Four

119 38 6
                                    

Guys,  mulai sekarang aku akan menggunakan kata yeoja dan namja sebagai pengganti kata perempuan dan laki laki.  Terimakasih 😳

Maaf jika banyak typo berhamburan.
.
.
.

"Yoon Doojoon oppa?!! " teriak Rize dengan mata yang membelalak terlihat hampir keluar

"Hah?  Kau mengenalnya?  Dan kau memanggilnya apa? Oppa? " tanya kedua wanita itu heran..

"Eh.. Euunggg"

"Hei,  kau! Anak baru!!" ucap Dujun saat berbalik dan melihat ke arah 3 yeoja yang berdiri di seberangnya sambil mengayunkan tangan penuh dengan segelas americano dan tangan lainnya masih memegang handphone di telinganya. Lalu dia memiringkan kepalanya tanda menyuruh seseorang untuk mengikutinya dan beranjak pergi menuju lift.

"Euuungg... Teman teman,  aku ke sana dulu, kalian duluan saja" kata Rize sambil terlihat sedikit panik namun dia masih bisa menyembunyikannya.

"Hei kau, kau masih berhutang penjelasan kepada kami" tutur Ye Jin mengancam sambil menunjukkan Evilface.

"Arraseo"

Setelah itu,  rize dengan tergesa gesa mengikuti Dujun dari belakang walaupun jauh, dia masih bisa melihat sesosok namja itu pergi ke lantai paling atas tempat para CEO berada. Saat sudah sampai di lantai 5, dengan ragu ragu dia mencoba mengetuk pintu yang letaknya paling utama disana, berharap memang itu pintu yang Dujun masuki.

"Aku harap aku tidak salah ketuk.. Jangan salah ketuk jebal.. Atau tidak aku ingin kena teguran dari siljangnim di hari pertamaku bekerja". Tutur Rize di dalam hatinya

"Masuklah" Ucap seorang namja dari dalam ruangan.  Dengan hati hati Rize membuka pintu sambil mengatakan permisi dengan suara pelan.

"Duduklah" Sambung namja itu setelah beberapa detik saling terdiam. Rize hanya mengangguk tanpa sepatah katapun terucap. Karena dia sedang menghadapi seorang CEO perusahaan tempat bekerja barunya yang dimana orang itu adalah tamunya di Jepang yang terkenal dengan sifat seperti seorang namja sejati dan... Uhuk... Tampan.

"Jadi... Otte? Apakah kau suka berada disini?". Tanya Dujun yang hanya dibalas anggukan dan senyuman singkat dari yeoja di depannya itu.

"Hei, mengapa kau sangat pendiam sekarang?  Bukannya kau sangat cerewet saat kita berada di Jepang?"

"Ti.. Tidak pak,  saya hanya se.. se.. di.. kit.. ter..kejut"

"Tentang apa?  Melihat aku adalah atasanmu?" tanya Dujun memotong kalimat yang ingin Rize sampaikan kepadanya dan lagi lagi hanya dibalas anggukan oleh Rize.

"Untuk sekarang itu tidak penting,  yang penting kau adalah bawahanku dan aku adalah atasanmu sekarang. Aku tau ayahmu telah meninggal,  dan dia menitipkanmu disini. Jadi mulai sekarang aku akan menjadi walimu,  mungkin kau tidak tahu. Tapi aku sangat mengenal mendiang ayahmu, kami mulai bersahabat sejak 5 tahun yang lalu. Ayahmu telah banyak membantuku saat aku sedang kesusahan. Maka sudah menjadi tugasku untuk menjalankan permintaan terakhirnya yaitu melindungi anak semata wayangnya.
Ini,  adalah gaji mu di hari pertama,  gunakan itu dengan bijak.  Kau akan mendapatkan gaji 1 bulan sekali setiap awal bulan.  Dan ini,  adalah kunci apartement mu.  Aku telah menyiapkannya dan nanti aku akan mengantarkanmu" jelas Dujun panjang lebar sambil memberikan sebuah amplop berisi uang dan sebuah kartu untuk membuka apartement. Rize hanya menjadi pendengar dari tadi,  dia tidak mampu berkata kata lagi setelah apa yang Dujun jelaskan kepadanya,  dia sudah tidak bisa lagi merasa shock karena semua telah terungkap sejak awal dan Dujun menjelaskan kelanjutannya.

"Baiklah"

"Ngomong ngomong,  apa kau tidak penasaran dari sekian banyak manusia di korea aku yang akan menjadi atasanmu? " tanya Dujun memecah keseriusan. Muka yang tadinya sangat serius bak seorang CEO berubah menjadi seperti seorang namja chingu ceria yang menggoda pacarnya.

Tourist In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang