((Maaf lama ga update yang ini h3h3. Enjoy!))"Menikahlah denganku..."
Netra jenih Hakyeon melebar. Untuk beberapa saat waktu seakan berhenti untuknya ketika dua kata itu meluncur begitu saja dari seseorang yang ia benci, terkesan seenaknya. Feromon Taekwoon yang semakin menguat seolah melumpuhkan setiap otot pada tubuh Hakyeon dan membuatnya nyaris kehilangan akal sehatnya.
"Lepas--"
Laki-laki yang lebih muda itu belum selesai meneriakkan protesnya kala Taekwoon justru mengangkat tubuh mungil Hakyeon ke bahu kokohnya dengan mudah dan melemparnya ke atas ranjang satu-satunya disana. Sementara Hakyeon masih setia menyembunyikan kedua netranya di balik kelopak mata yang terpejam terlalu rapat. Kepalanya sudah meneriakkan bahaya sedari tadi.
Ia ketakutan. Sangat ketakutan hingga tidak mampu lagi disembunyikan. Dan Taekwoon--Pangeran itu sedikit banyak paham melalui gelagat tak nyaman Omega di dalam kungkungannya. Demi Tuhan, menakuti Hakyeon tidak ada di dalam rencananya. Ia sungguh-sungguh ingin meminang Omega tersebut dengan cara yang lebih terhormat layaknya anggota keluarga kerajaan.
Tapi dia tidak punya banyak waktu hingga Hakyeon setuju untuk menjadi matenya.
"Tadinya aku tidak ingin melakukan ini," Taekwoon mengeluarkan sebuah bungkus kertas kecil dari balik gonryongpo biru tuanya--suppressants yang diberikan oleh Jaehwan. Ia menatapnya sesaat sebelum melemparnya asal, "Tapi kurasa aku tidak se-sabar itu."
Tepat setelahnya, Taekwoon kembali melumat bibir Hakyeon. Tidak sehaus tadi namun cukup membuat laki-laki yang lebih muda itu terkejut dengan napas yang tercekat.
Menyadari sang Omega tidak kunjung membalas ciumannya, Taekwoon mengangkat wajahnya. Menatap intens wajah Hakyeon yang masih tidak berani membuka kelopak matanya dengan kedua tangan yang mengepal--merenggut gonryongpo sang Alpha.
"Aku tidak suka ini," satu tangan besar terangkat, jemari telunjuk itu menghapus setitik air mata di ujung netra Hakyeon, "Aku tidak ingin menyakitimu, tapi juga tidak ingin melepaskanmu."
Hakyeon membuka kelopak matanya perlahan, masih dengan sirat ketakutan di wajahnya yang mati-matian ia sembunyikan dan napas yang sedikit tidak beraturan. Netra bulat berkilau karena air mata yang menumpuk itu bertumbukan langsung dengan netra tajam bak musang milik Taekwoon. Mereka saling menatap dalam diam cukup lama dan intens, membuat Taekwoon meneguk ludahnya sendiri.
'Ah...sial...' sang Pangeran menghamburkan diri merengkuh tubuh mungil di hadapannya. Hidungnya menempel di ceruk leher Hakyeon, menyesap rakus feromon nostaljik yang ia rindukan sampai rasanya ia bisa mati.
Mungkin Ayahnya benar soal Hakyeon yang seorang penyihir. Entah sihir macam apa yang membuat Taekwoon sangat ingin memiliki Hakyeon baik hati maupun tubuhnya.
"...Apa ini semua karena saya yang telah menyelamatkan Anda?"
Taekwoon mengerjap beberapa kali. Hakyeon, akhirnya, mau membuka mulutnya dan bersuara. Ia mengangkat wajahnya, menatap sang Omega tertegun tanpa menjawab.
"...Lepaskan."
Hakyeon menggerakkan kakinya asal dan memukul pelan dada bidang Taekwoon, namun ia masih bergeming menatap Omega yang susah payah membuatnya berpindah dari posisinya saat ini.
Sepertinya memang tidak ada pilihan lain.
Hakyeon menatap tajam ke arah Taekwoon yang tidak juga bergerak, "Kubilang, lepas--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Conquered Heart
Fanfiction"Jangan khawatir, saya akan menyelamatkan Anda." Kata-kata itu terus terngiang di kepala Taekwoon seperti mantra tak berujung. Feromon khas Lavender tercium samar dari bocah yang menolongnya 12 tahun yang lalu. Ia lumpuh. Oleh kata-kata dan feromon...