Lee Minho menjadi orang pertama yang bangun di pagi hari.
"Duh gue ganteng banget eak. Padahal baru bangun tidur." Katanya bermonolog di depan cermin sambil nyisir-nyisir poninya pake jari.
"Udah pada bangun belom ya? Apa gue harus bangunin mereka?" Tanyanya sendiri.
"Yaudah tapi gue minum dulu."
Setelah itu dia keluar kamar dan langsung ke dapur untuk mengambil segelas air. Dia menyibak hordeng di dapur. Ada seseorang sedang berdiri ke arah danau.
Tunggu, kayaknya dia kenal.
Dia memincingkan matanya.
"Loh? Jeongin? Dia ngapain?"
Setelah bilang seperti itu, seseorang itu menoleh ke belakang. Itu benar-benar Jeongin. Awalnya tatapannya kosong, tapi setelah dia lihat lebih teliti kalau ada Minho sedang melihatnya, dia langsung tersenyum.
"Tumben dia bangun pagi" ujarnya dalam hati.
"Tapi kan emang dia yang sering bangun pagi. Kok lo gubluk banget sih." Lanjutnya sambil mengetok palanya sendiri.
Niatannya untuk membangunkan member lain, dia urungkan. Dia langsung berlarian ke luar villa lalu menghampiri Jeongin.
"Jeongin! Lagi apa?"
Jeongin menoleh. "Pemandangannya bagus, Hyung"
Minho menatap ke depan, hanya ada pohon dan danau yang sedikit jauh. Menurutnya, itu tidak begitu indah.
"Lo suka pemandangan kayak gini?" Tanyanya.
Jeongin mengangguk. "Gue suka."
"Lo gak bangunin member lain?"
Jeongin menggeleng. "Kayaknya mereka capek, Hyung. Biarkan mereka menikmati tidur mereka"
Minho mengangguk mengerti.
"Sebelum waktu mereka untuk tidur selamanya tiba"
Minho langsung menegang. "Lo ngomong apa?"
"Lo gak ngerti maksud gue, Hyung?" Tanya Jeongin kaget.
"Gue ngerti, maksud gue apa maksud lu ngomong tidur selamanya?"
Jeongin memasang wajah kaget. "Hah? Kapan gue ngomong gitu?"
"Ah iya, kapan ya. Suaranya juga kek bukan suara elo sih" balas Minho sambil menggaruk tengkuknya.
"Aish ada-ada aja, Hyung. Yaudah lah gue bangunin mereka, udah siang juga sih. Gue laper. Duluan ya, Hyung" kata Jeongin sambil melambaikan tangan ke arah Minho.
"Iyaaa tar gue nyusul!" Balas Minho sambil membalas lambaian tangan Jeongin.
Dia menghela nafas pelan. Lalu berbalik untuk menatap villa yang sedang mereka tempati. Lalu pandangannya fokus ke arah jendela di dapur.
Dia memincingkan matanya sekali lagi.
Jika dilihat dari sini, jendela itu terlihat blur dan bahkan gelap. Dia tidak bisa melihat apa-apa dari sini.
"Gimana bisa dia liat gue?" Tanyanya heran.
"Ah, dia memang aneh"
.
.
.