46. Para[shit] 3

20.3K 1.3K 168
                                    

Katanya, cemburu itu dinding cinta. Namun, jika sudah cemburu buta, justru cemburu itu yang meruntuhkan segalanya.

***

"Al, mabar yuk. PUBG," ajak Nael.

Alatas melirik sekilas kepada Nael.

"Males," sahutnya.

"Yaelah tumben."

"Al, WC yuk," ajak Devan.

"Males."

"Yah," keluh Devan. "Nael, WC yuk," ajak Devan.

"Yah gue lagi nge-game."

"Bawa aja, ayo. Di WC sinyalnya bagus banget, tau."

"Serius?"

"Sejuta rius gue kasih buat lo, deh."

"Kuy, lah." Nael dan Devan bangkit dari duduknya, kemudian melangkah keluar dari kelas. Sedangkan Devan hanya terkekeh melihat Nael dengan semangatnya mau diajak ke toilet. Padahal Devan meminta Nael untuk menemani Devan BAB.

Alatas merasa sedang malas melakukan sesuatu apapun. Ia masih memikirkan perdebatannya dengan Asyila tadi pagi saat istirahat pertama. Sebenarnya Alatas sedikit menyesal karena selalu marah-marah di depan Asyila. Alatas sama sekali tidak berniat memojokkan Asyila. Apalagi Asyila hanya diam dan menunduk setiap kali Alatas marah-marah. Asyila benar-benar sabar menghadapi kemarahan Alatas. Dan Asyila tidak mau memperkeruh keadaan. Dia selalu bersikap biasa saja setiap kali Alatas baru saja memarahinya. Tak seperti kebanyakan cewek yang setiap kali cowoknya marah, pasti cewek itu ikut marah juga.

Handphone Alatas berdering. Sebuah panggilan masuk. Alatas kembali mengamati nomor sang penelepon itu. Lagi-lagi nomor tidak dikenal. Alatas kembali meneliti 3 digit nomor paling belakang di nomor telepon itu.

999. Nomor itu lagi. Nomor yang kemarin berkali-kali menelepon Alatas dan mengirim sebuah foto lewat WhatsApp. Alatas sebenarnya penasaran sekaligus kesal lantaran nomor itu sering menghubunginya.

Dengan cepat Alatas menekan menu untuk mengangkat telepon itu.

"Lo siapa, hah?" tanya Alatas keras-keras. Membuat semua teman-teman di kelasnya menoleh ke arah Alatas.

Alatas menyadari dirinya baru saja menjadi pusat perhatian lantaran bicara dalam telepon terlalu keras. Dia bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar dari dalam kelas.

Lagi-lagi Alatas menunggu sebuah jawaban dari sana. Namun sama sekali hening.

"Gak usah iseng, lo!" gertak Alatas.

Di detik berikutnya, Alatas memutuskan sambungan telepon itu.

"Orang kurang kerjaan!" umpat Alatas.

Tak lama, sebuah pesan dari nomor tak dikenal itu masuk. Sebenarnya Alatas malas meladeni orang itu. Namun lagi-lagi dirinya penasaran.

999
P

Alatas mengetik sesuatu.

ALATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang