Prolog

10 0 0
                                    

"Selamat pagi, istriku yang manis. Kamu udah selesai nyiapin sarapan?" Indra memelukku dari belakang dan mencium pipiku.

"Iya, barusan aja selesai. Ayo, sarapan bareng."

"Yah, padahal aku mau bantu nyiapin sarapan." ujarnya sambil memasang muka cemberut.

"Maaf ya, soalnya gak tega aku bangunin kamu. Kapan-kapan aja okay?" Kami berdua langsung ke ruang makan dan sarapan.

Entah aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya sambil senyum-senyum sendiri.

"Ver, kamu kenapa? Senyum-senyum sendiri, mikirin siapa hayooo...."

"Mikirin kamu."

"Uwaaaw! Udah bisa ngegombal nih si putri es, gak nyangka aku kalau kamu orang yang seserius itu udah pro ngegombal."

"Yang bilang aku ngegombal siapa?" Omonganku sukses membuatnya salting sendiri. Aku tertawa kecil.

"E..emang kamu mikirin apa?"

"Ya, aku teringat aja dimana kamu dengan pedenya bilang kalau aku itu calon istrimu saat aku selesai memberi sambutan untuk siswa baru. Dan entah kenapa aku bisa berakhir menjadi istrimu sekarang."

"Kan aku udah bilang, kalau kamu itu akan jadi istriku. Tapi kamu gak percaya, ya aku buktikan kepadamu kalau kamu itu akan jadi istriku."

"Seniat itukah kamu ingin menjadikan aku istrimu?"

"Ya, aku benar-benar niat untuk menjadikan kamu istriku."

"Tapi banyak lho perempuan yang lebih baik dari aku."

"Kalau aku hanya sibuk mencari yang terbaik, sama saja aku menyia-nyiakan yang terbaik buatku saat ini. Kan kamu yang bilang ke Kak Rio pas Kak Rio curhat sama kamu."

"Jadi kamu nguping waktu itu?"

"Yah, ketahuan deh. Habisnya aku curiga aja sih Kak Rio tiba-tiba curhatnya ke kamu. Kan bisa aja Kak Rio lagi curhat, tiba-tiba dia nembak kamu."

"Hahaha...kamu niat banget nyamar jadi cewek waktu itu. Aku aja nggak nyangka kalau cewek yang duduk di seberang kami itu kamu."

"Sekarang aku tanya, kenapa kamu rela mencariku padahal kamu tahu kalau aku akan kembali padamu?" Aku kaget mendengar hal itu, karna aku malu jika aku harus menjawabnya.

"Sebenarnya jawabannya udah kamu sebutin tadi, aku nggak mau menyia-yiakan yang terbaik  buatku saat ini. Keseriusanmu dan... aku bingung harus menyebutnya apa, tapi kamu itu selalu menempati 'janjimu'. Karena hampir semua ucapanmu selalu kamu tepati. Itulah yang membuat hatiku tergerak untuk mencarimu. Ka...kalau seandainya aku tak mencarimu, aku akan kehilanganmu." Dia tersenyum mendengar hal itu.

"Oh ya, ini hari Sabtu kan? Kita ngedate yuk? Udah lama nggak ngajak kamu ngedate di luar rumah."

"Lah bukannya kamu ada reunian sama temen kamu di cafe?"

"Reunian sama temen-temen aku rombongan The Ngakaks kok. Mereka pasti ngerti lah, kamu tau sendiri kan mereka orangnya gimana?"

"Ya kamu kabarin aja dulu ke temenmu."

"Siap komandan! Eh, maksudku istriku yang tercinta."

Setelah sarapan, aku membereskan meja makan dan mencuci piring. Kami berbagi tugas membereskan rumah karena setiap weekend, kantor Indra libur kerja.

Akhirnya selesai sudah semua tugas rumah, jam di dinding menunjukkan pukul 10.45. Aku berbaring di kursi panjang sambil merenggangkan tubuhku. Indra duduk di lantai sambil meletakkan kepalanya di perutku.

"Kapan ya perut ini isinya adek bayi."

"Sepertinya kamu nggak sabar jadi seorang ayah."

"Iya dong! sebagai calon ayah yang baik, aku harus mempersiapkan semuanya."

"Tapi kalau udah punya anak nanti, kamu sayangnya ke aku ketimbang anaknya gimana?"

"Gak mungkin, karena kalau udah sayang sama ibunya, pasti sayang sama anaknya juga." Tiba-tiba Indra mencium pipiku yang membuat mukaku memerah tomat.

"Kamu maunya kita ngedate kemana?"

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan keliling sambil bernostalgia masa sma?"

"Bolehlah, ayo pergi sekarang." Kami langsung ganti baju dengan baju pergi yang simpel.

Aku mengunci rumah dan Indra menghidupkan mobil. Setelah Indra mengeluarkan mobil dari halaman rumah, aku mengunci pagar rumah dan langsung masuk ke mobil. Mobil pun melaju meninggalkan rumah.

Mobil kami terparkir di lapangan parkir sekolah. Rasanya kangen banget dengan sekolah ini. Kami langsung keluar dari mobil dan menuju ke gedung aula.

Karena aku mantan ketua The Bright Star dan termasuk list The Best Student All Time di sekolah, jadi para guru masih mengenaliku. Dan aku juga diminta guru untuk bertemu dengan ketua The Bright Star tahun ini. Yang pasti setelah selesai 'bernostalgia'.

Kami berdua masuk ke gedung aula sekolah. Tak ada yang berubah dari acara penyambutan siswa baru, kecuali kursi lipat yang tersimpan di gudang. Aku menaiki panggung dan berdiri disana. Rasanya aku kangen sekali menyampaikan pidato di podium, sebagai ketua The Bright Star. Masih teringat di benakku kejadian waktu itu....

I'm Your Bride?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang