I'm Jerk

3.5K 285 28
                                    

JENNIE POV

" Berhentilah menari!"

" Jennie, ini bukan saatnya kita berlatih keras. Bahkan kita baru saja menyelesaikan promosi comeback"

" Eonni kapan kau selesai menari? Aku lapar"

Akhirnya mereka menyerah dan meninggalkanku sendiri diruang latihan. Sebenarnya aku tidak bermaksud mengabaikan mereka tapi aku takut akan memutahkan emosiku saat aku berbicara nanti. Aku tidak mau mereka menerima imbas dari emosiku yang labil ini.

Aku memang bodoh, aku sendiri yang memutuskan untuk tidak menemui Hanbin tapi aku jugalah yang kacau karena terus mengkhawatirkannya. Hatiku ingin berlari menemuinya tapi ragaku terlalu egois untuk bergerak.

Sebenarnya ia sakit apa? Apa dia sudah kedokter? Bagaimana kondisinya sekarang?

" Kenapa kau tidak menemui Hanbin saja?" Iris mataku menemukan pantulan bayangan Jinhwan di cermin. Ia tepat berdiri didepan pintu sembari menatapku intens. Dan seolah ia tau semua kegelisahanku.

" Aku sibuk" Jawabku ketus. Aku melenggang menuju sofa panjang di ruangan itu sembari menyeka keringatku dengan handuk.

" Sebenarnya kalian ada masalah apa?" Suara jinhwan tetap lembut kepadaku seakan tak perduli dengan jawaban ketusku barusan. Ia menarik sebuah kursi dan mendudukkan dirinya tepat didepanku.

" Kalau kau kesini hanya untuk menanyakan itu, Hanbin masih punya mulut untuk menjelaskannya padamu"

" Berhentilah membohongi dirimu sendiri. Kalau kau mengkhawatirkannya temuilah dia."

"Bukan urusanmu"

" Dasar batu!" Kehempaskan botol minum yang ada ditanganku. Membuat suara benturan keras antara botol itu dengan lantai.

" Sunbae sebaiknya pergi" Aku menunjuk pintu keluar dan menatap Jinhwan tajam. Sebaiknya dia pergi sebelum emosiku semakin menjadi.

" Aku tau Hanbin keras kepala, ceroboh dan tidak tau caranya menjelaskan masalah. Tapi kau juga tidak seharusnya egois seperti ini. Semuanya bisa dibicarakan baik - baik" Aku mengerutkan dahiku sejenak. Hanbin yang bersikap seenaknya padaku tapi kenapa aku yang disalahkan?

" JANGAN CAMPURI URUSAN KAMI!" Aku menatap jinhwan tajam. Oh tidak, apa aku sudah keterlaluan? Bagaimanapun juga jinhwan adalah seniorku disini. "Maaf aku tidak bermaksud membentakmu"

Ia menatapku dengan senyuman kecut. " Tidak apa - apa, memang sebaiknya aku tidak mencampuri urusan kalian" Ia menghembuskan nafasnya berat dan memalingkan pandangannya sejenak. " Tapi kumohon padamu, jangan berhenti berada disisi Hanbin. Bahkan aku si tetua ini tidak bisa berbuat banyak saat grup kami gagal, aku memang payah. Hanya ini yang bisa kulakukan untuknya, aku tau dia sangat membutuhkanmu saat ini"

Jinhwan berdiri dan mendekatiku. " Kumohon, ajaklah dia bangkit lagi. Aku tidak kuat melihatnya hampir gila setiap kali bertemu sajangnim. Kalau kau masih enggan menemuinya, anggap saja ini permohonanku sebagai seniormu. Aku akan melakukan apapun yang kau minta agar kau mau menemui Hanbin"

Jinhwan menepuk bahuku pelan dan berlalu pergi. Dia bahkan rela memohon padaku seperti tadi.Membuatku menjadi orang paling bersalah di dunia ini. Disaat Hanbin terpuruk justru aku menambah kesedihannya dan malah meninggalkannya. Mengapa aku begitu egois? Cih' kau jahat Jennie, kau wanita jahat.

.

Louis New Zeland Resto

Aku menutup pintu apatemenku kasar dan membuang hodieku asal. Disaat aku membulatkan tekatku untuk bertemu dengan Hanbin, tapi ia justru sudah di bawa pulang ke dorm. Mana mungkin aku menghampiri dorm iKON, pasti disana banyak sasaeng dan paparazi berkeliaran.

Apa yang harus aku lakukan? Aku merindukannya..

Tiba - tiba sebuah tangan mendekap pelan leherku dan membuat tubuhku seketika menghangat. "Akhirnya kau datang juga" Apa ini halusinasi?

" Hanbin?"

Jantungku terpacu cepat saat melihat wajahnya bersender di bahuku. Aku membalikkan tubuhku dan menatap Hanbin dalam. Wajahnya pucat dan tubuhnya berkeringat. Sepertinya ia masih sakit. " Kenapa kau bisa ada disini?"

" Menjemput obatku" Sedetik kemudian bibirnya mendarat dibibirku. Membuatku mencengkram lengan Hanbin kuat karena terlalu terkejut ia menciumku tiba - tiba. Mataku membulat sempurna merasakan bibir Hanbin mulai bergerak diatas bibirku.

Ia meraup bibirku rakus dan semakin menarikku kepelukannya. Membuat suara decitan kecil saat bibir kami berpautan. Tangan kanan Hanbin terulur kearah kelopak mataku dan memejamkan mataku pelan. Seakan memaksaku untuk menikmati segala perlakuannya.

Kubuka mataku perlahan saat kurasakan bibir Hanbin telah menjauh. " Sepertinya kau sudah membaik, kau bahkan bisa menciumku seperti tadi"

" Maaf" Tangan Hanbin beralih ke pipiku dan mengelusnya pelan. " Maaf karena sikapku dan maaf karena aku terlalu sibuk dengan duniaku"

Sudut bibirku terangkat dan mengembangkan senyuman sinis. " Kau kemana saja? Apa kau juga terlalu sibuk untuk hanya meminta maaf padaku?"

Hanbin menundukkan kepalanya dan menghembuskan nafasnya berat. " Maaf"

" Setiap hari aku selalu menunggu telefonmu seperti orang bodoh, dan faktanya kau tidak pernah menghubungiku. Kau juga melepaskanku begitu saja. Kau bahkan tidak pernah berjuang agar aku kembali padamu. Bukankah itu menyakitkan? Dan..."

Tanganku terulur mendekap kepala Hanbin dan mengarahkannya untuk menatapku. " dan dengan bodohnya aku tetap mencintaimu"

.

" Makanlah yang banyak, kau harus segera pulih dan membuat comeback yang bagus"

Aku menatap Hanbin yang tidak bergerak ditempatnya. Ia masih berbaring di sofa dan memainkan remote TV. "Suapin"

Ah' mulai manjanya. Lihat wajahnya itu yang mulai menjijikan. Kita bukan anak SMA lagi yang pacaran harus suap - suapan. " Kau tidak lumpuh, Tanganmu juga masih berfungsi dengan baik"

" Sudahlah, percuma saja menyuruhmu bersikap romantis" Hanbin mengambil nampan yang berisi bubur buatanku dan mulai melahapnya. Aku tersenyum puas melihatnya menghabiskan bubur itu.

" Jennie?" Tangan Hanbin memegang tanganku kuat.

" Waeyo?"

" Apa kita melarikan diri saja?"

Kiss Me Baby - JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang