"Yang Mulia, Ketua Han ingin berbicara dengan Anda."Taekwoon memutar bola matanya dengan kedua tangan yang mengepal seolah siap nenghajar sesuatu--atau seseorang yang sepertinya tidak sayang pada nyawanya.
"Masuklah."
Sanghyuk melangkah teratur serta membuat jarak yang cukup. Dia tidak bodoh mendekati Taekwoon saat ini. Luka yang kemarin belum menutup dengan sempurna.
"Kau tidak sayang nyawa? Aku sudah memukulmu cukup keras dan mungkin akan melakukannya lagi hari ini. Tergantung dengan apa yang ingin kau bicarakan."
Sanghyuk bergeming. Ia tetap pada posisi dan sikap sempurnanya.
"Saya sudah menyiapkan makanan untuk Cha Hakyeon dan Lee Hongbin hari ini, juga Lee Hyunwoo di klinik. Hakyeon-ssi sepertinya sudah menyerah untuk pergi keluar dan memutuskan untuk bersembunyi sampai keadaan sudah aman."
Taekwoon mendengus, "Aku tidak yakin dia menyerah semudah itu. Kau tamat jika Ayah sampai menemukan Hakyeon."
"Baik, Yang Mulia."
"Lalu soal Wonshik?"
Sanghyuk tidak langsung menjawab, baik dia maupun Taekwoon saling bertukar pandang cukup lama dan Taekwoon sedikit banyak bisa menerka apa yang akan Sanghyuk sampaikan.
"Pukul 3 sore hari ini. Raja akan memenggalnya di alun-alun dan disaksikan oleh rakyat."
Tentu saja, tidak ada yang tidak mungkin bagi Raja termasuk mempercepat hukuman mati Wonshik.
"Kau mengkhianatiku,"
"Sedari awal saya tidak mengkhianati siapapun."
"Jika bukan pengkhiatan, lalu apa? Kau bahkan menyerahkanku pada Ayah dan sekarang membiarkan Wonshik menjalani hukuman matinya...!" nada bicara Taekwoon sedikit meninggi di akhir.
"Hukuman mati itu hanya untuk orang yang pantas menerimanya."
"Kau pikir Wonshik pantas menerimanya?"
Sanghyuk tidak mendebatnya lebih jauh. Ia memandang lurus pada Taekwoon yang menatapnya penuh amarah.
"Yang Mulia Raja memerintahkan saya untuk memanggil Anda. Nona Irene juga sedang berkunjung. Biar bagaimanapun, Anda tidak boleh membuat Raja murka hanya karena Anda melewatkan sarapan."
Taekwoon nyaris terbahak. Rupanya Raja masih cukup berbaik hati untuk tidak membiarkannya mati kelaparan. Ia juga yakin Sanghyuk tidak akan beranjak dari tempatnya berdiri sampai Taekwoon mengikutinya untuk pergi ke ruang makan.
"Jika saja aku yang menjadi Raja, kupastikan kepalamu terpisah dari lehermu ketika aku tahu kau mengkhianatiku."
Selanjutnya Taekwoon tersentak dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Menjadi Raja. Benar, jika ia menjadi Raja, dia bisa melakukan apapun. Membereskan kekacauan yang dibuat oleh Ayahnya dan yang lainnya.
Termasuk menikah dengan Hakyeon.
"...Akhirnya Anda mengatakannya," Sanghyuk berbalik, membuka pintu kamar dan memberikan isyarat agar Taekwoon mengikutinya.
"Jangan pernah lupa akan amarah yang Anda rasakan saat ini, Yang Mulia Pangeran. Ambisi Anda boleh jadi merupakan harapan rakyat yang hidup di kerajaan ini. Sampai hari Anda menjadi Raja tiba, saya tidak akan membiarkan Anda mati semudah itu."
***
Minhyuk tidak tahu apa yang terjadi.
Terakhir kali ia meninggalkan negeri ini, dia tidak melihat pasukan kerajaan yang menyebar sebanyak ini. Nyaris di semua tempat yang ia lalui, ia menemukan mereka. Bahkan mereka mengalihkan jalan Minhyuk yang bermaksud untuk mengunjungi kediaman Hakyeon. Dilihat lebih dekat, banyak penjaga istana yang berlalu-lalang di sekitar rumah sederhana itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conquered Heart
Fanfiction"Jangan khawatir, saya akan menyelamatkan Anda." Kata-kata itu terus terngiang di kepala Taekwoon seperti mantra tak berujung. Feromon khas Lavender tercium samar dari bocah yang menolongnya 12 tahun yang lalu. Ia lumpuh. Oleh kata-kata dan feromon...