"Lo bisa denger makna lagu itu, kan? Apa lo juga bisa denger detak jantung gue yang nggak normal kayak sekarang ini?"
***
Axel, Shawn, Wisnu, Tigor dan Naufal berjalan keluar dari kelasnya. Ingatannya masih saja tinggal pada kasus mereka. Nama mereka sudah tercatat dalam buku agenda BK. Ada sedikit rasa sesal. Namun marahlah yang lebih dominan.
"Kita nongkrong dulu yuk, ah. Refresh otak bentar," ajak Wisnu.
"Boleh juga, tuh," ucap Naufal.
Mereka menghampiri mobil Shawn yang terparkir di sana.
"Anjir! Kok ban gue kempes, sih?!" umpat Shawn yang mendapati ban mobilnya kempes. Ia berkeliling untuk memastikan ketiga ban mobil yang lain. "Kempes semua, anjir! Sial amat sih hari ini!"
"Yah gimana sih lo," ucap Wisnu.
"Tau, nih. Padahal tadi pagi kan nggak gini," sahut Shawn.
Sepeda motor Alatas, Zico, dan Devan menderu melewati Axel dan teman-temannya yang sedang dilanda musibah itu.
"Tiup itu bannya sampai perut lo kaku!" ledek Devan.
Alatas, Devan, Zico dan Nael tertawa puas. Ya. Mereka lah yang sudah menggembosi ban mobil Shawn. Sebenarnya itu ide dari Zico sendiri.
"Ooh jadi lo semua pelakunya?! Sini maju semua!" teriak Shawn.
Percuma saja. Alatas dan teman-temannya sudah melaju meninggalkan area sekolah.
"Bro, gue nggak bisa main. Ada les. Nyokap udah jemput di depan," ucap Axel yang baru saja membaca pesan dari mamanya.
"Yah, gimana sih. Les mulu. Mau sepinter apa lagi lo?" tanya Tigor.
"Gue duluan," ucap Axel kemudian meninggalkan teman-temannya.
Axel membuka pintu mobil yang berada di depannya. Seorang wanita sudah sedari tadi menunggunya di kursi kemudi. Axel pun masuk ke dalam mobil itu.
"Sekarang kamu udah jadi anak nakal, ya?" tanya Mona dengan nada dingin.
Axel menatap mata mamanya sekilas. Kemudian dirinya menelan salivanya.
"Na-nakal?" tanya Axel nampak gugup.
"Tadi kamu berantem sama anak kelas lain, kan? Masuk BK juga, kan? Mama nggak suka, Axel! Mama ingin kamu jadi anak yang baik, pintar, berwibawa, dan nggak urakan! Di SMA, kamu bergaul sama anak-anak nggak bener?!" semprot Mona menunjukkan ketidaksukaannya.
Axel hanya menundukkan kepalanya. Semenjak ia lahir, ia sudah diikat oleh aturan yang dibuat mamanya sendiri. Aturan harus les privat setiap mata pelajaran, les hobi, masuk sekolah sepakbola, klub basket, dan lain sebagainya. Bahkan masa kecil Axel hampir dihabiskan untuk belajar dari pada bermain. Kedua orang tuanyanya menginginkan Axel menjadi anak yang pintar dan unggul. Bahkan Axel dituntut untuk selalu menjadi juara kelas. Kedua orang tuanya memang keras dan hanya mementingkan apa yang mereka inginkan. Bukan apa yang Axel sukai.
"Maaf," ucap Axel.
"Maaf? Mama malu sekali! Anak mama ini masuk ke dalam daftar anak bermasalah di BK."
"Baru sekali ini doang, Ma."
"Nggak mau tau. Mau sekali atau dua kali, buat Mama, ini kesalahan besar."
"Axel cuma ikut-ikutan aja. Nggak mukul atau apa."
"Makanya cari temen itu dipilah-pilih. Biar kamu juga nggak kebawa sama hal-hal yang nggak baik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALATAS
Jugendliteratur[COMPLETED] #1 in Teenfiction (04/12/18) #2 SMA Cover by @ilustrasiindong ⚠Belum direvisi Rayyan Alatas. Cowok galak dan cuek itu harus memecahkan kasus kepergian pacarnya--Asyila Shereina. Dalam hidupnya harus berurusan dengan Yura Virginia--cewek...