4

9.7K 570 15
                                    

Note : Jangan baca diwaktu-waktu sholat. Sudahkah sahabat hijrah membaca Al-qur'an? kalau belum yok lepas Hpnya, wudhu, kemudian baca Al-Qur'an.

Jangan lupa vote dan komentarnya. Krisarnya juga.

Semua terasa gelap, hanya suara-suara yang memintanya untuk membuka mata yang dapat terdengar di telinga Elisa. Perlahan-lahan Elisa membuka matanya, semula tampak kabur. Namun setelah beberapa kali berkedip ia dapat melihat dengan jelas.

sorot mata bahagia terlihat dari mata Bik Sri saat melihat Elisa terbangun dari tudur panjangnya. Elisa mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, keningnya mengkerut saat melihat ruangan serba putih yang tampak asing di matanya.

"Bik, ini di mana?" tanya Elisa dengan lemah.

"Di rumah sakit, Non. Sudah dua minggu kamu tidak sadarkan diri," jawab Bik Sri saat melihat Elisa yang tamak linglung.

Seketika Elisa teringat dengan kecelakaan yang menimpanya. Semua terasa cepat, bunyi dentuman mobil, kaca yang berserakan, bahkan Elisa masih ingat ketika mobil yang ia tumpangi dengan ayahnya mendarat di aspal. Semua terasa mengerikan, membuat rasa sakit menyerang kepala Elisa.

"Ayah bagaimana, Bik?" tanya Elisa pada Bik Sri yang duduk di samping brankar.

"Tuan Ridwan baik-baik saja, Non," ucap Bik Sri sembari mengelus lembut rambut anak majikannya itu. Yah, majikannya itu memang baik-baik saja di tempat yang seharusnya, tempat kembalinya semua manusia.

"Bibik ke depan dulu yah, Non." Pamit Bik Sri sembari berjalan ke arah pintu. Namun belum sempat membuka pintu, suara Elisa menghentikan langkahnya.

"Kalau Ibu, Bik?" tanya Elisa dengan lemah.

"Orang tua, Nak baik-baik saja ... Ibu panggil Dokter dulu yah, Non," jawab Bik Sri tanpa menoleh sembari meneruskan langkahnya dengan berat.

Ditatapnya pintu kamar rawat Elisa dengan pandangan sendu. Air mata seketika mengalir di wajah tuanya yang mengeriput. Apalagi Bik Sri tahu apa yang dialami oleh anak majikannya itu beberapa minggu terakhir ini. Ia tidak sanggup melihat kehancuran Elisa, seandinya gadis itu tahu bahwa kedua orang tuanya tidak lagi berada di dunia ini.

Ia tidak berbohong tentang keadaan kedua orang tua Elisa. Baik ibu dan ayah Elisa mereka memang baik-baik saja di tempat peristirahat terakhir semua mahluk. Yah, siapa yang menyangka kecelakaan itu merengut nyawa Pak Ridwan ditempat kejadian, sedangkan Ibu Risma yang sejak dulu memang memiliki kondisi jantung yang kurang sehat seketika kolaps mendengar dua orang yang dicintainya kecelakaan, suaminya meninggal ditempat dan anaknya yang kritis di rumah sakit.

Beberapa hari di rawat di rumah sakit tidak membuaat kondisinya membaik. Pada akhirnya, Ibu Risma menghembuskan napas terakhirnya dan menyusul sang suami.

Ya Allah, kuatkanlah Elisa.

~~~***~~~

Elisa menatap foto hasil USG pertama sekaligus terakhir janinnya dengan mata yang sembap, sesekali ia menghapus air matanya. Menyadari ada yang kosong dalam dirinya setelah sadar dari koma membuat Elisa sadar bahwa janinnya telah gugur.

Dulu memang keinginan Elisa menyingkirkan bayi itu dari tubuhnya, tapi sekarang berbeda. Ia ingin merawat bayi itu dan melihatnya tumbuh. Ia ingin bayi itu memanggilnya 'Ibu' setidaknya sekali. Ingatan Elisa berputar kembali pada beberapa jam yang lalu.
Bik Sri tengah duduk mengupas buah di samping brankar Elisa. Sesekali ia menyuapi Elisa dengan buah.

"Makan yang banyak Non, biar cepat sembuh," ujar Bik Sri menasehati Elisa.

"Iya Bik .. mmm Bik, Bayi Elisa gimana, Bik?" tanya Elisa dengan takut. Ia sudah punya firasat karena kekosongan yang ia rasakan. Namun ia ingin memastikannya lagi.

Embun yang Ternoda | Terbit "Menuju Cahaya"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang