Suasana kerajaan kini tengah menyambut kedatangan sebuah keluarga bangsawan dari barat yang tengah berkunjung ke istana. Seluruh penjuru istana diberi penjagaan ketat demi berlangsungnya jamuan makan malam yang sedang berlangsung di dalam. Para pelayan pun tidak kalah sibuknya dengan menyuguhkan makanan-makanan yang dimasak oleh koki handal pilihan Raja.Meski aroma masakan-masakan itu menggelitik indera penciuman siapapun yang menghirupnya, Taekwoon nampak bergeming. Tidak bereaksi apapun terhadap makanan di hadapannya, bahkan terhadap basa-basi yang dilontarkan oleh orang tuanya dan keluarga bangsawan tersebut.
"Taekwoon, kau tidak ingin menyapanya?"
Tepukan halus sang Ratu--ibu dari Taekwoon--membuyarkannya dari keterdiaman. Ia menatap kearah ibunya sekilas sebelum akhirnya melempar pandangannya pada dua orang di hadapannya.
Seorang pria dan seorang gadis berambut cokelat kayu yang menjuntai panjang.
Taekwoon membungkuk sekilas dari kursinya. Tidak tertarik untuk sekadar membuka suara. Membuat sang Raja sedikit mendengus menahan kesalnya.
"Maafkan aku, dia memang tidak pernah terbiasa dengan orang baru."
Pria di hadapan Taekwoon terkekeh pelan, "Tidak apa-apa. Mungkin Pangeran hanya malu, Yang Mulia." ia membelai surai halus milik putri semata wayangnya sembari menatapnya penuh kasih, "Sayang, ayo perkenalkan dirimu."
Putrinya mengangguk. Senyum tipis mengembang di wajahnya sembari menatap lurus pada Taekwoon yang juga menatapnya lurus.
"Nama saya Irene, Yang Mulia Pangeran. Senang berkenalan dengan Anda." ia menunduk anggun. Orang tua Taekwoon bahkan terpesona dengannya.
"Aku yakin dia akan menjadi Ratu yang hebat di masa mendatang." ujar Raja.
Kata-kata dari Raja membuat Taekwoon mengernyit tidak suka.
"Oh, Anda berlebihan, Yang Mulia Raja. Saya menghargai bagaimanapun keputusan Anda dan Pangeran. Kita masih bisa bekerja sama sekalipun Pangeran tidak tertarik untuk menikahi putri saya."
"Aku benar-benar minta maaf atas kelakuan anakku. Mungkin kita perlu meninggalkan mereka berdua? Bagaimana menurutmu?"
"Tidak masalah, Yang Mulia. Kupikir mereka memiliki hal yang tidak bisa dibicarakan di depan kita."
"Baiklah," Raja, Ratu dan ayah Irene pun bangkit dari kursi mereka.
"Taekwoon sayang, Irene sayang, kalian berbincanglah berdua. Kami harap kalian akan lebih dekat setelah ini." Sang Ratu tersenyum lembut.
Irene bangkit dari kursinya dan membungkuk hormat, "Sesuai perintah Anda, Yang Mulia Ratu."
Mereka bertiga pun pergi dari ruang makan keluarga dan Irene kembali duduk di kursinya, di hadapan Taekwoon.
"Ibu Anda--ah maksud saya Yang Mulia Ratu baik sekali. Beliau seorang Omega bukan?"
Taekwoon tidak menjawab. Justru malah mengangkat kedua tangannya untuk mengiris daging domba empuk yang sedari tadi aromanya menggelitik hidung Taekwoon, memanggil-manggil untuk dimakan.
"Saya pikir semua Ratu di kerajaan ini haruslah seorang Alpha. Karena itu Yang Mulia Raja mengundang saya ke jamuan makan malam ini."
"...ibuku memang seorang Alpha."
Irene mengerjap beberapa kali. Suara Taekwoon sangat halus dan nyaris tidak terdengar. Itu pertama kalinya ia membuka suara.
"Alpha wanita yang meninggal setelah melahirkanku. Ratu yang sekarang--dia hanya selir ayahku." jeda, "Tapi, ya, itu berarti dia juga ibuku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Conquered Heart
Fanfiction"Jangan khawatir, saya akan menyelamatkan Anda." Kata-kata itu terus terngiang di kepala Taekwoon seperti mantra tak berujung. Feromon khas Lavender tercium samar dari bocah yang menolongnya 12 tahun yang lalu. Ia lumpuh. Oleh kata-kata dan feromon...