matanya tak sengaja menatap sinar pagi hari yang tembus dari sela-sela gorden kamar Daehwi.
"Yaak, a-apa ya-ang kamu l-lakukan di s-sini?" tanya Daehwi terbata-bata. Ia masih berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan itu.
"Hah? ya, apa kamu lupa apa yang kamu lakukan padaku tadi malam, hoh?" tanya Kuanlin balik dengan suara paraunya yang entah mengapa terdengar sangat seksi.
Daehwi makin salah tingkah saat Kuanlin tiba-tiba saja beranjak dari posisinya dengan keadaan topless.
Apa Kuanlin tidak sadar kalau Daehwi sedang berusaha menahan nafasnya agar tidak berteriak.
"H-hoh?e-emang ta-tadi malam a-aku ng-ngapain?" tanya Daehwi gugup karena ia benar-benar tak tahu apa yang dimaksud oleh Kuanlin.
Kuanlin memasang wajah terkejutnya, menaruh tangan kanannya di mulutnya, seolah-olah sesuatu yang Daehwi lakukan itu adalah sesuatu yang sangat fatal.
"Wah, teganya kamu. Aku merasa telah dimanfaatkan," ucap Kuanlin kecewa.
Mendengar penuturan Kuanlin, Daehwi yang semula tak tahu apa-apa, mau tak mau berfikiran yang tidak-tidak.
Dilihatnya wajah Kuanlin yang kini menatapnya.
Kuanlin pun membalas tatapan mata Daehwi. Seolah mengerti, Kuanlin kemudian memberikan gerak-gerik aneh kepada Daehwi, seolah-olah memberikan clue kepadanya.
"Mboya?" tanya Daehwi dalam hati kala terlihat Kuanlin yang sedang memajukkan bibirnya.
"Yak! Kuanlin-na!" rengek Daehwi yang tak percaya.
Kuanlin kemudian memasang wajah sedihnya, membalikkan badannya, kemudian beranjak meninggalkan Daehwi dengan kepala menunduk.
"KUANLIN-NA" panggil Daehwi, kemudian ia mengejar Kuanlin yang telah keluar kamar, masih dengan keadaan topless. Aigooya.
================================
"Jinyoung-ah, kamu gak apa-apa?" tanya sang ibu yang sadar dengan keadaan Jinyoung yang terlihat kacau tersebut.
Jinyoung pun menoleh, menatap sang ibu dengan mata sayupnya.
Bagaimana pagi harinya tidak kacau jika memikirkan Kuanlin dan Daehwi yang sedang bersama di dalam sebuah kamar. Hanya berdua.
Barusan Jinyoung menghubungi Kuanlin yang tadi malam langsung pulang tanpa pamit. Dan Kuanlin menjawab jika dia pulang bersama Daehwi karena lelaki imut itu mengajak pulang. Tak hanya itu, Kuanlin juga memberitahu bahwa dia saat ini berduaan dengan Daehwi di apartement lelaki itu.
Sepertinya Jinyoung memikirkan untuk benar-benar menyerah kali ini.
============Bersambung=========
KAMU SEDANG MEMBACA
PEEK-A-BOO | JINHWI
Fanfiction"Aku percaya takdir. Takdir bahwa kita akan bertemu lagi." - Bae Jinyoung. "Kita memang ditakdirkan untuk bertemu lagi. Namun, mengapa kau tidak mengenaliku ?" - Lee Daehwi. Walaupun berpisah, hati selalu tahu kepada siapa dia berlabuh. a collab fa...