Drama Effect

1.5K 195 52
                                    

Hollaaaaa... kembali lagi sama Sinshin di chapter ke 6. makasih buat reader dan voter yg selalu setia.

Curhat dikit ya, cerita ini ternyata lebih susah dibanding dua cerita sebelumnya. Sinshin sampai writing block di chapter 20 dan revisi dari chapter 7 agar gak terlalu berat. Padahal Because Of You yang berat aja gak sampai writing block. Hikksss

cus dah, abaikan. cekidootttt!


Seohyun tercengang melihat kediaman Kwon yang hanya ditempati Yuri dan Yoona, atau hanya Yuri saat ini karena Yoona memilih bersamanya. Ternyata kakak-beradik bak kembar adalah putri orang kaya. Bagaimana tidak? Di gerbang saja ada dua penjaga berseragam kemeja biru dongker. Di pintu berdiri dua wanita bersanggul rapi memakai kemeja dan rok span.

"Annyonghaseyo," sapa Seohyun membungkuk hormat.

Salah seorang pelayan berusia kisaran kepala empat menyeringai senang. "Yoona ssi akhirnya kau pulang. Seohyun ssi, Yuri ssi sudah memberi pesan. Mari!"

Yoona menahan lengan Seohyun sambil mengerucutkan bibir dan memberi gelengan. "Seohyunnie, Yoongie tak suka di sini."

"Tapi ini rumahmu. Besar, mewah, banyak pelayan, bisa melakukan apapun, dan masih banyak lagi. Sangat berbeda dengan rumahku. Kecil, sempit, dan tidak ada yang melayanimu."

Lagi-lagi Yoona menggeleng sedih. Tingkah bocah itu menyimpan kesedihan dari pancaran matanya. "Punya segalanya juga tak selalu menyenangkan kalau tidak bisa dirasakan. Semu. Tidak enak."

Penuturan Yoona membuat kedua pelayan dan Seohyun terkesima. Ketiganya bertukar pandang meresapi kepolosan dan kebenaran terselip dari ucapan barusan. Ada guratan bahwa kekayaan keluarga Kwon tak cukup membuat Yoona bahagia di dalamnya.

"Yoongie lebih suka di rumah Hyunnie. Banyak teman, menemani Hyunnie melukis, ke kampus, merebut makanan Youngie dan Bunny, juga mengganggu Taeng. Fany dan Hyo juga selalu mengajariku. Di sini justru lebih mirip di penjara. Tidak boleh ke sana, tidak boleh ke sini, melarang ini-itu, dan mengunciku di kamar kalau ada tamu atau Sica."

Seohyun mengerjap-ngerjap. Sesaat dia melihat kedua pelayan menunduk seperti mendapat persetujuan atas curahan Yoona.

"Yul tidak pernah membiarkanku masuk ke kamarnya. Dia bilang tanganku selalu merusak apapun padahal Yoong hanya ingin bersama Yul."

"Yoongie," panggil Seohyun melembut karena terenyuh seraya meraih jemari Yoona. Dia bisa merasakan sakit hati wanita lincah di depannya. Namun, siapapun bisa melakukan kesalahan dan selalu ada kesempatan memperbaiki.

"Yoongie tidak mau di sini. Bermain di rumah Seohyun lebih enak. Lagipula, aku sudah janji tidak akan nakal. Tidak membuat repot, tidak menyusahkan, dan selalu menurut. Kajja, kita pulang!"

"Yoong!" tahan seseorang menghentikan tarikan tangan Yoona di lengan Seohyun. Ternyata suara berasal dari sisi lemari pernak-pernik berjarak dua meter dari kanan Seohyun. "Dengarkan aku dulu, Yoong! Aku...,"

Melihat pemilik suara yang tak lain adalah Yuri, Yoona langsung menarik tubuh Seohyun meninggalkan ambang pintu. Namun, Yuri cepat melangkah menghalang kedua badan semampai itu menunjukkan raut memohon.

"Yoong, tolong sekali ini dengar penjelasanku!"

"Yoongie tidak mau di sini. Minggir!"

"Tapi kau adikku,"

"Adik? Yoongie tak merasa punya kakak. Kau 'kan tak sayang Yoong. Sica, Sica, dan Sica. Selalu dia. Tiap dia datang..."

Hap! Yuri memeluk tubuh Yoona meredam kemurkaan dalam dada. Hati Yuri turut terbakar menyadari betapa sang adik menderita dan membutuhkan teman. Wanita muda itu tak menuntut apapun selain teman bermain dan kasih sayang.

My Life, My Heart, My ChodingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang