15: A Rose

121 20 10
                                    

"Kau memang hebat bro!" Blake menepuk-nepuk pundak George.

"Aku tahu," balas George dengan senyum penuh kesombongan.

Sedangkan Reece, hanya tertawa melihat kesombongan sahabatnya itu.

"George," Sontak, percakapan dari ketiga sahabat itu terhenti karena seorang gadis berkepang itu datang. Lily.

"Terima kasih untuk yang tadi," lanjutnya dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

"Tidak masalah, anggap saja itu sebagai permintaan maafku karna meninggalkanmu di pesta."

Lily tersenyum. "Umm.. pulang nanti bisakah kau mengantarku ke toko buku? Aku--"

"Tidak bisa. Aku harus latihan band untuk prom minggu depan," ujar George cepat, bahkan sebelum Lily menyelesaikan kalimatnya.

"Baiklah kalau begitu."

"Lihatlah, sedikit saja aku berbuat baik padanya dia akan menjadi manja seperti tadi," ujar George.

"Wanita memang seperti itu, lama kelamaan sifat aslinya akan keluar. Dan Lily pasti berharap lebih darimu."


***

Keadaan semakin lama melenggang karna waktu pulang telah tiba, begitu pula dengan Lily yang sekarang tengah berada di mobil milik Jeremy. Karna George menolak mengantarnya ke toko buku Jeremy pun bersedia, ia sendiri yang menawarkan bukan Lily, padahal tadinya Lily berencana naik kereta bawah tanah  saja.

Tapi tunggu, sedang ada apa Sera di dalam mobil George? Bahkan Geoge membukakan pintu mobilnya untuk Sera masuk, sesuatu yang belum pernah George lakukan pada Lily setelah berkali-kali menaiki mobil nya.

Bukankah George bilang ia akan latihan dengan Reece dan Blake?

Lily mencoba membuang semua perasangka buruk yang ada di benaknya tapi mengingat Sera yang sama sekali tidak minta maaf soal kejadian malam saat ulang tahunnya membuat Lily gagal menghilangkan perasangka tersebut.

Sesaat, keadaan melamun Lily pun tergantikan dengan pekikan kaget karena dengan tiba-tiba Jeremy memegang bahunya, menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam mobil.

***


Dengan teliti Lily melihat jajaran buku di depannya, berusaha memilih buku yang tepat. Setelah menemukan buku yang tepat, Lily membawanya ke kasir lalu menyusul Jeremy yang berada di jajaran buku fantasi.

Mereka sekarang tengah berada di toko buku yang terletak di dalam sebuah mall terbesar di London. Tidak tahu kenapa Jeremy memilih disini, padahal banyak toko buku yang buka yang terletak di tengah kota.

"Hmm, Ly bagaimana jika kita makan siang dulu."

"Tidak us--"

" Ah ayolah, aku yang akan membayarnya," tanpa menunggu Lily menjawab pertanyaannya, Jeremy langsung membawa Lily ke restoran cepat saji yang ternyata berdekatan dengan toko buku itu.


***


Sekarang, satu-satunya hal yang memenuhi pikiran Lily adalah seorang lelaki dan perempuan yang tengah duduk di meja restoran yang sama dengannya, hanya saja berjarak sangat jauh dengan tempatnya dan Jeremy duduk. Sebenarnya itu tidak penting tetapi yang membuat itu penting adalah lelaki itu George sedangkan wanitanya adalah Sera.

Tapi tunggu, buket bunga yang dipegang Sera, itu benar-benar sama seperti yang George berikan kepada Lily. 4 mawar merah yang melambangkan cinta, 4 mawar putih yang melambangkan keabadian, dan total dari bunga-bunga tersebut adalah 8, angka yang tidak memiliki ujung.

'Itu sangat jelas, George dan Sera mereka--'

"Lily,  ap--a kau menangis?" Jeremy datang dengan membawa nampan berisi makanan.

Lily menghapus air matanya lalu berusaha untuk tidak menumpahkannya lagi. Tidak, tidak di depan Jeremy.

"Lily apa kau mendengarku?"

Lily mengangguk. "Tidak, aku hanya kelaparan hahaha," dengan matian-matian Lily menampilkan senyumnya didepan Jeremy yang dibalas pekikkan juga oleh laki-laki itu.

Aku benar-benar harus membicarakan ini kepada George



------

TBC

Fake Love  《George Smith》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang