Hello! Update lagi!
Oh iya nama ortunya Nathan dan Viona aku ganti ya! Baru sadar kalo namanya ga pas.
Ortu Nathan : Eva-Bimo
Ortu Viona: Sabrina-Raka.
I hope you like it!
Enjoy
-----------
"Bagaimana dokter, kondisi suami saya".
"Suami ibu mengalami kecelakaan yang cukup parah. Saat ini kondisinya sangat kritis"
Dunia Viona langsung runtuh ketika mengetahui pria-nya terbaring lemah tak berdaya.
"Benturan di kepalanya cukup keras. Ini bisa berakibat fatal untuk keselamatan dirinya".
Viona pun membekap mulutnya dan menahan tangisannya, seketika Eva pun memeluk menantunya.
"Sabar ya Viona. Kita serahkan saja semua pada Tuhan. Ibu yakin kalau Nathan bisa melewati semuanya. Ibu yakin!".
Ya Allah! Tolong selamatkanlah Nathan, suamiku.
--------------
Selama tiga tahun setelah kecelakaan itu, Nathan pun tak pernah tersadarkan diri. Viona sangat terpukul ketika tahu kondisi Nathan menjadi koma. Ia tak menyangka beberapa hari pernikahan mereka, cobaan berat pun sudah terjadi.
Selama itu pula Viona pun selalu menemani suaminya. Ia pun dengan senang hati merawat Nathan dan menangis meratapi nasibnya. Tiga tahun bukan waktu yang singkat baginya untuk menemani dan merawat orang yang sangat ia Kasihi. Tak lupa setiap malam ia selalu memanjatkan doa untuk kesembuhan suaminya.
Setelah selesai membaca Al-quran, perlahan ia mendekati suaminya. Rasa rindu menyelimuti dirinya. Ia ingin sekali berbincang dengannya seperti dulu.
"Nathan, apa kamu tak lelah tidur terus?"
"Nathan, aku kangen" lirihnya. Pria yang selalu ia panggil pun masih terdiam. Ia pun masih dengan setia terlelap dalam tidurnya. Viona pun juga masih setia memegang jemari suaminya dan memijatnya perlahan.
"Nathan, aku janji setelah kamu sadar, kita akan jalan-jalan lagi. Aku mau kamu mewujudkan semua mimpi-mimpi kita" ujar Viona yang masih memegang tangan suaminya.
"Aku disini menunggu janjimu, sayang. Dan kamu disini juga mendengar janjiku!".
"Aku berjanji akan menjadi istri terbaik untukmu. Asal kamu jangan pergi, Nathan". Ia pun kembali menundukkan wajahnya seraya berdoa, memohon keajaiban.
Tak lama kemudian, pria itu terbangun dari tidurnya. "Errrgh" lenguhan pria itu membuat Viona pun terbangun.
"Nathan?"ujar Viona mengerjap.
Alangkah bahagianya Viona ketika ia tahu suaminya sudah sadar dari komanya. "Terimakasih Tuhan! Nathan kamu sudah sadar".
"Tunggu sebentar ya sayang. Aku akan memanggilkan dokter untukmu" ujar Viona sambil berlari meninggalkan suaminya. Tetapi ada sesuatu yang menahannya.
"Tunggu dulu. Kamu......" ujar pria itu tertahan. Viona pun kembali mendekati suaminya dan merapatkan jarak. "Kamu siapa?".
-------------
"Tenang saja ibu Viona. Pak Nathan tidak apa-apa" ujar dokter yang memeriksa keadaan suaminya. Viona pun terhenyak mendengar kata-kata suaminya.
Apa kecelakaan itu juga merenggut ingatannya?
"Tetapi dokter, suami saya tidak mengenali saya. Saya tidak mengerti" ujar Viona sambil mengamati wajah suaminya. Sedangkan Nathan pun tak membalas respon istrinya.
"Itu hanya reaksi awal saja karena ia baru bangun dari koma. Selama tiga tahun, tentu Pak Nathan bingung dengan kondisinya". Ia pun hanya mengangguk mendengar saran dari dokter. Ia masih curiga dengan sikap "aneh" suaminya.
"Saatnya Pak Nathan untuk makan dulu dan beristirahat. Pak Nathan masih membutuhkan pemulihan ekstra".
Viona pun mengangguk dan dokter itu pun meninggalkan mereka. Rasa rindunya yang begitu dalam, ingin ia tumpahkan saja. Perlahan ia pun memeluk suaminya.
"Sayang, aku sangat Merindukanmu" ujar Viona sambil merentangkan tangannya. Sayangnya Nathan hanya bersikap datar dan menolak pelukannya.
"Tak perlu Viona. Aku ingin istirahat saja". Mendengar penolakan itu, Viona pun terkejut bukan main dan mundur perlahan.
"Mungkin Ini terlalu cepat. Nathan kan belum sembuh benar" ujarnya dengan lirih. Ia berusaha memahami suaminya.
"Viona, bukannya aku bersikap tak sopan. Aku ingin kamu keluar dari ruangan ini. Aku sedang ingin sendiri".
Penolakan kedua kalinya membuat diri Viona tersambar petir. "Ada apa Nathan? Aku ini istrimu, tentu saja aku ingin menemanimu".
"Apalagi dengan kondisimu yang seperti ini, aku tak tega meninggalkanmu".
Mendengar bantahan Viona, membuat Nathan meradang. Ia pun tetap tak mau membalas tatapan mata istrinya.
"Aku sudah dirawat di rumah sakit. Semua sudah ada penanganan khusus, jadi kamu tak usah khawatir!".
"Heran lebay sekali dirimu?" ujarnya menampilkan wajah bingung.
Viona pun tertunduk menahan tangisnya. Selama tiga tahun menunggu, justru penolakanlah yang ia dapatkan.
"Baiklah jika itu maumu. Tetapi aku tak mau pulang. Aku akan menunggumu disini. kalau kamu butuh apapun, kamu bisa panggil aku".Nathan pun mengepalkan tangannya dengan keras. Ia masih ingin menahan emosinya. "Untuk apa kamu menungguku. Sudah kubilang, kalau semua sudah ditangani oleh pihak rumah sakit!".
"Susah sekali diajak ngomong!".
Viona pun masih berusaha tersenyum melihat suaminya yang begitu marah padanya.
"Karena aku istrimu. Aku akan menjadi istri terbaik untukmu".Nathan hanya menyunggingkan senyuman tipisnya. "Istri?".
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The Only One
General FictionViona menyukai Nathan sejak kecil, begitu juga dengan Nathan. Tetapi pertemanan mereka terputus karena Viona harus mengikuti sang ayah yang bertugas keluar negeri. Perpisahan itu membuat mereka sedih dan Nathan berjanji akan melamar viona ketika mer...