¤ Jeno ¤

17.1K 1.2K 53
                                    

Jung Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung Jeno

.

.

.

Renjun tahu, seberapa besar Jeno mencintai Kim Doyoung―ibunya. Tidak tergambar oleh kata-kata memang, tapi dari senyum yang selalu Jeno lukis setiap membicarakan tentang orang yang sudah melahirkannya itu, Renjun jadi paham jika Jeno adalah sosok yang begitu mengutamakan keluarga diatas segalanya.

"Injun..." Jeno memanggil di suatu hari yang cerah. Senyumnya mengembang, membuat kedua matanya menutup membentuk eyesmile yang sangat cantik. "...kau tahu kalau aku sangat mencintaimu, kan?" Lanjutnya. Dengan tanpa ragu, ia meraih satu tangan Renjun dan menggenggamnya lembut―mengelus punggung tangan yang putih nan halus itu menggunakan ibu jari.

"Tapi kau lebih mencintai Doyoung eomma. Benar?"

Jeno tergelak. Tangannya yang lain terulur untuk mencubit pelan ujung hidung Renjun. Setengah gemas, Jeno juga mencium pipinya sekilas. "Ya. Aku lebih mencintai eomma!" Pekiknya.

Yang bermarga Huang itu mengangguk dengan senyum cantik. "Ahh, aku memang selalu menjadi nomor dua untukmu." Nadanya setengah mengeluh. Tapi yakinlah, itu hanyalah sebuah candaan yang biasa Renjun lontarkan jika Jeno sudah membicarakan keluarganya.

Tidak―Renjun tidak iri. Ia justru bangga, karena memiliki Jeno yang sangat menyayangi keluarganya.

"Enak saja. Nomor dua itu appa-ku, tahu!"

"Lalu? Aku nomor tiga?"

"Kau nomor empat! Karena nomor tiga adalah Mark hyung..."

Keduanya tertawa lagi, entah apa yang lucu. Renjun sudah terlalu tahu, sesayang dan secinta apa Jeno terhadap keluarganya.

Jeno tumbuh di lingkungan keluarga yang baik. Ayahnya sangat tegas, tapi dialah sosok pahlawan untuk Jeno. Ibunya bagaikan seorang ratu yang baik hati, yang selalu ada untuk Jeno kapanpun anaknya itu membutuhkan bahu untuk bersandar. Dan kakak laki-lakinya, adalah yang paling perhatian di banding siapapun.

"Aku tidak tahu bagaimana kehidupanku nanti jika aku kehilangan salah satu di antara kalian berempat."

Satu kalimat itu selalu terngiang dalam ingatan Renjun.

.

.

.

To be continued...

Let You Go || JaeDoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang