10

440 56 24
                                    


"Ibu, bisakah aku menjadi seorang Beta seperti Ibu?"

Kala itu Hakyeon berusia enam tahun ketika ia melontarkan pertanyaan yang membuat ibunya tertegun. Ia melipat syal rajutannya, kemudian menaruh benda itu di atas meja tidak jauh dari sana.

"Kemarilah, Hakyeon-ie."

Wanita itu menepuk pahanya, sebuah isyarat agar Hakyeon mendekat dan duduk di pangkuannya. Anak itu tersenyum lebar, kemudian berlari kecil ke arah ibunya dan duduk sembari menatap wajahnya.

"Kenapa Hakyeon-ie ingin menjadi Beta, hm?"

"Soalnya Ibu kuat. Ibu mengurusiku, Hongbin dan Hyunwoo seorang diri. Belum lagi pergi pagi-pagi sekali untuk menyiapkan makanan. Sementara aku...selalu membuat semuanya berantakan..." nadanya memelan di akhir, kecewa dengan dirinya sendiri.

"Hakyeon-ie..."

"Dulu Ayahku juga pernah bilang aku tidak berguna. Katanya Omega itu makhluk lemah, mesin produksi bayi, dilahirkan hanya untuk dijual. Aku tidak mau jadi makhluk lemah, bu. Aku ingin kuat seperti Ibu."

Wanita Beta itu memeluk Hakyeon erat, mengusapi dan menghujani puncak kepalanya dengan ciuman lembut.

"Hakyeon-ie, seseorang tidak bisa memilih seperti apa mereka akan dilahirkan--ingin menjadi Alpha kah, Beta kah, atau Omega kah. Tapi kau bisa memilih bagaimana kau menjalani hidupmu."

"Menjalani...hidup?"

"Dan...bukankah Ibu tidak pernah sekalipun memarahimu jika kau membuat segalanya berantakan? Saat kau menghanguskan daging kelinci untuk makan malam pun Ibu hanya memintamu untuk selalu berada di dekat Ibu agar bisa mengawasimu. Kita pasti membereskan semuanya bersama bukan?"

"Ah, itu...maafkan aku, bu." Hakyeon menunduk dalam, dibalas dengan usapan singkat di kepalanya.

"Ibu paham sekali, Hakyeon-ie sangat ingin mandiri dan membantu Ibu. Makanya Ibu selalu membiarkan Hakyeon-ie. Hakyeon-ie pantas memilih jalan hidupnya sendiri, begitu pula Hongbin dan Hyunwoo. Jika Hakyeon-ie benci jadi Omega yang lemah, maka jadilah Omega yang tangguh dengan cara Hakyeon-ie sendiri. Tugas Ibu hanya mengawasi dan membimbing kalian."

"Omega yang tangguh...bisakah aku menjadi Omega yang tangguh, bu?"

"Tentu saja." ujar Ibunya bersemangat.

"Kalau begitu aku akan jadi Omega yang tangguh. Jadi aku bisa menjadi kakak yang baik bagi Hongbin dan Hyunwoo. Lalu menggantikan Ayah supaya Ibu tidak bersedih lagi."

Senyum lebar nan polos terpatri di wajah Hakyeon. Sang Ibu tertegun. Tanpa sadar, kedua netra yang penuh akan sirat kasih sayang itu basah oleh air mata yang mengumpul di kantung matanya. Hakyeon tahu ia masih berkabung sepeninggalan suaminya tidak peduli seberapa sering ia tutupi dari anak-anaknya--Hakyeon memang selalu se-peka dan se-cerdas itu.

Ia memeluk Hakyeon erat dari belakang, menciumi puncak kepalanya dengan sarat cinta. Rambut hitam tebalnya sedikit menggelitik wajah Hakyeon, namun sama sekali tidak mengganggu anak itu.

'Terima kasih...Terima kasih, Hakyeon-ie...'

***

"Kak--"

Sanghyuk mengernyit kala ia mencium feromon asing yang menguar di udara--seperti leburan dari 2 feromon yang berbeda. Ia menatap kearah Taekwoon yang juga balik menatapnya dan Hakyeon yang tengah tertidur di atas kasurnya.

Conquered HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang