Lie

1.9K 204 18
                                    

JENNIE POV

" Berarti.. Kau akan pergi dariku suatu saat nanti?" Mataku menatap Hanbin intens, tidak biasanya ia sesensitif ini. Hey, aku hanya bercanda.

" Kenapa kau berfikir seperti itu?"

Hanbin mengembuskan nafasnya berat, "Aku hanya takut" Ia menggenggam tanganku dan kembali tersenyum masam. "Sekarang kau benar - benar seperti ruby yang terlalu berharga untukku miliki"

Aku memejamkan mataku sejenak, ada yang tidak beres. Aku sudah mulai curiga dari pertama kehadirannya menyambutku di apartemen. Hanbin yang biasanya tidak akan menemuiku terlebih dahulu sebelum aku menerornya, tiba - tiba datang sebelum aku mengundangnya.

" Apa ada masalah? Ceritakan saja"

Ia terlihat kebingungan menanggapi pertanyaanku, jelas terpapar di raut wajahnya ia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Kau tidak pandai berakting Kim Hanbin.

" Aku baik - baik saja" ungkapnya disertai senyuman yang dibuat - buat.

" Baiklah kalau kau belum mau cerita, aku akan menunggumu sampai kau siap" Aku menggapai pundak Hanbin dan menariknya mendekat padaku. " Aku memilihmu dan aku tidak akan pergi darimu"

Aku menangkap wajahnya dan mengecup bibirnya sekilas. Mungkin ia perlu waktu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan aku tidak mau menjadi wanita yang mengekangnya untuk selalu memberi tau semua masalahnya.

" Ah' aku hampir lupa, aku membawa oleh - oleh untukmu" Ucapku berusaha mengganti topik pembicaraan. Aku beralih mengambil tas belanjaanku dan menemukan sebuah kotak disana.

" Apa itu? "

" Aku menemukan kacamata ini saat jalan - jalan, penjualnya bilang ini kacamata antik. Kurasa ini cocok untukmu" Aku berjinjit dan memakaikannya pada Hanbin.

" Kenapa warnanya kuning? Apa pemilik sebelumnya jarang mencucinya hingga warnanya jadi kuning? " Aku terbahak mendengar pemikiran konyol nan tidak masuk akal itu.

" Memang seperti itu warnanya. Aigoo, kau terlihat lebih tampan memakai ini"

" Memang wajahku ini sudah tampan"

Lihatlah tingkahnya itu, Ia berganti pose demi pose seperti seorang brand ambassador kaca mata tersebut. Ya Tuhan, kenapa pacarku seperti ini?

" Jennie..."

Perhatianku kembali terfokus pada Hanbin. Apa dia sudah siap menceritakan masalahnya sekarang?

" Waeyo?" Tanyaku penuh harap.

" Aku lapar" Aku memutar bola mataku jengah, Kufikir dia mau membagi masalahnya denganku.

"Bisa kau memasak untukku? "

.

.

" Seharusnya kau membawa makanan sebelum kemari, kau tau aku baru saja menempuh perjalanan 7 jam. Bahkan punggungku sampai mati rasa karena terlalu lama duduk" Omelku sembari mengeluarkan bahan makanan di kulkas.

Namun orang yang menjadi target omelanku justru duduk santai di meja makan sambil menatapku dengan wajah tanpa dosa. Sesekali ia mencomot camilan disana seakan menontonku bermonolog didepannya.

" Padahal aku ingin tidur sebentar karena selama dipesawat aku tidak bisa tidur, tapi kenapa aku justru bergelut di dapur seperti ini" Lanjutku diiringi suara pisau yang memotong sayuran.

" Kau bahkan tidak ada kabar dan tidak pernah menanyakan kabarku disana, sekali lagi kau seperti itu aku benar - benar akan membunuhmu. Arraseo? " Aku menghentakkan pisauku keras, menimbulkan suara menggema yang begitu nyaring.

" Kau mendengarkanku ti--"

" Yeobo, kenapa kau cerewet sekali"

Tubuhku tersentak mendapati Hanbin sudah berada di belakangku dan memelukku dari belakang. Kepalanya ia senderkan di bahuku dan tangannya mengambil alih tanganku yang memotong sayuran. Seketika tubuhku membeku dibuatnya.

" Yeo-Yeobo? " Tanyaku mengulangi panggilan Hanbin tadi. Huft' ingatlah bernafas Jennie..

" Hmm" Sahut Hanbin masih dengan posisinya yang memelukku, tangannya terus bergerak memotong sayuran yang sebelumnya ada ditanganku.

" Aku hanya mengulangi panggilanmu tadi padaku. Apa aku tidak salah dengar? "

" Romantis bukan kalau kelak kita seperti ini"

" Maksudmu.. jadi sepasang suami istri? "

" Wae? Kau tidak mau jadi istriku?"

Pertanyaan macam apa ini, astaga kurasa jantungku sebentar lagi akan melompat dari tempatnya. Bolehkah aku berteriak sekarang?

" Jangan kau jawab sekarang, aku akan menanyakan lagi kelak"

.

.

Blackpink dorm

" Aku pulang"

Aku membuka pintu dorm dan menjinjing barang bawaanku masuk kedalam dorm. Apa - apaan ini? Kenapa sepi sekali? Seharusnya mereka menyambutku pulang.

" Eonni, kau sudah pulang?"

Aku menghampiri Lisa di ruang tengah dan menghempaskan diriku disana.

" Seharusnya kalian menyambutku atau apalah itu. Aku pergi berminggu - minggu tapi sepertinya kalian tidak merindukanku" Keluhku pada Lisa. Namun dia justru lebih fokus pada serial drama yang ditontonnya sembari memakan cemilan kesukaannya.

" Kami merindukanmu" Jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya se-inchipun padaku.

" Kemana Rose dan Jisoo eonni? "

" Rose eonni dikamarnya, paling dia sedang membuat syair bersama june. Mereka akan menggila bersama dengan syair aneh yang mereka buat" Aku mengangguk mengerti, Ya mereka berdua memang anehnya satu frekuensi.

" Lalu jisoo eonni? "

" Dia diam - diam pergi ke konser Got7, Entahlah mungkin dia merindukan jinyoung-nya"

Aku mencomot cemilan Lisa dan bersender padanya. "Kau sendiri bagaimana? Kemana Jungkook dan bambam? "

Lisa memanyunkan bibirnya dan meremas snack yang ada di tangannya. " Entahlah, mereka berdua sepertinya hanya main - main denganku"

" Kau saja masih menggantungkan mereka, bagaimana mereka mau serius padamu"

" Aish membuatku pusing saja" Lisa bersender di Sofa dan membuka tas oleh - oleh yang aku bawa.  "Justru sekarang aku sedang dekat dengan Donghyuk oppa dan Sehun EXO.  Rencanaya kita akan collab"

" Jangan bilang kau juga mendekati mereka berdua?" Lisa menanggapiku dengan cengiran nakal miliknya. " Dengan dua pilihan saja kau bimbang apalagi ada 4 pria sekaligus. Kau gila? "

" Wae?  Kau mau aku mendekati Hanbinmu juga supaya genap 5?"

" Kau mau mati?"

Kiss Me Baby - JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang