Part 1: Awal pertemuan

158 12 0
                                    

Hello! Update lagi
Vommentnya dong heheheee
Happy reading
Thank you

----------

Setelah lulus dari Columbia university, Viona pun pulang ke negara asalnya, Indonesia. Ia pun merindukan semua hal, baik tentang kampungnya ataupun Nathan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 jam, akhirnya ia pun tiba di Jakarta. Semua yang ada di benaknya pun terasa campur aduk. Ia sangat gugup dan begitu berharap jika Nathan akan menjemputnya. Ia pun penasaran seperti apa rupa kekasih kecilnya itu. Langkah demi langkah pun ia lalui. Semakin dekat ia melangkah, jantungnya pun tak berhenti bergemuruh. Kemudian matanya tertuju pada satu orang.

"Apakah itu dia?" ujar Viona dengan terbata-bata. Ia pun terpana dengan penampilan Nathan yang berubah. Wajahnya yang oriental nan rupawan membuat viona tak berhenti menatapnya.

Pria bertubuh tinggi dan tegap itu pun kemudian mendekati viona. Ia pun gugup dan berusaha menenangkan diri.

"Aku tak boleh salah tingkah" lirihnya.

Kemudian pria itupun menyapa dirinya. "Hello Viona. I miss you" ujarnya.

---------

"Jadi bagaimana kabarmu selama disana Viona?" tanya Nathan dengan nada melembut.

"Disana aku sangat bahagia. Banyak orang yang sangat Menyayangiku. Aku pikir jika pindah negara akan menjadi sesuatu yang buruk. Tetapi ternyata tidak juga".

Nathan pun menganggukkan kepalanya dan menyesap kopinya. Viona pun masih terpana melihat perubahan fisik kekasih kecilnya. "Ada apa Viona?" tanya Nathan dengan kebingungan.

"Aku tahu kalau aku sangat tampan. Jadi jangan melihatku seperti itu terus. Aku jadi malu" ujarnya sambil mengedipkan matanya.

"Wah percaya diri sekali dirimu Nathan! Asal kamu tahu ya, aku tidak begitu Merindukanmu" ujar Viona yang wajahnya memerah.

Nathan pun tertawa terbahak-bajak melihat wajah Viona yang memerah. "Sudahlah akui saja, kalau kamu menyukaiku. Kamu sama seperti dulu Viona. Kamu tidak bisa mengkontrol perasaanmu".

"Sama sepertimu Nathan. Kamu juga seperti yang dulu, selalu ceplas-ceplos kalau berbicara" sindir Viona.

"Tetapi apa yang kukatakan adalah fakta, hahahahaa" ujar Nathan yang akhirnya disambut dengan cubitan hangat.

Mereka pun berbincang-bincang dengan lepas. Melepas semua kerinduan yang mereka alami.

---------

Tiga bulan kemudian

Selama tiga bulan Viona dan Nathan pun dekat satu sama lain. Kedua orangtua Viona dan Nathan pun meminta mereka untuk melanjutkan hubungan mereka yang lebih serius.

"Nathan, kalian sudah saling mengenal satu sama lain. Ayah rasa tiga bulan adalah waktu yang cukup untuk mengenal lebih dalam".

"Sebelumnya kalian sudah bersahabat sejak lama. Jadi ayah rasa hubungan kalian pun tidak sulit untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan" ujar Bimo kepada pasangan sejoli itu. Raka pun menganggukkan kepalanya setelah mendengar ucapan dari sahabatnya. Ibu Nathan pun terlihat senang melihat Viona menjadi calon menantunya.

"Nak Viona. Ibu sangat senang jika kalian secepatnya menikah. Ibu tak sabar ingin menimang cucu" ujar Eva yang disambut cubitan dari suaminya.

"Ayah, sakit" ujar Eva merintih kesakitan.

"Lagian ibu ini. Anak kita belum menikah sudah ditagih cucu. Ibu bagaimana sih!" ujar Bimo yang mulai senewen dengan ulah istrinya.

Raka pun hanya tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya. Kemudian ia pun menatap kedua pasangan itu dengan serius.
"Ayah setuju dengan Bimo. Ayah sudah merestui hubungan kalian. Jadi keputusan ada di tangan kalian".

"Ayah berharap kalian jangan terlalu lama berpacaran. Itu tidak baik, apalagi Viona adalah anakku satu-satunya. Aku rasa dia harus memiliki pendamping" ujar Raka yang memberi nasihat kepada kedua anaknya.

Nathan pun melihat kekasihnya dengan tatapan mesra. Tanpa ragu ia mencium tangan Viona beberapa kali. Viona pun tersipu malu dengan sikap romantis yang dimiliki Nathan. Hatinya pun semakin berdegup kencang mengingat semua keromantisan kekasihnya.

"Sesuai dengan janji saya sepuluh tahun yang lalu. Saya akan menikahi Viona secepatnya. Saya sangat mencintainya" ujar Nathan dengan tatapan mesranya.

"Saya tidak akan melepaskan Viona sedikitpun. Saya berjanji akan menjaga Viona seumur hidup saya" ujar Nathan dengan nada tegasnya.

Raka pun mempercayakan sepenuhnya kepada Nathan. Ia yakin jika anak sahabatnya akan tulus mencintai dan menjaga anaknya dengan baik. Ia merasa jika tugasnya sebagai orangtua Sudah selesai.

"Aku menyerahkan Viona seutuhnya untukmu. Aku yakin jika ibunda Viona akan tenang disana jika ia melihat hari bahagia ini" ujar Raka mengenang mendiang istrinya.

"Aku tak akan mengecewakanmu Pak. Aku yakin".

I'm Not The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang