23 | Save Me

90.2K 6.6K 849
                                    


Setelah sekian lama, voter keberapa kalian? 🌚


I want to breathe, I hate this night
I want to wake up, I hate this dream
I'm trapped inside of myself and I'm dead
Don't wanna be lonely
Just wanna be yours

-Save Me (BTS)


Sejatinya Yoonji sangat membenci rumah sakit dan kerlipan silau jarum suntik. Menghirup aroma khas obat-obatan saja selalu berhasil membangunkan kenangan buruk yang sengaja ia timbun dalam ingatan, ibu jarinya pernah patah ketika bermain ayunan di usia 8 tahun.

Sayangnya dewasa ini Yoonji tidak mendapati pilihan lain, keadaan tubuh tak memberikan dia celah untuk sekedar menikmati tidur malam dan memakan makanan kesukaannya beberapa hari terakhir. Seandainya Jukyung tidak menjanjikan satu bulatan utuh cheese cake dan memaksanya memeriksakan diri, mungkin Yoonji akan tetap berdiam dan bergelut selimut di dalam kamar hari ini.

"Apakah ada keluhan lain yang kau rasakan?" tanya Seokjin seraya memandangi Yoonji dan lembaran kertas diatas meja gelap itu bergantian. Membubuhkan tulisan yang sudah pasti orang biasa tak mungkin bisa membacanya, atau sekedar mengerti tiga huruf awalan penggalan resep itu. Tulisan dokter sudah layaknya kode teka-teki.

"Entahlah, aku tidak terlalu memperhatikannya," jawab Yoonji lemah, memilih memandangi kalender dan cekungan berisi pensil disisi kanannya.

Seokjin menghela napas melalui birai tebalnya. Jemari panjang dengan bentuk sedikit berkelok itu berusaha melepas kacamata yang sedari tadi bertengger mesra membingkai kedua maniknya.

"Aku sudah memberikan resep yang kau butuhkan, perbanyak istirahat dan jangan terlalu memikirkan sesuatu yang berat, araa?" terang Seokjin memastikan, bersamaan punggung gagah itu pasrah pada sandaran kursi yang menumpunya.

Secara perlahan wajah sendu Yoonji terangkat, bersamaan membidangkan pundaknya--menguatkan diri diiringi helaan napas berat dari bukaan bibir. Tetapi sayang, kedua tatap itu tak mampu membohongi dirinya sendiri. Kedua manik coklatnya mulai berair--mencerap putus asa, dengan rahang yang bergetar menahan kecamuk dan ujung hidungnya mulai merona. Mungkin lebih pada perasaan hancur yang Seokjin rangkum tersemat pada wajah Yoonji.

"Hasilnya benar dem-demikian?" tanyanya lirih sekali lagi, masih bersikeras memastikan kenyataan.

Bahkan jemari berkutek putih itu meremat kedua lutut hingga meninggalkan bekas kemerahan, menahan sesuatu yang terasa begitu menyeruak dan menyentak perasaannya. Rongga dada Yoonji kian sesak ketika ekspresi paras Seokjin lebih mampu mengatakan segala kebenaran dibandingkan bibir tebal itu.

"Aku tahu kau berharap semua ini adalah kebohongan, tetapi...." Seokjin menjeda ucapannya ketika mendapati air mata Yoonji jatuh begitu saja menuruni pipi dengan dagu berkerut.

"hasil medis tidak pernah berbohong," terangnya dengan berat hati.

Rasa pening yang menyentak kepala bersurai panjang itu semakin menjadi, sengguk yang ia tahan pun pecah ditengah ruang berhias dengung penghangat ruang. Seokjin hanya bisa menatap nanar Yoonji yang sedang menutup wajahnya dengan kedua telapak bergetar. Terlihat jelas menahan gejolak yang sejatinya ingin Yoonji luapkan sekarang juga.

Jujur Seokjin tidak tega memirsa Yoonji tersedu begitu hancur, dengan rambut tergerai berantakan dan menggantung pasrah kedepan. Diluar keretakan hubungannya dengan pemilik Park Corp muda, Seokjin cukup mengenal pribadi Yoonji dengan baik ketika dirinya masih bersama Jimin--dulu.

My Little Bittersweet Wife ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang