Bukan hanya sekali-dua kali sosok di bawah dahan rendah itu harus menengadah lama, memastikan gulir rintik hujan tidak turun di saat yang tidak tepat seperti kali ini.
Park Jaehyung tidak mau reputasinya hancur bodoh hanya karena lembar-lembar tebal di tangannya kotor dan basah.
Yakin bahwa kaki panjangnya dapat membawa diri dengan cepat pergi dari sana, Jaehyung berlari tanpa aba-aba. Menyembunyikan rapat lembaran itu di balik sandang terluarnya.
Bukan tanpa tujuan, Jaehyung sudah menitik satu tempat yang akan digunakannya untuk melindungi diri dari si hujan hari ini. Bukan juga tempat yang dapat membuatnya hangat, hanya sebuah selasar berlantai kusam pecah-belah yang selalu kering karena atap lapuknya masih kokoh menahan berat jutaan liter air dan terpaan angin kencang.
Jauh di dalam dirinya pun, ia tidak tahu apakah masih ada baja beroda empat yang akan berhenti di sini untuk memenuhi tugasnya sebagai pengangkut penumpang.
Toh, Park Jaehyung tidak memikirkannya.
Lantas dilihatnya kembali lembaran tulisan tangannya, masih kering dan bersih. Seperti yang ia harapkan.
Maka selembar senyum Jaehyung terlihat mengembang, bersamaan dengan intonasi rintik yang semakin tinggi dan tanpa waktu lama, rintik berubah menjadi keras. Memperdengarkan bunyi nyaring dari sebagian atap yang mulai menunjukkan kekuatannya.
"Oh, kamu di sini?"
Park Jaehyung terlonjak, atensinya reflek berpindah meneliti sosok manis bersurai sebahu di ujung selasar.
Ia berjalan menghampiri Jaehyung, tanpa menyeka sebagian wajahnya yang basah karena perbuatan si hujan. Ia menarik senyum tipis, menitik spasi kosong di sebelah Jaehyung.
"Boleh aku duduk di sini?"
Park Jaehyung menggeleng cepat.
"Kamu basah." Balasnya.
Ia berdiri dengan tegap, melepas sandang terluarnya yang selalu ia gunakan untuk melindungi lembarannya, menggunakan itu, dengan hati-hati Jaehyung mengusap wajah, surai, dan bahu milik sosok lebih pendek di hadapannya secara bergantian.
Lengkungan senyum Jaehyung kembali tercipta setelahnya, membiarkannya menatap kedua retina bening manis memandang.
"Nah, begini lebih baik."
Park Jaehyung kembali mengambil tempat untuk duduk, tidak lupa untuk menepuk spasi kosong di sampingnya. Mengijinkan penonton hujan lainnya untuk duduk dan kembali menikmati rangkap hujan yang belum bersedia berhenti.
Lama tidak bersuara, sistem retorik Jaehyung seperti menggelitiknya ketika vokal yang ia sukai itu kembali terdengar.
"Terima kasih, ya, Park Jaehyung."
Sungguhan, Jaehyung sungguh berterima kasih pada debit hujan di sana, ia berharap besar hujan ini tidak akan berhenti dengan cepat.
"Kamu masih mengerjakan tugas itu?"
Park Jaehyung tertegun, humani di sampingnya selalu ingat akan apa yang tengah ia kerjakan.
Tidak menyesal jika Jaehyung menyukai gadis bersurai sebahu itu, kan?
"Tentu, masih."
"Sendirian?"
"Tidak? Bersama, tentu bersama rekan tugasku juga."
"Boleh aku lihat?"
Park Jaehyung mengembuskan napas panjang, menyiapkan senyuman terbaik sebelum akhirnya, ia memutar tubuh agar dapat bertemu dekat dengan sang gadis.
Sangat dekat.
"Sudah lihat, kan?"
Napas sang gadis tertahan tanpa ia sadari, wajah Park Jaehyung hanya berjarak tidak lebih dari enam inci dari wajahnya. Tanpa ia sadari juga, semburat malu menggelitik wajah.
"Bu--bukan wajahmu."
*
"Biar aku ceritakan.
Hari ini, aku kembali bertemu dengannya.""Dengannya? Siapa?"
"Gadis itu, yang juga pernah aku ceritakan padamu."
"Ah, si rambut panjang?"
"Sudah berapakali aku bilang, rambutnya sebahu, dan itu pendek."
"Itu panjang."
"Pendek."
"Panjang."
"Pendek pendek pendek!"
"Panjang! Itu panjang!"
"Pendek! Kau pendek."
"Wha--whah, Park Jaehyung ...."
*

KAMU SEDANG MEMBACA
RAINDROPS
FanfictionRaindrops are twins. They falling in the same way, falling to the same places. : Be part of EGLAF. ( Was ) #1 - parkbros [ RAINDROPS ; DAY6's ] ©2018, Nyctoscphile All Rights Reserved.