Bab 7

1.8K 148 11
                                    

"Hyung, ajari aku tinju!" ucap Taehyung antusias kepada Seokjin yang sedang meneguk air minumnya.
 
"Kau bisa meminta tolong pada Jimin," jawabnya dingin.
 
Taehyung mendengus kesal, dia menggembungkan pipinya kesal. Ia kemudian menyentuh dahi Seokjin dengan punggung telapak tangannya. Seokjin hanya mengernyit dan sedikit menjauhkan wajahnya.
 
"Aku tidak sedang berbicara pada Yoongi hyung bukan?" tanya Taehyung dengan polosnya.
 
Seokjin menepis tangan adiknya. Ia mendengus kesal, "Biarkan aku sembuh dulu secara total, baru aku akan mengajarimu."
 
"Lama!" Taehyung kemudian melanjutkan, "sudahlah. Ajarkan aku tinju! Kau tahu, Taekwondo lebih banyak menggunakan kaki dari pada tangan. Jadi, aku ingin menggabungkan semua ilmu yang ku punya!"
 
Seokjin tersenyum. Ia mengacak-acak rambut adiknya itu, "Baiklah baiklah. Ajak Jimin dan Jungkook. Jangan lupa ajak yang lain. Kita berlatih bersama. Kalian semua ikut kompetisi bukan?"
 
Taehyung menggeleng, "Tidak. Hanya murid yang memiliki tingkat B sampai A. Tingkat S tidak ikut. C dan D juga. Menurut pendapat, C dan D masih terlalu berbahaya jika ingin mengikuti kompetisi tersebut. Namun jika C dan D ingin ikut, diperbolehkan sih."
 
"Begitu, baiklah. Aku akan melatihmu. Kau pernah ikut Taekwondo. Gunakan tendangan mematikan di setiap kau ingin menendang. Kompetisi ini adalah internasional dan berbagai sekolah di Korea akan mengikutinya. Lawanmu itu entah perempuan atau laki-laki, karena akan di acak. Tae, kau memiliki kemampuan untuk melacak dan mengetahui kelemahan musuh. Kau juga bisa membaca gerakan. Manfaatkan kemampuan itu. Karena itu akan sangat berguna sekali.”
 
✿✿✿
 
Hari Kamis adalah hari dimana jadwal Taehyung selalu padat. Ia akan pulang dengan lesu dan akan membaringkan tubuhnya di kasurnya. Sepertinya dia sudah jatuh cinta terhadap tumpukan kapas ini. Sangat lengket, tidak ingin terlepas.
 
"Kau pulang? Mau latihan lagi?" tawar Seokjin sembari menyiapkan makan malam.
 
"Tidak. Aku ingin tidur saja hyung,” ucap Taehyung tak terlalu terdengar karena ia menutupi wajahnya dengan bantal.
 
Seokjin mendengus, "memangnya kau ini Yoongi? Sangat pemalas."
 
"Hyung, aku ingin mengikuti Yoongi hyung sekali saja. Lagi pula aku tidak pernah melihatnya bertarung. Pasti fisiknya seperti kulit pangsit."
 
"Dengar. Yoongi itu seorang petarung. Walau Taera lebih kuat darinya. Yoongi itu petarung tinju tingkat S asal kau tahu itu,” jelas Seokjin.
 
Taehyung membuka matanya. Ia kemudian beranjak bangun, "tunggu, apa?! Petarung tingkat S?" Tentu Taehyung terkejut bukan main. Pemuda kecil itu ternyata seorang petarung tingkat S. Terlebih perawakan Yoongi yang sangat malas.
 
"Tentu saja. Kau tidak pernah melihat isi dokumen di rumah ini rupanya,” ujar Seokjin dan Taehyung menggaruk tengkuknya.
 
"Begitu,” ujar Taehyung lesu.
 
Mereka akhirnya terdiam untuk beberapa saat, hingga suara lembut menyapa indera pendengaran kedua kakak beradik itu.
 
"Hei. Kami boleh ikut latihan?" itu adalah suara Jimin dari balik pintu sebelah kiri dan hanya memperlihatkan wajahnya saja.
 
"Ikut!" Jungkook menampakkan wajahnya dibawah Jimin.
 
"Aku juga!" seru Hoseok juga menampakkan wajahnya di bawah Jungkook.
 
"Aku ikut juga!" seru Namjoon namun ia menampakkan kepalanya di atas Jimin.
 
"Ikut,” jawab Yoongi dengan nada malas namun ia tidak melakukan hal bodoh seperti keempat temannya. Ia justru malah menampakkan wajahnya di balik pintu sebelah kanan.
 
Taehyung menatap polos sembari mengangkat ponselnya.
 
Cekrik!
 
Taehyung memotret kejadian langka itu, tanpa sadar. Jadilah foto empat kepala menyembul dari pintu dan itu menggemaskan sekali.
 
✿✿✿
 
Taehyung, Namjoon, dan Hoseok berada di tingkat A. Sementara Jimin di tingkat S bersama dengan Jungkook, dan Yoongi. Ya, siapa kira sang pendiam Yoongi berada di tingkat S?
 
"Kau harus bisa memanfaatkan berat badanmu, Tae. Berat badanmu 62 kg. Kau harus bisa memanfaatkannya dengan mempercepat gerakanmu. Sejujurnya, kau itu lambat,” kritik Yoongi sembari memajukan bibirnya dan menaikkan alisnya seolah dia adalah pelatih profesional.
 
Taehyung mendengus kesal. Selalu saja. Ia lebih memilih berlatih bersama teman-teman yang lain dari pada pemuda es di depannya. Dingin dan menusuk. Ugh—
 
"Akan aku coba,” jawab Taehyung dan ia melanjutkan pelatihannya.
 
Yoongi tersenyum. Gerakan Taehyung sudah mulai cepat. Taehyung ternyata tak selamban yang ia kira. Taehyung itu memang pandai. Bahkan ia bisa membaca gerakan orang dan menimbang gerakan apa yang akan ia gunakan untuk melumpuhkan lawan. Hal itulah yang dikagumi seorang Min Yoongi.
 
"Bagus!" puji Seokjin memasuki ruang berlatih sembari membawakan air minum untuk Yoongi dan Taehyung.
 
"Tae, Yoongi, aku taruh minum di sini. Kau sudah bekerja keras Tae,” puji Seokjin sekali lagi dan Taehyung memperlihatkan deretan giginya.
 
Yoongi tersenyum datar. Seokjin, tidak memujinya. Ia sedikit ... sakit hati? Ah, tidak. Lebih mengarah kepada iri? Ia ingin di puji. Ayolah!
 
"Kau juga bekerja keras. Terimakasih telah melatih bocah ini,” ucap Seokjin sembari menepuk pelan kepala Yoongi.
 
Baiklah, ia mendapat pujian. Senyum tipis terulas di sudut bibirnya. Hatinya berbunga-bunga, tolong jangan meledeknya.
 
"Kalau begitu, aku permisi. Yoongi, jika Taehyung berbuat onar, beritahu padaku!" ujar Seokjin dan Taehyung meneguk kasar salivanya. Seokjin memang terlihat lembut dengan wajahnya yang tampan dan senyumnya. Namun, siapa sangka jika Seokjin marah, rasanya dunia akan hancur?
 
Sementara itu, Yoongi mengangguk. Setelah Seokjin keluar ruangan, Yoongi menghadap ke arah Taehyung dengan diam. Taehyung hanya dapat berkacak pinggang.
 
✿✿✿
 
Jimin tak sengaja melewati kamar Jungkook sembari membawa flat white-nya. Ia mengernyit ketika melihat Jungkook yang senyum-senyum sendiri. Pikiran jahil mulai terpikirkan oleh Jimin.
 
Ia memasuki kamar Jungkook dengan hati-hati dan tanpa suara. Karena posisi duduk Jungkook yang memunggungi Jimin, akan lebih mudah bagi Jimin mengerjai Jungkook.
 
Jimin dengan sekali sentakan menutup mata Jungkook hingga Jungkook terkejut. Ia meraba-raba sekelilingnya dan meraba tangan Jimin. Jimin tersenyum kecil, menahan tawanya. Rasanya ia ingin tertawa. Jungkook kemudian mencoba meraih wajah Jimin, yang akhirnya jari telunjuknya menusuk lubang hidung kiri Jimin.
 
"Ini apa? Berlubang,” ucap Jungkook. Kemudian, ia merasakan rambut yang halus ketika sedikit mengoreknya.
 
Plak!
 
Jimin tiba-tiba melepas tangan kirinya dan memukul kepala Jungkook. Jungkook menoleh. Ia mendengus kesal.
 
"Sakit!" keluh Jungkook sembari memajukan bibirnya.
 
"Bagaimana bisa jarimu masuk ke lubang hidungku?" balas Jimin.
 
Jungkook terkekeh sebelum akhirnya membersihkan jari telunjuknya ke kaos Jimin. Ia kemudian mengambil handsanitizer dan membersihkan jarinya.
 
"Siapa suruh menutup mataku?" Jungkook membalas. Mereka saling menatap tajam, seolah-olah kedua mata mereka mengeluarkan sinar laser.
 
"Jika kalian bertengkar, bersiaplah terlempar panci merah muda Seokjin hyung.” Namjoon muncul dengan tiba-tiba di pintu.
 
Langkahnya dengan lembut memasuki kamar Jungkook dan terkekeh menatap kedua anak muda itu. Ia kemudian mengalihkan topik pembicaraan, "Kalian sudah mempersiapkan untuk turnamen itu?"
 
Jungkook dan Jimin mengangguk bersama. "Secara kami adalah senior! Hyung harus menghormati kami sebagai senior!" ujar Jungkook dan Namjoon tersenyum.
 
"Terserah kalian saja. Aku akan latihan. Jimin, kau mau ikut? Sekalian ajarkan aku mengenai tinju. Hanya perlu sedikit kolaborasi antara tinju dengan kickboxing. Walaupun hampir sama,” ujar Namjoon sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
 
"Baiklah. Latihan kapan? Sekarang? Ayo ayo!" dengan Jimin antusias dan menarik tangan Namjoon.
 
"Kalau begitu, kami keluar dulu, Kook! Latihlah tendanganmu! Aku yakin lawanmu masuk UGD!" ujar Namjoon yang tak tahan karena tangannya ditarik-tarik oleh Jimin.
 
Jungkook mengangguk sekilas sebelum kedua hyungnya pergi melesat dari kamarnya. Jungkook menghela nafas lega. Setidaknya orang yang merusuh sudah pergi.
 
✿✿✿
 
Dua minggu sebelum turnamen.
 
"Jadi, akan kami umumkan bagan lawan berpasangan dan masuk ke dalam kelompok berapa. Dimohon setiap murid untuk mengamati kelompok dan bagannya,” ujar panitia kompetisi-turnamen tersebut.
 
Para murid berdesakan untuk melihat lawannya. Taehyung dan Namjoon hanya bisa menunggu.
 
Setelah semua sudah pergi ke kelas masing-masing, Taehyung dan Namjoon berjalan menuju papan pengumuman. Taehyung harus berhadapan dengan Jae Kim, seorang pria berambut coklat kemerah-merahan tersebut. Taehyung menghela nafas.
 
"Wah, lawanmu Jae Kim. Semangatlah,” ucap Namjoon sambil menepuk bahunya dan Taehyung mengulas senyum.
 
Tiba-tiba, kelima pemuda tampan merangkul Namjoon dan Taehyung sembari melihat isi papan pengumuman.
 
"Bagus. Lawanmu adalah Jae Kim, V," sindir Seokjin.
 
"Apa yang kau lakukan di sini, hyung?" tanya Taehyung ketika mendapati sang kakak berada di sekolahnya.
 
"Aku dipilih sebagai alumni terbaik St. Michael. Dan aku akan bekerja sebagai dokter di St. Michael dan di ajang kompetisi besok. Aku akan menyemangati kalian,” ujar Seokjin memberikan semangat kepada keenam adiknya.
 
✿✿✿
 
Satu minggu sebelum turnamenlah dimana ketujuh pemuda tersebut mulai frustasi. Kegiatan hingga larut, istirahat hanya beberapa menit, belum lagi tugas sekolah mereka, latihan berjam-jam, latihan menjadi MC dan panitia, rapat, dekorasi, dan sebagainya. Jadwal mereka lebih mirip jadwal artis-artis yang akan melakukan konser. Bukan, tepatnya lebih parah dari jadwal idol yang akan menyiapkan konser.
 
Ketujuh pemuda tersebut sudah diberi tugas masing-masing. Yoongi sebagai pembawa acara, Hoseok sebagai wasit, Seokjin bertugas sebagai dokter, Jimin sebagai pelatih Namjoon, dan Jungkook sebagai pelatih Taehyung. Taehyung dan Namjoon tentunya menjadi peserta. Mereka harus berlatih habis-habisan.
 
Hingga akhirnya kompetisi tersebut tiba. Jinna dan suaminya ikut sebagai penonton. Begitupula dengan ayah Taera, Kim Jung Sik. Mereka duduk di kursi penonton. Para penggemar Taera juga ikut menonton walaupun Taera sama sekali tidak ikut kompetisi. Ia hanya akan mengisi pertandingan sahabat pada tengah kompetisi.
 
Sementara itu, Taehyung dan Namjoon terlihat gugup. Ini pertamakalinya mereka masuk ke dalam arena. Taehyung merasakan ada kejanggalan. Ia pun bertanya pada Jungkook.
 
"Hei, Kook. Peserta ini sekitar dua ribu lebih peserta. Bukankah kompetisi ini hanya sehari bahkan hanya sekitar delapan jam? Bagaimana mungkin akan selesai dalam waktu delapan jam?" tanya Taehyung.
 
"Mereka pasti kebanyakan akan mundur. Terutama melihat yang kekuatannya di atas rata-rata. Dulu saat aku belum bersekolah di tempat ini, statusku adalah penggemar Ratu. Sebelum Ratu terkenal, aku sudah mengenalnya. Ketika Ratu memenangkan banyak pertandingan, ternyata banyak juga korban peserta dalam melawan Taera. Karena hal itu, para peserta mundur. Itu terjadi hanya dalam lima jam. Para peserta diperbolehkan untuk mundur. Lagipula, kompetisi ini Internasional. Aku melihat kau akan melawan Huang Zi Tao dari China dan dia spesialisasi wushu. Aku harap kau bisa mengalahkannya, hyung,” ujar Jungkook panjang lebar.
 
"Kau tenang saja. Para peserta tidak diperbolehkan memakai senjata apapun. Mereka harus bertarung dengan tangan kosong. Tidak boleh ada yang terluka. Tapi tenang. Kalian akan memakai sarung tinju. Aku melihatmu saat menggunakan sarung tinju. Spesialisasimu N/A, dimana tidak ada yang tahu apa spesifikasi keahlianmu. Kau itu jenius hyung. Aku harap kau menang. Bukan. Kau harus menang!" ucap Jungkook. Taehyung mengangguk paham dan ia tersenyum.
 
"Terimakasih,” ujar Taehyung.
 
Teng teng!
 
Bel berbunyi tanda acara dimulai. Yoongi melipat kedua tangannya di tempat duduk MC. Dibantu dengan temannya, Park Chanyeol, ia akan menjadi MC kompetisi. Walaupun lebih banyak bicara Chanyeol daripada Yoongi. Bukankah Yoongi memang seorang yang pemalas bukan?
 
"Chanyeol-ssi. Kau mulai saja dulu. Kau tahu, aku sangat lelah,” ujar Yoongi dengan majalah yang menutupi wajahnya.

St. Michael: Young Forever [Dihentikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang