4.keuntungan bolos yg hakiki

45 21 15
                                    

Fisal menatap aneh temannya itu yang sedang duduk khawatir di samping bankar Zera. Setelah kejadian tadi, dimana Bryan menggendong Zera dan membawanya ke UKS, Ia segera mengirim pesan pada Fisal agar datang menemaninya di sini.

Fisal yang hanya berdiri di ambang pintu dapat melihat sedikit kekhawatiran di wajahnya. Walaupun sedikit tapi itu bukan sosok Bryan sama sekali, khawatir pada Zera?

Soal rencana bolos Bryan dan Fisal batal melakukannya. Fisal telah berdecak kesal pada Ian karena harus menemaninya di UKS ini tanpa melakukan sesuatu.

Sedangkan Satya, Ia sudah di luar pagar, lebih tepatnya udah gak di sekolah lagi. Soal Bryan dan Fisal yang di UKS Ia sudah tau, tapi yang tidak Ia ketahui di sini adalah apa yang di lakukan mereka di UKS?.

Sungguh suasana yang menyebalkan ingin rasanya Fisal berteriak di depan Bryan, bagaimana tidak setiap kali Fisal membuka bicara Bryan segera menyuruhnya diam dan menatapnya tajam.

Entahlah ada apa dengan Bryan.

Sudah hampir sejam Bryan duduk memandang wajah polos Zera, yang juga belum sadar, kata pegawai UKS tadi Zera belum makan apa apa jadi itu sebabnya Ia lemas seperti ini. Bryan menjalankan matanya ke seluruh wajah Zera dari keningnya, alis yang tebal, matanya, bulu mata lentiknya, hidungnya yang mancung, serta terakhir bibir Zera yang sangat.....

Senyum terbentuk di wajahnya namun tidak dapat di lihat oleh Fisal karena sangat tipis.

Ting!

Notifikasi masuk di handphone Bryan, membuat Fisal menoleh kepadanya, Ia segera mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya.

Ada pesan dari Satya. Ia mengernyit melihat Satya mengiriminya satu foto.

Betapa terkejutnya Ian saat melihat foto itu.

"Shit!" Umpat Ian.

Fisal menoleh ke arah Ian "Ada apa?"

"Gak ada apa apa" jawab Ian yang masih fokus pada foto itu.

Bagaimana bisa?. Gumam Ian bingung.

Fisal membuang pandangannya "Ck!"

"Lo tetap gak mau kasi tau gue?" Sambung Fisal mendengus kesal.

Ian menoleh sejenak pada Fisal. "Bukan urusan Lo" lanjut Ian kembali melihat foto itu.

"Lo nyadar gak sih Ian--"

"Gak!"

"Woi gue belum kelar bicara woi, kebiasaan amat Lo" emosi Fisal meningkat melihat Ian membawa kebiasannya selalu memotong pembicaraan orang.

"Oh" ucap enteng Ian seraya memangguk angguk.

"Lo...gak masuk?" Sambung Ian.

"Lo sengaja jadi geblek gitu ato emang dari lahir Lo udah geblek emang ya?"

Bryan menaikkan kedua alisnya.

"Astagfirullah Ian-Ian Lo belum menger juga." Cibir Fisal geram menggeleng geleng kan kepalanya.

"Orang udah masuk tiga puluh menit yang lalu Ian..." Geram Fisal.

"Sssttt....,bisa diam gak Lo?" Perintah Ian kembali memotong pembicaraan Fisal.

Fisal terkejut, Ia memberikan pelototan pada Bryan yang tengah memasukkan kembali benda pipih itu. Bisa bisanya Ian sampai mengatakan hal itu padahal yang membuka bicara duluan itu dia kan. Fisal tidak habis pikir.

"Lo nyur-"

"Lo tau bahasa kan Sal?" Suara Ian memelan agar tidak membangun kan Zera yang masih tampak terlelap lemas.

ZEBRA (Zera-Bryan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang