"Taekwoon..."Si pemilik nama bergeming. Netra kelam tajamnya masih terpaku menatap kearah jendela berteralis keemasan di ruangan luas itu--lebih tepatnya menatap langit malam dengan taburan bintang di atas sana. Tidak tertarik untuk mengalihkan perhatiannya barang sedetik pun karena ia sudah terlampau hapal dengan siapa yang seenaknya datang ke ruangannya selarut ini.
"Aku mengundang Irene untuk datang lagi besok. Akan kuampuni kesalahanmu waktu itu jika kau berbuat baik dengannya."
Sungguh Taekwoon nyaris terbahak sarkas mendengar penuturan sang Ayah. Bibir tebal sempitnya menyunggingkan senyum miring.
"Sepertinya kau begitu menyukai Irene."
"Ya, setidaknya dia mematuhiku. Tidak seperti seseorang yang kukenal."
"Cukup." Taekwoon berbalik, menatap tajam dan lurus sepasang netra yang serupa dengannya, "Aku dan Irene tidak akan menikah. Kami sudah sepakat mengenai hal itu."
"Irene hanya akan mematuhiku, Taekwoon. Meskipun dia harus membuang jauh egonya."
Taekwoon mendecih halus. Ayahnya tidak lupa dengan detail sekecil apapun, padahal tadinya ia pikir ia bisa mengelak dengan mengatakan bahwa dirinya dan Irene sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini--yang mana tidak sepenuhnya bohong.
"Jangan mengelak lagi. Sudah saatnya kau memberikan keturunan laki-laki Alpha untuk kerajaan yang sudah susah payah dibangun oleh Raja-Raja terdahulu--termasuk aku."
"Ya, ya. Klasik. Apa aku harus kabur seperti waktu itu? Bagaimana, hm?"
"Jung Taekwoon...!" Geram sang Raja. Nada bicaranya meninggi, membuat penjaga-penjaga istana Beta dan beberapa penjaga Alpha yang sedang bertugas di sekitar sana berjengit. Namun tidak dengan Taekwoon yang membalas dengan tatapan memberontak.
"Maka jangan campuri urusanku perihal mate! Aku tidak berminat untuk menikahi siapapun saat ini!"
Sang Raja menggeram frustrasi. Selalu begini, Taekwoon selalu mengancamnya seperti ini karena Pangeran itu sudah terlanjur mendapatkan kelemahan sang Ayah. Taekwoon adalah penerus kerajaan yang sah dan satu-satunya karena Ratu pertama sudah meninggal dunia. Sementara Wongeun--kakaknya--hanyalah anak dari seorang selir Omega. Meskipun ia berstatus Alpha, Wongeun tetap tidak dapat menyandang sebagai penerus kerajaan selama Taekwoon masih hidup.
Tapi Taekwoon selalu menyulitkan hingga Raja berpikir untuk mengubah kebijakannya--membuat Wongeun menjadi Raja sementara. Setidaknya sampai Taekwoon menikah dan memiliki keturunan yang entah kapan terwujud.
"Aku hanya menyuruhmu menikah, Taekwoon. Menyuruhmu mencari tempat untuk membuat keturunan, bukan menyuruhmu untuk mencintai matemu. Kau tidak perlu mencintai Irene, kau hanya butuh tubuhnya. Hentikan idealisme kosongmu untuk mencintai seseorang. Umurmu sudah 29 tahun, bukan bocah 17 tahun seperti waktu itu jadi berpikirlah lebih logis."
"Justru itu yang kubenci darimu, Pak Tua. Kau membuatnya terdengar buruk. Kau butuh keturunan sementara aku butuh mencintai dan dicintai."
"Naif sekali..." Sang Raja berbalik memunggungi Taekwoon, "Termakan oleh perasaan sendiri hingga kehilangan akal sehatmu. Jangan sampai menyesalinya, Jung Taekwoon. Idealisme kosong tidak akan membawamu kemanapun."
Taekwoon memejamkan netra sembari mengepal kedua tangannya erat, menahan hasrat melempari sang Raja dengan benda terdekat atau melakukan hal yang dapat menimbulkan masalah lainnya. Ia membuang napas saat Raja sudah tidak dalam jangkauan penglihatan maupun pendengarannya.
'Sial...'
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conquered Heart
Fanfiction"Jangan khawatir, saya akan menyelamatkan Anda." Kata-kata itu terus terngiang di kepala Taekwoon seperti mantra tak berujung. Feromon khas Lavender tercium samar dari bocah yang menolongnya 12 tahun yang lalu. Ia lumpuh. Oleh kata-kata dan feromon...