39| Wings

87K 6.5K 1.9K
                                    

Kalian voter keberapa untuk chapter 2 terakhir ini?

Hati-hati diabetes, HyeMin momennya di mana-mana 😂
bacanya pelan-pelan, part terpanjang sejauh ini, sekitar 2 chapter kujadikan 1


No matter what happend, you always be my wings and my lover
Thank you for being my Icarus
Let's fly high together

-Hyo

Cukup pagi, bahkan belum genap jam sepuluh di hari senin. Sayup-sayup langkah kaki, dorongan kursi roda bahkan beberapa suster yang saling berbincang ketika melintas, memenuhi ruang tunggu bersalin rumah sakit dimana keluarga kecil Jimin menenggelamkan diri. Satu deret kursi alumunium di depan mereka hanya terisi oleh seorang Ibu muda—lebih tua dari Hyejin dan satu anak kecil perempuan yang menggemaskan.

Hyejin yakin jika wanita ber-dress merah hati itu mengandung anak kedua, dan ingin melakukan pemeriksaan yang sama dengan dirinya hari ini. Hati Hyejin semakin menghangat ketika maniknya lebih berfokus pada bongkahan manusia kecil dengan pipi gembil yang menggemaskan. Lucu sekali, poninya tergerai di depan kening seperti miliknya dulu. Memantul antusias ketika kaki itu melompati persegi ubin satu-satu.

Terlebih ketika dua sisi pipi mochi stroberi milik balita itu bergoyang seperti jelly ketika dia melompat-lompat lebih beruntun. Ingin melihat ikan di akuarium dekat tombol niu-niu—begitu yang rungu Hyejin tangkap ketika suara cadel itu berseru senang kepada sang Ibu. Astaga! Hyejin tidak kuat. Ingin Park kecil nanti berpipi gembil menggemaskan seperti itu juga. Sedangkan Jimin mengulas senyum lebih hangat lagi ketika melihat ekspresi Hyejin yang begitu lembut, auranya sudah seperti seorang Ibu saja. Jimin bersumpah dalam hati saat ini, dia sangat mencintai Hyejin—cinta sekali, dan Jimin semakin tidak sabar untuk memberikan cinta yang sama besar untuk Park kecil nanti.

"Nanti diberi nama siapa ya?" Hyejin tiba-tiba berkata, bersamaan mengelus Park kecil dalam balutan kaos panjang berwarna putih milik Jimin yang ia kenakan.

"Kan belum tau dia laki-laki atau perempuan," ucap Jimin sebelum meneguk air mineral yang ia genggam.

"Iya juga sih."

Sejenak hening sebelum dua suara berat dan soprano kembali terdengar.

"Tapi sepertinya dia, laki-laki."

"Tapi sepertinya dia, perempuan."

Keduanya bersuara secara bersamaan dengan kalimat yang berbeda di akhir. Hyejin dan Jimin saling berpandangan. Entah kenapa atmosfir seolah berubah menjadi sebuah perebutan kekuasaan. Seperti benih-benih perdebatan ideologi negara.

"Kuharap dia perempuan." Hyejin menatap Jimin yakin.

"Kan belum tau," jeda Jimin guna meneguk air mineralnya lagi, menghindari tatapan tidak mau kalah seorang Hyejin, "Kuharap aku mendapatkan teman untuk menonton bola nanti," Jimin memasrahkan punggung pada sandaran kursi yang menumpunya. Kalimat yang Jimin ucapkan yakin ingin Park kecil adalah copy paste dari dirinya, lelaki tampan dan berkharisma.

"Tapi aku maunya perempuan." Dan Hyejin ingin Park kecil adalah doppleganger dirinya juga. Cantik, menggemaskan, baik hati dan tidak sombong.

Yang diomongkan sibuk tidur dengan hangat di dalam perut. Tidak mengerti.

"Tapi Hyejin-ah, nanti kalau Park kecil laki-laki bagaimana?" Jimin mencoba memberikan pengertian dengan kemungkinan lima puluh persen sisanya—gender laki-laki. Walaupun sejujurnya Jimin tidak masalah dia laki-laki atau perempuan, tetapi kalau boleh meminta, ia ingin ada teman mengobrol tentang sepak bola dan hal laki-laki lainnya. Wajar, itu naluri orang tua dengan keinginannya masing-masing.

My Little Bittersweet Wife ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang