6.Jadian?

41 20 12
                                    

Suasana makana malam di rumah Zera memang tampak sangat klasik dan sederhana tapi menyimpan suasana yang membuat siapa saja betah berlama lama di ruang makan itu.

Bagaimana tidak, letak ruang makan itu jika di lihat sekilas terletak di outdoor dengan tema alam dan suara air sungai. tapi ternyata itu hanya sebuah lukisan tiga dimensi dan suara yang di keluarkan dari arah balik dinding yang di lukis gambar sungai. Canggih bukan.

Zera hanya menatap kosong makanan di hadapannya kini. Ia sama sekali tidak berniat untuk mengambilnya sedikit pun.

"Loh, Zera kenapa di liatin aja nak?" Ucap Alisa setelah selesai memberikan lauk ke piring Adam.

"Ada apa lagi Zera? Nilai kamu menurun?" Tanya Adam seraya mengambil air putih yang di sodorkan Alisa dan meneguknya.

Akhirnya Zera merespon. Ia mengangguk lemah dan mencebikkan bibirnya.

Sudah dua hari Alisa dan Adam pulang dari luar negeri. Dan membuat Zera sangat senang karena Ia sudah tidak sepi lagi di rumah.

Soal Zera yang pingsan tiga hari yang lalu, Zera tidak mengatakan apapun pada Alisa apalagi Adam. Ia sangat takut pada Ayahnya. Apa lagi jika mereka tau makan Zera saat mereka tidak ada itu sama sekali tidak teratur.

Kemungkinan besar hal itu yang membuat Zera pingsan waktu itu. Pegawai UKS waktu itu sudah menganjurkan Zera untuk di periksa lebih lanjut lagi di rumah sakit.

Namun Zera Sampai sekarang tidak pernah menginjakkan kakinya ke rumah sakit.

Toh ini hanya penyakit biasa. Lama lama juga ilang kan.

Selalu itu yang ada di pikiran Zera.

"Emangnya nilai kamu turun berapa nak?" Alisa menuangkan berbagai macam lauk di piring Zera.

"Waktu itu nilai Zera tuntas Ma, seratus. Sekarang menjadi sembilan puluh." Rengek Zera mengadu pada Alisa.

"Ya ampun Zera, itu juga namanya tuntas sayang--"

"Iya Zera tau, tapi rasanya gak srekk banget kalo Zera hanya dapat sembilan puluh doang." Celoteh Zera memotong pembicaraan Alisa.

"Kamu harus tetap bersyukur nak, meskipun dapat berapa. Nilai sembilan puluh aja banyak yang ngejar kan. Dan salah satunya kamu berhasil mencetak angka sembilan puluh. Apa yang kita dapatkan itu harus selalu bersyukur sayang. baik itu menguntungkan, merugikan, besar, kecil itu semua pemberian dari Allah sayang. Jadi gak usah sedih gini ya? Zera anak Mama sama Papa selalu jadi yang terbaik ko bagi semua orang." Nasihat Alisa panjang lebar yang membuat Zera tak bergeming di tempatnya saat ini.

Sungguh mengharukan bagi Zera.

Zera tersenyum kepada Alisa dan Adam.
"Baik Ma, Pa, berapapun Zera dapatkan Zera akan selalu bersyukur. Dan juga Zera tidak akan pernah lupa soal Doa dan usaha yang Mama selalu ajarin buat Zera." Ucap semangat Zera.

"Makasih Pa!" Cibir Zera melihat ke arah Adam. Dan di balas anggukan olehnya.

"Makasih Ma!" Kemudian Alisa.

Setelah mereka selesai makan malam. Seperti biasanya Adam langsung segera menuju ruang kerjanya sedangkan Alisa membantu Bi' Mia membereskan meja makan.

"Ma Zera ke atas dulu ya" setelah meletakkan piring kotor itu ke wastafel dan di balas anggukan oleh Alisa yang tengah memasukkan beberapa buah ke dalam kulkas, Zera meninggalkan ruang makan.

"Ummm Zera?" Ucap Alisa menghentikan Zera saat sudah berada di tiga anak tangga.

Zera berbalik melihat ke arah Alisa yang tengah menatapnya serius.

ZEBRA (Zera-Bryan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang