24. Overdosis

29.1K 1.5K 245
                                    

"Hidup itu harus sesuai aturan. Jangan kebablasan. Apalagi berlebihan. Yang seimbang aja. Tapi hasilnya nggak bikin kecewa."

(Devano Putra)

***

"Hari ini saya mau tau seberapa kuatnya daya tahan tubuh kalian. Sekalian mau pilih calon buat perwakilan popda dua bulan lagi," ucap seorang guru olahraga bernama Saiful, yang akrab disapa Pak Ipul oleh kebanyakan siswa.

"Nael ini, Pak, strong banget kayak Popeye. Minum susu setiap saat soalnya," celetuk Devan.

"Eh enggak, Devan boong," ralat Nael.

"Nanti, kalian lari keliling lapangan sepak bola minimal tujuh putaran. Waktunya juga jadi poin nambah nilai. Jadi, semakin cepat, nilainya semakin banyak," jelas Saiful.

"Yaaah. Masa tujuh sih, Pak. Dua aja napa," protes Hera.

"Iya, Pak, masa tujuh," protes para murid perempuan.

"Dua kali? Memangnya anak SD?" Tolak Saiful.

"Tujuh itu kebanyakan. Dua lebih baik," protes Hera lagi.

"Iya, Pak. Kita takut pingsan di tengah lapangan. Mana panas gini."

"Yang tidak kuat, nanti lambaikan tangan saja ke kemera," ucap Saiful.

"Kamera? Mana? Emang di rekam?" Hera celingukan.

"Nggak ada. Kalo nggak kuat, jalan saja. Yang penting minimal tujuh putaran. Mau lama mau cepet, itu kan nilai kalian sendiri. Terserah lah," ucap Saiful.

"Ya udah, lah. Gue jalan santai aja. Lagian cuma pelajaran olahraga ini," ucap Hera.

Priiit...

Seluruh siswa kelas 10 MIPA 7 mulai berlari ketika terdengar suara peluit panjang yang gurunya bunyikan.

"Balapan, ayo. Kalo lo kalah, lo harus traktir gue makan. Kalo gue kalah, lo tetep yang traktir makan. Deal?" tantang Devan kepada Alatas.

"Aturan dari mana?" tanya Alatas.

"Aturan yang gue buat sendiri."

"Yang perlu lo ajak taruhan tuh bukan gue. Nael tuh," ucap Alatas kemudian menunjuk Nael yang sudah merasa terengah-engah, padahal baru berlari keliling lapangan satu putaran.

"Bener juga." Devan kemudian berlari ke arah Nael. "Nael, balapan, yuk. Ntar kalo lo kalah, lo traktir gue makan di kantin. Kalo gue kalah, lo tetep yang traktir."

Wajah Nael nampak pucat. Napasnya terengah. Nael memang tidak berbakat dalam olahraga. Baru satu putaran saja, dirinya sudah lelah.

"Nggak mau, ah. Lo sukanya licik," tolak Nael.

"Yah,elo. Cemen banget, sih," ejek Devan kemudian mempercepat berlarinya.

***

"Lari-lari rasanya kayak mau mati," ucap Nael mengatur napasnya yang terengah.

"Makanya sering olahraga," timpal Alatas.

"Badan kurus gitu. Sekali lari, lemaknya rontok semua. Sampe nggak ada tenaga," lanjut Zico

"Bukannya si bayi gede ini minum susu setiap hari? Kenapa masih kayak kurang gizi?" tanya Devan.

"Fitnes dong, El. Biar badan lo berisi dikit. Otak mulu yang diisi. Badan juga dong." Anof menambahkan.

"Tau ah," sahut Nael kemudian membenamkan wajahnya di atas lipatan tangannya di meja.

ALATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang