Love Is Not Enough

1.3K 180 69
                                    

hoollaaaaa, selamat sore yang panas dari udara di Jawa Timur.  makasih buat masukan, dukungan, dan kesetiaan reader juga voter. btw, aku bakal update dua kali guys. sekarang dan jam 10 malam. karena apa? karena chapter ini..... 

udah ah, baca aja. cekidoottt!


Hyoyeon bersandar di sofa  menyaksikan acara kompetisi dance yang berjudul Hit The Stage. Banyak penari beradu menunjukkan kebolehan di sana dan Hyoyeon sebagai penari pun sangat antusias. Seohyun sendiri justru kurang tertarik karena lebih sibuk berkutat pada ponsel. Sesekali dia tersenyum.

"Yoongie," batinnya melebarkan senyum ketika menerima pesan dari Yuri. Pesan berisi foto Yoona tertidur memeluk boneka rilakuma yang dia belikan saat berkunjung ke taman hiburan. "Bogoshippeo." Ucap Seohyun dalam hati diikuti jemari mengetikkan kata-kata serupa.

Tak lama kemudian pesan Seohyun terbalas. Namun, lengkungan bibir tiba-tiba mendatar membawa kalimat pendek dari Yuri. Dia tak langsung membalas dan membuang pandangan menerawang ke layar televisi.

"Mengapa Yuri unnie bertanya begitu? Aku tak tahu harus bagaimana menjawabnya." bimbang Seohyun belum ingin membalas. Isi pesan Yuri berupa pertanyaan yang juga ditanyakan dalam diri sendiri. "Apa aku mencintai Yoona?"

Ponsel Seohyun bergetar dan satu pesan lagi dari Yuri.

Yuri:

'Jangan terlalu dipikirkan, Seo! Jika kau mencintainya, aku sangat bersyukur ada wanita sepertimu di sisi adikku. Kalaupun rasa sayangmu sebatas rasa peduli, aku juga tidak kecewa. Paling tidak kalian memiliki satu sama lain sebagai sahabat. Hatiku tetap bersyukur.'

Hati Seohyun dilema. Perasaan nyaman kala bersama Yoona adalah sebuah cinta atau bukan, dia tak bisa menjawab.

Seohyun:

'Aku tidak tahu, Unnie. Tidak bisa kujawab sekarang.'

Balas Seohyun sedikit merasa sakit. Dia pun tak tahu ini hanya rasa bersalah ataukah karena memang ada cinta. Semua terasa kabur, samar, dan bimbang.

"Ada apa, Hyunnie ah?"

Seohyun tersenyum kecut seraya beringsut meninggalkan Hyoyeon di sofa. "Aku ingin tidur, Unnie. Tidur lah di mana pun kau mau."

Hyoyeon mengernyit bingung melihat perubahan drastis Seohyun. Tubuhnya turut beringsut usai mematikan televisi dan menyusul ke kamar. Di ranjang sekerangka badan lain berebah menghadap dinding.

"Seohyunnie, ada apa?" khawatir Hyoyeon ikut berbaring dan reflek membuat Seohyun berpaling.

"Hanya mengantuk, Unnie."

Jemari Hyoyeon menarik lengan Seohyun agar lebih dekat bahkan mengangkat kepala dongsaeng agar terebah di lengan hingga wajah mereka cukup dekat. Nafas Hyoyeon sesekali menyibak helai rambut Seohyun.

"Kau tak bisa berbohong, Hyunnie. Lagipula, sejak kapan seorang Seohyunnie menyembunyikan sesuatu dari para unnie, hm?" tuturnya lembut seraya menepuk-nepuk punggung.

Bibir Seohyun bergeming berusaha memejamkan mata. Samar-samar wujud Yoona justru muncul dalam gulita. Sudah banyak malam dihabiskan bersama Yoona di ranjang ini tanpa melakukan apa-apa. Hanya tidur berpelukan. Kini Hyoyeon hadir menggantikan Yoona. Seakan ada ketidaknyamanan atau lebih tepat penolakan.

Ingin sekali dia berontak sedikit menjauh. Kemudian melontarkan, 'Kenapa bukan Yoona yang di sini? Kenapa malah Hyo unnie?' tapi dia tak berani bersikap sefrontal itu.

My Life, My Heart, My ChodingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang