12 tahun kemudian...Seorang pemuda mengendap-endap dibalik rimbunnya semak belukar. Kedua netranya menatap tajam kearah seekor angsa gemuk yang berjarak tak jauh dari tempatnya sembunyi.
Ia mengulum senyum. Hari ini akan makan besar.
Satu lututnya menapak tanah memasang kuda-kuda yang tegas, sedang kedua tangannya menarik tali busur kayu dengan anak panah yang mengarah tepat di leher angsa tersebut.
JLEB
Mata anak panah itu menancap telak ke leher targetnya, membuat hewan tersebut menggelepar sampai akhirnya mati.
"Oke!" ujarnya sembari tersenyum lebar. Buru-buru ia keluar dari persembunyiannya dan membawa hasil buruannya tersebut.
"Hongbin-ah dan Hyunwoo-ah pasti akan sangat senang." ia membayangkan netra bulat kedua adiknya yang berbinar. Mereka sangat menyukai sup daging angsa dan sudah sebulan ini mereka tidak memakannya.
Ia harus segera pulang dan memasak sebelum mereka berdua kembali saat makan malam.
***
"Kak Minhyuk!"
Pemuda yang dipanggil Minhyuk itu menoleh ketika suara familiar memanggil namanya dengan lantang sembari berlari kearah tenda tempatnya berjualan.
"Oh, Hakyeon-ie--astaga, banyak sekali buruanmu hari ini!" Minhyuk sedikit menganga saat melihat Hakyeon yang menenteng hasil buruannya--dua ekor angsa gemuk dan tiga ekor kelinci hutan.
Laki-laki yang lebih muda tertawa kecil, "Tentu, aku harus menukar mereka dengan sayuranmu, kak. Aku ingin mengadakan pesta kecil-kecilan dengan adik-adikku malam ini."
Minhyuk teringat akan sesuatu, "Benar juga, aku ingin memberikanmu sesuatu. Tunggu sebentar." Minhyuk mencari sesuatu di tumpukan barang yang berada di belakangnya. Tangannya kemudian meraih tiga buah buku usang dengan lembaran yang menguning dan sedikit sobek.
"Ini. Aku ingat kau menginginkannya saat aku bercerita tentang pengalamanku menyebrang lautan. Aku kembali kesana dan mendapatkannya saat berjualan di seberang lautan." ia tersenyum hangat, "Selamat ulang tahun, Hakyeon-ie."
Hakyeon tertegun menatap tiga buah buku medis yang sangat ingin dia baca. Minhyuk tidak pernah melupakan ulang tahunnya sesibuk apapun pemuda Beta itu. Minhyuk juga dikenal sangat ramah sebagaimana pedagang semestinya dan hal tersebut membuat Hakyeon selalu nyaman berada di dekatnya meski mereka baru mengenal selama tiga tahun.
"Kak Minhyuk..." Hakyeon memasang wajah terharu yang mana terlihat mengesalkan sekaligus lucu di mata Minhyuk.
"Eyy, jangan menangis. Sayuranku tidak laku kalau air matamu sampai jatuh diatasnya."
"Tapi aku benar-benar senang. Kau selalu memberikanku buku-buku medis dari banyak tempat yang berbeda."
"Ya, ya aku tahu, Hakyeon-ie. Berkatku juga kau dapat meramu banyak obat tradisional dan bahkan lebih terkenal dibandingkan sang Raja. Aku tahu." Minhyuk mengibaskan tangannya sembari tersenyum miring, "Berikan aku dua ekor kelinci itu dan ambilah sayuran yang kau suka. Kau juga bisa mengambil roti mentega itu jika kau mau."
"Whoa, terima kasih kak!" Hakyeon mengambil keranjang bambu dan memilih-milih sayuran yang akan dibawa.
"Ngomong-ngomong usiamu menginjak 17 hari ini, bukan? Artinya kau akan mengalami masa itu kan?" Minhyuk melipat kedua tangan didepan dadanya.
Hakyeon mengatupkan bibirnya, terdiam. Meski tangannya masih lihai memilih-milih sayuran segar milik Minhyuk serta netranya yang tidak menatap balik netra si penjual.
Dia tahu arah bicara Minhyuk. Heat cycle, siklus menyebalkan yang pasti terjadi pada setiap omega. Siklus itu belum terjadi saat Hakyeon berusia 16 tahun maka ia harus bersiap-siap di usianya yang baru menginjak 17 ini.
"Ah jangan mengingatkanku, kak. Membayangkannya saja rasanya aku ingin muntah." Hakyeon mendengus, "Kubaca dari buku, katanya itu menyakitkan."
"Beberapa pelanggan Omega yang pernah kutemui juga mengatakan demikian." Minhyuk tampak berpikir, "Kudengar orang-orang di barat sedang mengembangkan suppressants--atau apalah itu namanya--yang berfungsi untuk menekan feromon Omega dalam masa heat. Meskipun ada disini pun, para bangsawan gila itu pasti mematok harga yang sangat mahal dan uangku tidak akan cukup. Aku tidak mengerti kenapa orang-orang memperlakukan Omega seburuk ini. Bahkan negeri ini pun sama buruknya."
"Bukan cerita baru jika Omega memang dipandang rendah, kan? Bahkan disebut-sebut sebagai mesin produksi bayi." Hakyeon mengambil roti mentega dan memasukkannya di keranjang bambu, kemudian memberikannya pada Minhyuk untuk dikemas dalam paper bag, "Jangan khawatir, kak. Aku akan baik-baik saja. Jika ada yang macam-macam denganku, biar kucolok matanya dengan anak panahku."
Minhyuk terkekeh, "Seperti biasa, kau memang pemberani. Berbeda dari Omega kebanyakan." Minhyuk menyerahkan paper bag berisi belanjaan Hakyeon, "Aku akan bertanya ke pelanggan-pelangganku mengenai suppressants. Bersabarlah sebentar, oke?"
Hakyeon mengangguk sekali, "Mainlah ke rumah kami dan makan malam. Aku ingin melakukan sesuatu sebagai tanda terima kasih."
"Lain waktu, aku janji. Aku harus pergi lagi sore ini. Kau tahu sendiri rombongan pedagang hampir tidak pernah diam di satu tempat yang sama."
"Ah, benar juga..." Hakyeon menggaruk belakang lehernya, "Kalau begitu sampai jumpa lagi, kak. Hati-hatilah dalam perjalananmu."
TBC
A/N: ini Lee Minhyuk BTOB, bukan Minhyuk-nya Monsta X atau Minhyuk yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conquered Heart
Fanfiction"Jangan khawatir, saya akan menyelamatkan Anda." Kata-kata itu terus terngiang di kepala Taekwoon seperti mantra tak berujung. Feromon khas Lavender tercium samar dari bocah yang menolongnya 12 tahun yang lalu. Ia lumpuh. Oleh kata-kata dan feromon...