"Zer Lo yakin gak ingat wajah cowok yang nolongin Lo waktu itu?" Tanya Dera duduk di samping Zera yang sangat fokus pada buku-buku nya.
Sejak kejadian di UKS waktu itu, Zera terbangun yang sudah berada di UKS dan tidak menemukan siapa siapa selain pegawai UKS yang tengah menyusun obat obatan ke dalam lemari.
Zera sudah bertanya pada pegawai tersebut tapi Ia tidak tahu karena waktu Zera di bawah kesini masih bukan jadwalnya menjaga.
Zera sangat ingin berterimakasih sama orang yang telah menolongnya tapi Ia tidak tau siapa orang itu. Lagi pula kenapa orang itu tidak menunggu Zera bangun.
Maksudnya agar Zera tidak pusing lagi cari tau siapa yang berhati bak malaikat padanya waktu itu.
"Enggak Der" jawab Zera sembari menutup bukunya dan mengembalikannya ke rak buku tempat buku yang Ia ambil tadi. Berhubung bel sekolah sudah berbunyi perpustakaan yang tadinya ramai kini tampak mulai sepi.
Dera menggerutu kesal, sebab baru saja Ia mendudukkan bokongnya di kursi dan sekarang bel sekolah sudah berbunyi. Padahal kali ini Dera serius ingin belajar di perpus bersama Zera tapi lagi dan lagi batal.
"Kok gue punya feeling kalo orang yang nolongin Lo waktu itu bukan salah satu penggemar Lo ya?" Ucap Dera saat meninggalkan perpus bersama Zera.
Mereka berjalan beriringan menuju kelas XII IPA 1. kelas mereka. Dengan beberapa tumpukan buku di tangan Zera yang Ia pinjam tadi.
Mendengar ucapan Dera, Zera hanya menaikkan kedua alisnya.
"Mau dia penggemar gue atau bukan gak ada masalahnya kan?" Cibir Zera.
"Iya Zer gue menger, tapi maksud gue dengan mengetahui kalo dia itu bukan penggemar Lo kita bisa dengan mudah temuin orang itu" celoteh Dera menjelaskan maksudnya.
"Kenapa Lo bisa seyakin ini kalo dia bukan penggemar gue?" Kekeh Zera.
"Ya iyalah yakin, bayangin aja yah, kalo emang dia penggemar Lo gak mungkin kan selama tiga hari ini dia hanya diam aja. Pasti dia berusaha memberitahu Lo soal dia yang nolongin Lo, ya...supaya Lo muji dia mungkin...atau...Lo bisa suka sama dia--"
Zera segera melototkan kedua matanya ke arah Dera.
Dera hanya terkekeh "Iya iya enggak"
"Terus sekarang kenapa orang itu hanya diam aja? Kan dia berarti bukan salah satu penggemar Lo. Dan Lo tau apa ini...bahwa penggemar Lo di XII IPS 3 lah yang paling sedikit, jadi kemungkinan penggemar Lo ada di kelas itu kan?" Tanya Dera semangat empat lima.
Zera menyeringai mendengar Dera yang asal asal menebak. "Gak mungkin lah" cibir Zera saat mereka berdua sudah tiba di kelas.
Jarak perpustakaan dan kelas mereka memang dekat. Jadi tidak lama lama amat untuk kembali ke kelas. Jadi saat berjalan di koridor tadi mereka tidak perlu terburu-buru jika sudah masuk.
"Tapi Zer percaya de--"
"Udah ah. Gak usah bahas itu. Udah masuk juga" cibir Zera sembari menghempaskan bokongnya di kursi di ikuti Dera dari arah samping .
"Guru juga belum ad--"
"Dera!" Geram Zera jengkel melihat celotehan Dera yang tidak juga berhenti.
Dera mencebikkan mulutnya tanda kesal. Ia mengambil beberapa buku dan alat tulis dari dalam tasnya kemudian Ia letakkan di atas meja dengan sengaja menimbulkan suara suara dari benda tersebut. Tanda bahwa Ia sangat kesal.
Zera melirik sekilas kelakuan temannya itu, Ia hanya menggeleng geleng kan kepalanya melihat tingkah Dera.
"Siapkan!" Perintah Pak Azar--guru Fisika yang paling di kenal killer sama anak IPA. Saat memasuki kelas XII IPA 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEBRA (Zera-Bryan)
Novela Juvenil#fiksiRemaja #SMA #Baperan 13+ Ini bukan tentang kisah percintaan antara gadis biasa dan mostwanted. Tapi... Tentang gadis SMA yang populer karena kecantikannya,kepintarannya, serta ia juga merupakan anak yayasan sekolah yang ia tempati sekarang, me...