09 | The Truth Untold

112K 8K 844
                                    


Do you have a place to go?
Oh could you tell me?
I saw you hidden in this garden

-The Truth Untold (BTS)

Seorang siswa laki-laki terlihat berlari kecil mengejar atensi Hyejin yang baru saja turun dari kendaraan beroda empat beberapa detik yang lalu. Ia sempatkan telapak tangan miliknya menepuk pundak gadis didepan langkahnya dengan cukup keras, memaksa Hyejin menolehkan refleksanya kebelakang.

Hyejin mendapati sebuah ulasan senyum muncul dari siswa di belakang tubuhnya. Tentu saja lengkungan bibir dari sang empu itu berhasil membuat beberapa siswi disekitar keduanya kelonjakan.

Sedangkan Hyejin malah berotasi dengan enggan sebagai respon yang gadis ini tunjukkan. Wajahnya menjadi semakin tidak bersemangat mengalahkan kemalasan pelajaran matematika pada jam pertama. Bergegas melangkahkan kaki terlebih dahulu, dan meletakkan sepatunya dikotak kecil berpintu sesaat dia sampai di barisan loker.

Sialan, kenapa laki-laki ini harus muncul sekarang. Sungguh kehadirannya tidak membantu suasana hati Hyejin menjadi lebih baik. Hatinya semakin merasa sesak, ternyata memuakkan seperti ini ketika hati menilik rasa kecewa.

Mungkin hal remeh, namun entah kenapa perasaannya begitu berlebihan. Apakah ini efek dari segelas susu yang tidak ia habiskan ketika sarapan? Atau kemungkinan terburuk, roti yang Jimin suguhkan padanya sudah melewati tanggal kadaluarsa? Ah tidak-tidak, pasti bukan begitu. Bisa jadi emosi panas itu ikut terluruh karena siklus bulanannya.

"Selamat pagi noona, bagaimana kabarmu?." sapanya dengan bahagia.

Hyejin hanya memberikan respon wajah seadanya dengan lirikan dari sudut mata. Perhatian Hyejin itu mahal.

Sudah pergi tanpa berpesan, sekarang tiba-tiba muncul seperti harapan palsu, parahnya lagi dia bertanya kabar tanpa perasaan berdosa. Ingin sekali Hyejin rontokkan barisan gigi putih itu dari senyumnya. Sedikit hiburan bagi Hyejin jika dia ompong seperti kakek-kakek dan kehilangan barisan para fans gilanya.

"Kukira kau sudah lupa aku pernah ada di dunia," ketus Hyejin.

Hyejin menekankan langkah kakinya tanpa menggubris pribadi yang sibuk menarik perhatian itu. Seakan sapaannya hanya dengungan lalat. Bukankah Hyejin harusnya bersyukur, padahal biasanya laki-laki ini dikejar-kejar oleh para siswi histeris seperti ibu-ibu berebut diskon 50% + 20%. Sekarang laki-laki itu malah mengekori dirinya seperti anak itik meminta jatah makan.

Sikap Hyejin sangat beralasan sejujurnya. Gara-gara siswa tinggi jangkung, berambut gelap dengan kulit putih ini beberapa kali membolos latihan ektrakulikuler, dirinya jadi kelabakan menyusun sinkronisasi jadwal latihan sendiri. Terlebih festival olahraga sudah semakin dekat.

Klub basket dan juga cheerleder, dua kegiatan ekstra sekolah adigung adiguna yang tak terpisahkan. Dan laki-laki itu adalah kapten basketnya.

Merepotkan dan menyebalkan.

Mengetahui Hyejin tidak kunjung membuka hati yang memang sudah berperangai dingin dari sananya, laki-laki itu berusaha memutar otak mencari solusi lain. Akan sangat tidak lucu jika Hyejin tetap mengabaikannya. Dirinya paham betul, dan itu menakutkan. Bisa-bisa dia harus menyiapkan peti mati setelah ini.

Tubuh itu membawa kedua kakinya berlari  mendahului Hyejin. Memutar torsonya lalu berjalan mundur menghala gadis cantik ber-raut muka tajam siap membumi hanguskan sesuatu.

My Little Bittersweet Wife ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang