takdir yang sama

3.1K 112 6
                                    


*****

Ayaz menatap ke luar jendela, sudah hampir tengah malam, tapi Oiku juga belum pulang ke rumah, walaupun Ayaz tahu perasaan nya masih sangat kecewa kepada Oiku. Tapi jujur Ayaz masih berharap.

Hujan lebat pun datang dan membasahi jendela kamar.

Sesekali Ayaz mengenggam handphone nya berharap wanita nya menelpon nya tapi itu hanya dalam pikiran Ayaz karena nyata nya handphone nya tidak berdering sama sekali.

"Tuan" sapa seorang pembantu nya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya membuat Ayaz hilang dari lamunan nya.

"Ada apa bi" Ayaz menoleh dengan datar.

"Tuan, Selena demam tinggi" wajah datar itu pun kembali menjadi wajah khawatir. langkah kaki itu pun berlari dengan cepat ke kamar baby, di genggam tubuh mungil puterinya, dicium kening mungil itu terasa demam.

"Berapa demam nya bi?" Ayaz menggendong puterinya dengan cemas, ia bingung apa yang harus ia perbuat sekarang.

"39,8 tuan" Ayaz semakin kuatir, dengan gegas ia pun menelpon Oiku, berharap Oiku cepat datang ke rumah melihat puteri mereka. Tapi sayang, Oiku tidak mengangkat telpon nya, Ayaz semakin kesal mengapa disaat genting seperti ini, Oiku pun masih cuek.

"Bi, bawa semua perlengkapan selena, kita ke rumah sakit sekarang" Ayaz turun menuruni tangga dengan cepat menuju mobil dan melajukannya ke rumah sakit.

"Syukurlah Ayaz, kamu cepat membawa Selena ke rumah sakit, kalau tidak itu bisa berbahaya untuk Selena sendiri" setidaknya kini Ayaz sedikit legah dengan penjelasan dokter.

"Terima kasih dokter, bolehkah sekarang saya melihat puteri saya"

"Oh...tentu saja Ayaz" dokterpun kembali pergi melanjutkan tugasnya yang lain , dan Ayaz segera masuk ke ruangan, dicium tangan mungil Selena, air mata Ayaz pun tumpah seketika.

"Mengapa takdirmu sama seperti Papa nak?" Ayaz menyalahkan dirinya, tidak seharusnya apa yang selama ini ia alami tidak harus dialami puterinya, setidaknya ia tidak ingin puterinya merasakan kehancuran dari tindakan orangtuanya.

Di depan pintu, Oiku sudah berdiri mematung.

"Ayaz" Ayaz menoleh ke sumber suara, Ayaz tidak tahu berkata apa, Ayaz terdiam tapi hatinya sangat murka.

Tanpa peduli dengan kedatangan Oiku, Ayaz pun keluar dari ruangan Selena, setidaknya Ayaz tidak ingin ribut di dalam rumah sakit.

*****

Di canteen rumah sakit, Ayaz sedang melamun memikirkan rumah tangga nya, segelas air minum adalah tujuan lamunan nya.

"Ayaz" Oiku sudah duduk di depan Ayaz membuat Ayaz berhenti dari lamunanya dan menatap wanita yang memanggilnya.

"Ada apa" jawab Ayaz singkat. Oiku terdiam, ia tidak tahu memulai percakapan dengan Ayaz, yang ia tahu Ayaz pasti sangat marah padanya.

"Kenapa kamu diam, bicara lha" Ayaz melipat kedua tangan nya di dadanya sambil menatap Oiku dengan bengis.

"Aku minta maaf, handphoneku lowbet, makanya aku tidak bisa mengangkat telponmu" Oiku menjawab dengan hati-hati.

"Sudahlha tidak usah dibahas, aku tidak peduli dengan pria mu, yang ku inginkan kamu ada waktu untuk Selena, itu sudah cukup untuk ku Oiku" Oiku meneteskan air mata nya, Oiku merasa bersalah dengan tuduhan Ayaz padanya.

Jujur saja Ayaz tidak tega melihat air mata Oiku terjatuh, persaanya begitu sakit melihatnya.

Dibenak Ayaz mungkin saja Oiku memang sudah lelah menikah dengan nya, wanita mana yang mau menerima suami nya sebagai bekas Gay. Mungkin tidak ada di dunia ini.

Apakah memang perceraian adalah yang terbaik untuknya dan Oiku tapi bagaimana dengan Selena, bagaimana kalau Selena akan merasakan apa yang selama ini ia terima di dalam hidupnya, tidak Ayaz tidak ingin selena mendapatkan duka dari orangtuanya.

"Ayaz, aku ingin minta maaf karena sudah menelantarkan Selena" akhirnya Oiku mulai membuka suaranya walaupun suara itu terbata di telinga Ayaz.

"Sudahlah...aku tidak suka melihatmu menangis, apalagi di depan Selena seperti ini". Ayaz menghapus air mata Oiku dengan jari-jarinya.

"Kamu terlalu baik untuk ku Oiku, memang sudah saat nya kita harus berpisah, kamu sudah menemukan pria yang beruntung itu, dan aku berharap juga Selena merasakan hal yang sama dengan mu." Oiku mengangkat dagu nya setelah mendengar ucapan Ayaz, ia tidak nyangka ternyata Ayaz akan mengatakan kata pisah dengan nya.

"Ayaz"

"Aku menyerah, tentukanlah kebahagian mu, tapi tolong jangan sia-siakan puteri kita." Ayaz melangkah pergi, tapi Oiku mengenggam tangan nya, jujur Oiku masih berat melepaskan Ayaz.

GAY Itu Suami Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang