Tujuh

953 188 46
                                    

YoHi!
Baes dan Gincu minta Voment ya


================================

Plak!

Suara tamparan dari balik bilik kamar itu terdengar begitu nyaring.

Suara tangisan disertai teriakan memenuhi gendang teling anak lelaki kecil yang kini menatap lirih di balik celah pintu kamar itu.

Entah sudah keberapa kalinya ia harus menyaksikan pertengkaran kedua orang tua asuhnya ini.

Sang ibu yang tak berdaya di tangan kejam sang ayah yang dengan semena-mena menggunakan kekerasan untuk menyakiti wanita malang itu.

Argumen siapa benar dan siapa salah selalu menjadi pemicu aksi kekerasan di rumah tangga yang memang kurang harmonis itu.

Anak kecil itu menggigit bibir bagian bawahnya.

Ia tau apa yang akan terjadi setelah argumen antara kedua orang tua asuhnya ini selesai.

"DAVID!" teriak lelaki yang biasa ia panggil daddy itu.

Nada marah terdengar sangat menusuk jantung anak kecil yang sedang berdegub dengan kencangnya.

Ia beranjak dari tempatnya, menyembunyikan tubuh mungilnya diantara sofa-sofa di ruang tengah itu.

Cucuran air mata tak henti-hentinya keluar dari mata sipitnya.

Di lihatnya sosok lelaki dewasa yang kini sedang menatap dirinya dengan penuh amarah.

"Sorry daddy! Sorry daddy! sorry~" lirih ampun anak lelaki itu.

Namun sepertinya hati sang ayah telah tertutup oleh rasa amarah.

Dengan kasar lelaki dewasa itu menarik tubuh mungil anak kecil itu keluar dari tempat persembunyiannya.

Melempar tubuh mungil itu ke sisi lain ruangan.

Anak kecil itu mengaduh, namun dengan segera ia bangkit dari posisinya dan membungkuk, memohon ampun.

"Daddy~ sorry daddy~ sorry~" lirih ampun anak kecil itu.

Namun lelaki dewasa itu tampak tuli.

Dengan teganya ia menendang tubuh mungil itu.

Anak kecil itu merasa tecekik.

Nafasnya terasa sesak.

Sakit.

Namun tak henti di situ saja, lelaki dewasa itu kini menghampiri anak kecil itu dengan sebuah gantungan baju besi di tangannya.

Di tariknya tubuh anak kecil yang masih meringis kesakitan itu.

Dan tanpa ampun, lelaki itu memukul tubuh anak tak berdosa itu tanpa memperdulikan jeritan sakit dari sang anak.

Bekas-bekas kebiruan dan goresan yang belum sempat sembuh di tubuh anak itu pun kini terbuka lagi, mengeluarkan darah segar.

Perih.

Sangat perih.

"Daddy! soorry daddy~ aw~ sorry, sorry~"

=
=
=

"Sorry daddy~ sorry~ SORRY!" pekik nyaring Daehwi.

Ia terbangun dari tidurnya malam itu.

Tiba-tiba saja rasa sesak di dadanya terasa begitu membebaninya.

PEEK-A-BOO | JINHWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang