Selamat membaca☺️
"Aku benci kalian semua," ucapnya kesal seraya melangkahkan kaki keluar kelas. Entah kemana dia pergi nggak ada yang tahu. Aku dan Syifa segera menyusulnya pergi. Iya, yang kesal adalah Alisha. Dia kesal karena pendapatnya nggak banyak yang pilih. Namanya juga voting pasti mengambil suara yang terbanyak. Alisha nggak seharusnya marah ataupun kesal, itulah keputusan bersama apapun hasilnya harus terima dengan lapang dada.
Alisha ternyata duduk di depan perpustakaan sekolah. Aku dan Syifa segera menyusulnya dengan duduk di sampingnya. Setelah Alisha menyadari kehadiran kami, dia beranjak ingin meninggalkan kami tapi segera tangannya dicegat oleh Syifa.
"Tunggu Sha," cegah Syifa meminta Alisha duduk kembali.
Awalnya Alisha menghempaskan tangan Syifa dengan kasar tapi Syifa dengan segera lagi mencegat tangan Alisha.
"Coba duduk dulu, kita bicarain baik-baik," dengan setenang mungkin Syifa mencoba membujuk Alisha agar dia mau bicara dengan kami. Dengan memutar matanya jengah Alisha dengan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan sahabatnya. Bagaimanapun juga dia tetap sahabat terbaiknya selama ini. Bilang aja Alisha selalu jadi orang egois, nggak pernah mau mendengarkan pendapat orang lain. Tapi itu hanya emosinya sesaat aja, kalo hatinya udah dingin dia pasti mau menerima semuanya, jadi kami sebagai sahabatlah yang membuat hatinya menjadi lebih tenang dan dingin.
Kucoba pegang tangan Alisha lembut seraya memberi penjelasan, dia nggak sedikitpun menoleh kearahku tapi biarkan aja yang penting dia mau mendengarkan. Sebagai sahabat aku sangat memakluminya. Meskipun dia suka begitu tapi dia sangat menyenangkan orangnya. Dikala kami bersedih dia selalu yang mencoba menghibur kami. Dikala terpuruk dialah juga yang menguatkan kami. Dia sahabat yang selalu ada untuk kami.
"Alisha, kamu nggak boleh gitu, apapun keputusannya kamu harus terima, itulah yang namanya voting siapa yang memiliki suara terbanyak itulah keputusan yang akan diambil, memberikan pendapat itu hak setiap orang namun apabila pendapat kita yang akhirnya nggak terpilih, kita harus ikhlas karena yang mereka pilih itu menurut pilihan mereka masing-masing. Itulah juga hak mereka," jelasku sembari tersenyum. Dia sekilas terlihat melirik kearahku tapi dengan cepat dia membuang mukanya ke arah lain.
"Yang dibilang Lidya itu benar Sha, kamu harus menerimanya dengan ikhlas," timpal Syifa.
Akhirnya Alisha memalingkan wajahnya ke arah kami. Dia hanya memandang tanpa berkata sepatah katapun. Dari tatapannya terlihat dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi enggan untuk bicara. Biarkan dulu aja dia menenangkan hati dan pikirannya. Kami siap menunggu dia sampai mau bicara lagi.
"Kita ke kelas yok!" Ajak Syifa tiba-tiba.
"Ayo kita ke kelas Sha," kuraih tangannya untuk mengajaknya kembali ke kelas.
Alisha nggak ada penolakan sama sekali tapi masih tetap dengan situasi yang sama yaitu enggan untuk bicara. Keceriaan Alisha hari ini sirna. Biasanya dia yang paling heboh, paling nggak bisa diam tiba-tiba nggak hadir saat ini.
Seketika Alisha menahan lengan aku hingga membuat aku terhenti. Kenapa dia? Apakah sudah nggak marah lagi? Atau malah nggak mau diajak ke kelas? Berbagai pertanyaan bermunculan dipikiranku.
"Kenapa Sha?" Tanyaku seraya menatapnya. Terlihat dari tatapanku yang menunggu jawaban apa yang terlontar. Dia nggak langsung memberikan respon dari pertanyaanku. Dia hanya diam seraya menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku bingung dibuatnya, Alisha kenapa?
Syifa yang menyadari kami tiba-tiba berhenti, ikut juga berhenti dan menyusul kami yang awalnya dia jalannya duluan.
"Kenapa kalian berhenti?" Tanya Syifa dengan raut wajah kebingungan.
Aku yang nggak tahu apa-apa hanya diam tak berkutik, pertanyaanku yang serupa dengan Syifa pun nggak lantas dijawabnya. Alisha benar-benar membuat kami sangat penasaran.
"Kita ke kelas aja yok nanti kalo guru ada yang masuk terus nanyain kita," ajak Syifa lagi.
"Tunggu dulu," tahan Alisha tiba-tiba mengeluarkan suara semenjak beberapa menit enggan bicara.
Ketawa Alisha pecah saat itu juga, sahabatnya ternyata sangat khawatir dengan keadaannya yang nggak seperti biasanya. Masalah yang terjadi sebenarnya nggak membuat dia marah besar. Dia hanya berniat jahil mengerjai sahabat dan teman-temannya.
"Woy! Kenapa pada bengong?" Tanya Alisha mengagetkan.
"Alisha!" Jerit Syifa greget pada Alisha yang membuatnya kesal. Bagaimana nggak kesal coba? Dia yang marah, terus membuat kami semua khawatir tapi apa yang terjadi pada akhirnya, dia cuma bercanda aja. Siapa yang kesal coba? Dasar Alisha si cewek jahil minta ampun banget deh. Orang lagi serius nanggepin sikapnya eh malah dikerjain. Kapan berubahnya sih sikap lho yang selalu begitu? Lebih baik pendiam kayak tadi aja deh rasanya tenang dunia walau beberapa menit aja.
"Alisha mah jahat," ucapku sembari cemberut kearahnya. Alisha sering banget bikin orang kesal. Aksinya untuk membuat sahabatnya sendiri kesal selalu berhasil. Bagaimana kami nggak percaya kalo dia aja marahnya kayak beneran, nggak terlihat sedikitpun sandiwara yang mencurigakan.
"Sahabat kesayanganku jangan marah dong, Alisha cuma canda aja kok," rayu Alisha seraya merangkul bahu kami berdua. Syifa yang dirangkul pun dengan santainya langsung melepas rangkulan Alisha.
"Ini nggak lucu Sha," ucap Syifa sembari menatap tajam ke arah Alisha. Sedangkan aku hanya menerima rangkulan Alisha tanpa merespon ucapannya. Gantian deh tadi dia yang nggak respon ucapanku tapi sekarang aku yang enggan bicara. Aku sebenarnya nggak marah ke Alisha karena dia membohongi kami semua tapi aku kadang nggak habis pikir aja dengan kejailan Alisha, suka banget jail ke orang tanpa memikirkan kami yang greget dengan sikapnya. Itulah sikap Alisha yang sebagai sahabat harus bisa memakluminya.
🌺🌺🌺
Setiba di kelas semua mata tertuju pada kami bertiga. Mereka seperti ingin bertanya-tanya setelah apa yang terjadi sekitar beberapa menit yang lalu. Tapi Alisha dengan santainya duduk seolah nggak terjadi apa-apa.
"Sha, nggak ngambek lagi nih ceritanya," celetuk salah satu temannya yang diketahui namanya Rania.
"Emangnya aku lagi ngambek ya tadi," sahut Alisha dengan santainya.
"Kamu emang aneh ya Sha, tadi ngambek eh sekarang seperti nggak terjadi apa-apa," ucap Rania lagi seraya berlalu dari hadapan Alisha.
"Kita kapan mulai latihannya?" Tanya Alisha pada teman sekelasnya.
"Tadi aja diskusi kita terhenti karena kamu ngambek keluar kelas, kami sebagai yang teman yang setia, ya kami tunggu kamu yang disusul sama Lidya dan Syifa," ucap Andra seketika membuat Alisha merasa beruntung punya teman sekelas yang setia menunggu. Nggak kayak si dia kalo ditinggalkan bentar aja terus nggak sabar nungguin pasti nggak dipeduliin lagi deh, wkwk.
"Hoeekkkk," celetuk Syifa rasa pengen muntah dengan perkataan si ketua kelas. Aku yang mendengar hanya tertawa kecil.
"Hari ini ketua kelas kita alay banget guys," sindir Rania diiringi dengan gelak ketawa oleh semua yang ada di kelas.
"Sudah sudah jangan bercanda lagi, ayo kita mulai lagi diskusinya," ucap Andra menghentikan gelak tawa mereka yang meledeknya.
Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi
Hehe...
Pasti penasaran pertunjukkan apa yang mau mereka tunjukkanTunggu aja kelanjutannya ya...
Jangan lupa vote and coment

KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Sejatiku
Genç KurguLidya, begitulah aku dikenal. Aku mempunyai dua orang sahabat yang sangat baik dan perhatian. Persahabatanku dengan mereka telah terjalin dengan begitu erat. Mereka seperti saudaraku sendiri. Mereka adalah Syifa dan Alisha. Kami telah menjalin persa...