masa lalu part 1

3K 123 4
                                    


"Ibu mau pesan apa" Oiku menatap Wanita tua itu yang sedang membaca daftar menu-menu makanan dan minuman yang sudah diberikan oleh pelayan Cafe.

"Saya ikut saja" wanita tua memberikan daftar menu ke arah Oiku, setidaknya Oiku pasti tahu menu makan yang enak di cafe ini.

"Baiklah...pelayan, tolong berikan menu makanan yang paling enak di Cafe ini"

"Baik nona" Pelayan itu pun pergi untuk menyiapkan menu yang akan dihidangkan.

"Bu..." wanita itu menoleh menatap Oiku yang kini sedang penasaran.

"Bolehkah aku bertanya pada ibu" wanita itu tetap terdiam, ia takut.

"siapa nama ibu" Oiku tersenyum, Oiku tidak mau kalau wanita itu takut pada nya.

"Oh...aku bernama ambar" wanita itu menjawab berhati-hati.

"Okh...nama yang indah"

"Terima kasih nak" wanita tua itupun tersenyum

"Permisi nona" seorang pelayan sudah datang membawa pesanan yang dia letakkan di atas meja.

"Bu, ibu pasti lapar,  makan lah itu semua untuk ibu"

Ambar terkejut melihat sifat Oiku yang sangat baik padanya, dengan semangat Ambarpun mengambil piring dan menambahkan lauk pauk yang sudah dihidangkan, tidak tanggung-tanggung wanita tua itu menghabiskan semua makanan yang terhidang di depan nya, baginya jarang sekali dia bisa makan seenak ini apalagi di sebuah cafe yang elit.

"Ibu sudah kenyang" Oiku mengambilkan tisu dan memberikan beberapa helai tisu untuk Ambar. Dengan cekatan Ambar mengelap setiap sudut bibirnya.

Ambar tersenyum pada Oiku, ia tidak tahu ternyata anaknya Ayaz sangat beruntung mempunyai seorang istri yang sangat cantik dan baik, kini hati dan pikiran nya tenang setidaknya dia sudah cukup bahagia melihat kebahagiaan anak nya.

"Ibu Ambar, bolehkah aku bertanya sesuatu pada Ibu"

"Hm...mau bertanya apa nak, Ibu hanya orang susah" Ambar bingung melihat tatapan Oiku yang tiba-tiba menatapnya dengan tajam.

"Akh...maaf bu, ini tentang suami saya, ibu ingatkan dengan suami saya" Ambar menghela nafas saat mendengar Ayaz yang akan dibicarakan, Ambar tahu tidak seharusnya lagi dia datang kembali ke kehidupan anaknya.

"Bu, kenapa ibu diam?" Oiku semakin penasaran

"Suami mu yang mana nak? ibu tidak kenal dengan suamimu" Ambar tidak berani menatap Oiku, rasa bersalah dicampur rasa takut menghantui pikiran Ambar.

"Bu, kemarin ibu datang kerumah saya, dan ibu takut saat suami saya datang dan memarahi ibu" Oiku mengingatkan kembali kisah itu.

"Saya tidak kenal nak, sudahlah ibu harus pulang sekarang" Ambarpun gugup dan berdiri untuk cepat kabur dari Oiku.

"Tidak, Ibu tidak boleh pergi" Oiku menghalangi Ambar

"Lepaskan saya nak"

"Bu, tolong beritahu saya apa hubungan ibu dengan Ayaz, kalau memang ibu tidak ada hubungan dengan suami saya terus kenapa ibu takut dan mencoba menghindar" suara Oiku semakin meninggi membuat Ambar sedikit ketakutan.

"Sekarang Ibu Ambar duduk kembali" lanjut Oiku, Ambarpun duduk mematung.

Ambar hanya terdiam, dia penuh ketakutan , tidak ada sedikitpun kata yang keluar dari bibir Ambar sedangkan Oiku pun terdiam, Oiku bingung melihat Ambar yang dari tadi hanya menunduk tanpa sepatah kata.

"Bu, maaf kalau tadi saya kasar sama Ibu, saya tahu seharusnya saya tidak perlu memaksa Ibu untuk berbicara kalau memang Ibu belum siap" Oiku mengenggam kedua tangan Ambar  dengan rasa bersalah dilihatnya kedua mata wanita tua itu mulai berkaca-kaca.

Ambar berdiri dan mulai berjalan di depan kaca jendela, tetesan-tetesan air mata sudah membasahi kedua pipinya, ia teringat perlakuan dirinya yang tidak bisa ia maafkan kepada anaknya, anak yang malang, anak yang menanggung semua kejahatan ibunya. Hingga Ambarpun siap menceritakan semuanya.

*****

25 tahun-an yang lalu

Seorang anak laki-laki membuka pintu rumahnya, dilihat seorang lelaki dengan perawakan tua sedang tertidur di atas kasur yang robek, lelaki yang sangat dipuja oleh sang anak, lelaki yang menjadi semangat bagi si anak. Lelaki itu bukan tertidur tetapi dia memang tidak bisa bangkit karena dirinya yang lumpuh.

"Kau sudah pulang nak" wajah sang Ayah menoleh ke arah anaknya walaupun tubuhnya tidak bisa bangkit untuk menggendongnya.

Sang Ayah tahu anaknya pasti capek pulang mencari uang, yang seharusnya ia yang memikul semua itu tapi karena keadaan nya sekarang Ayaz anaknya harus memikulnya walaupun usianya masih 7 tahun.

"Lihat ayah, tadi ada seorang Lelaki kaya yang memberikan Ayaz sepotong kue, rasa nya enak banget, ayah pasti suka" Ayaz membuka kue yang ia bawa dan membagikan nya menjadi dua, di masukkan nya kue itu kemulut ayahnya.

"Oh....enak kamu ya, sudah pulang cepat sekarang" Ayaz menoleh ke arah ibunya yang sudah meneriakkinya dengan suara kuat, membuat Ayaz terlihat takut.

"Mana setoran mu hah..." bentak Ambar, membuat Ayaz mundur mencoba lari dari ibunya. Tapi tetap saja Ayaz tidak mungkin bisa lari dari ibunya apalagi harus meninggalkan Ayahnya.

"Ini bu, setoran ngamen Ayaz satu hari ini" Ayaz memberikan dua lembaran kertas dan beberapa uang logam.

"Apa hanya segini!" Ambar melototkan matanya, kini tangan Ambarpun sudah mendarat di rambut anaknya, rambut itu ditarik dengan kuat membuat anak si kecil Ayaz menangis dengan rasa sakit.

"Ampun bu" Ayaz menangis dengan kuat.

"Ambar, lepaskan Ayaz" Teriak Jhonny sang Ayah, walaupun ia tahu ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kamu diam saja, ngak usah ikut campur"

"Enak kamu ya, bisa beli roti tapi ngak bisa bawa uang ke rumah ini" kini dengan kesal Ambar mengambil kayu yang agak besar dan menghempaskanya ke tubuh Ayaz, membuat Ayaz semakin menjerit kesakitan.

"Besok, kalau hanya segini kamu dapatkan, ibu tidak akan kasih kamu makan, paham kamu" Ayaz mengakggukan kepalanya, ia sudah tidak mampu bicara.

Please,
Budayakan vote dan comment










GAY Itu Suami Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang