Part 8: Berubah

231 4 1
                                    



Setelah kecelakaan itu, sikap Nathan kepada Viona pun berubah. Tidak ada sapaan dan pelukan hangat dari pria itu. Viona pun harus menahan perih karena suami yang begitu ia cintai mulai dingin kepadanya.

Hari ini, Nathan mulai bersiap-siap pergi ke kantor. Seperti biasanya, Viona pun menyiapkan pakaiannya tetapi Nathan tidak memakainya.

"Sayang, mengapa kamu pakai baju itu? Ini bajunya sudah aku siapkan disini" tanya viona dengan lembut.

Nathan hanya terdiam dan berkonsentrasi memakaikan dasi di lehernya. Melihat suaminya yang kesulitan, Viona pun mendekatkan diri dan membantunya.

"Lepaskan!" ujar Nathan sambil memukul tangan Viona.

"Ada apa sayang? Aku hanya ingin membantumu?" ujar Viona yang masih bersikeras membantu suaminya.

Nathan pun kesal dan kembali memukul tangan Viona.

Plak!

"Kalau aku bilang tidak mau, ya aku tak mau! Bisa dengar ga sih!".

"Oh iya soal baju itu! Aku tak sudi memakainya! Aku ingin kamu diam dan tidak melakukan apapun!".

"Melihat dirimu membuatku semakin pusing saja!" teriak Nathan dan akhirnya mendorong Viona agar menjauhinya.

Disitu Viona hanya bisa diam dan tersenyum. Walaupun hatinya kembali tersakiti dengan penolakan suaminya.

Nathan pun mengambil tas kerjanya dan hendak melangkah keluar. Ia pun semakin jengah dengan tingkah laku istrinya dan melewatkan sarapan.
Sayangnya, ada sesuatu yang kembali menahannya.

"Sayang, apa kamu tidak sarapan dulu? Ini aku sudah buatkan roti bakar kesukaaanmu" ujar Viona sambil memberikan masakannya.

Nathan pun menerima dan meletakkan kembali ke atas meja. "Tidak perlu, Aku sudah kenyang. Aku buru-buru ada meeting mendadak."

Viona pun hanya tersenyum dan mendekatkan diri ke arah suaminya.
"Sayang, aku rindu kamu. Nanti pulangnya jangan lama-lama ya" ujar Viona sambil memeluk Nathan dengan erat. Ia pun mencium punggung suaminya dengan dalam. Harum parfum musk di tubuh pria  itu selalu membuat dirinya ketagihan.

Nathan pun menghempaskan pelukan Viona dan mendorongnya ke tempat tidur. Dengan perasaan tak bersalah, pria itu beranjak menjauhi istrinya. Viona pun tertegun melihat suaminya yang begitu dingin kepadanya.

"Mengapa seperti ini? Ya Tuhan, apa salahku" ujar Viona dalam hati.

Viona pun memilih bersabar dan tersenyum memulai pembicaraannya.

"Sayang, nanti kamu mau aku masak apa buat makan malam nanti?" ujar Viona sambil bergelayut manja ke tangan suaminya.

Lagi-lagi Nathan menghempaskan tangan istrinya dan hanya bersikap biasa saja. "Terserah kamu saja. Apapun yang kamu masak toh aku makan juga" ujar Nathan dengan singkat dan melihat ke arah ponselnya.

Viona pun terkejut dengan sikap Nathan yang begitu ketus. Ia sangat mengabaikan Viona, bahkan ketika ke kantor pun Nathan tidak berpamitan kepadanya.

Melihat perubahan itu, Eva pun menegur putra semata wayangnya. "Nathan, kenapa kamu menjadi kasar kepada istrimu?!".

Nathan hanya berdecih kesal, karena ibunya mulai mencampuri urusannya.

"Apa ibu?! Lihat saja Viona! Dia selalu saja menggangguku. Aku sudah bilang berulang kali, kalau dia bebas melakukan apapun! Tetapi dia bertanya terus bu, aku pusing!".

Eva pun menggelengkan kepalanya. "Dia berbuat seperti ini karena dia mencintaimu! Lagipula dia bertanya dengan wajar, tidak ada yang salah. Justru dia ingin memenuhi sua kebutuhanmu, nak" ujar Eva sambil menasihatinya.

"Ibu, aku tahu ibu sangat menyanyangi Viona, tetapi ibu harus ingat kalau aku ini anak ibu".

"Aku ingin Viona tak lagi mencampuri urusanku! Aku ingin dia melakukan apapun yang dia inginkan!" teriak Nathan sambil melihat ke arah Viona.

"Itu kan yang kamu inginkan! Aku memberikanmu kebebasan sesuai apa yang kamu inginkan!".

Viona pun menangis meratapi perubahan suaminya. Tubuhnya pun bergetar mendengar omelan suaminya. Ia pun masih tak menyangka jika kecelakaan itu pun meriang kepribadiannya.

Eva pun mendekatkan diri dan memeluk menantunya. "Nathan, jaga bicaramu! Viona ini istrimu! Kamu tak sepantasnya menghina istrimu seperti itu!".

Nathan pun tak mau berdebat lagi dan keluar mengambil kunci mobilnya. Sementara mata Viona pun masih melihat tubuh suaminya sampai menghilang. Ia pun meraba dadanya, rasa sakit itu pun masih terasa kuat.

"Nathan, ada apa denganmu?" lirih Viona dengan lirih.

Eva pun melihat menantunya dengan tatapan sendu. Raut kekhawatiran masih terlihat jelas di matanya.

"Tenanglah nak. Mungkin Nathan masih belum terima dengan apa yang sebenarnya terjadi".

Seakan tersentak, Viona pun mengusap air matanya dan melihat mertuanya dengan tatapan nanar.

TBC.

I'm Not The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang